Anda di halaman 1dari 2

STUDI HADITS

PENJELAS, PENAFSIR, PERINCI, MENGIKAT (MU’AKKAD, MUFASSIR,


MUKHASSIS, MUQAYYID)

Syofyan Ali Lubis


Ekonomi Syariah D/Semester 5
e-mail : syofyanalilubis96@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Dalam hukum Islam, hadits menjadi sumber hukum kedua setelah al-Qur`an.
Penetapan hadits sebagai sumber kedua ini ditunjukan oleh tiga hal, yaitu al-Qur`an
sendiri, kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika akal sehat (ma`qul). Al-Quran
menekankan bahwa RasulullahSAW berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah.
Karena itu apa yang disampaikan Nabi harus diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai rasul
harus diteladani oleh kaum Muslimin. Sejak masa sahabat sampai hari ini para ulama
telah bersepakat dalam penetapan hukum didasarkan juga kepada sunnah Nabi.
Keberlakuan hadits sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa Al-
Qur`an hanya memberikan garis-garis besar dan petunjuk umum yang memerlukan
penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
Karena itu, keabsahan hadits sebagai sumber kedua secara logika dapat diterima.
Tujuan dari paper ini adalah untuk memberitahukan fungsi hadits dan sebagai
melengkapi tugas matakuliah Studi Hadits.

B. PEMBAHASAN
1. Penjelas, maksudnya menjelaskan atau memperkuat isi dari Al-Quran. Sebagai
contoh hadits yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah
berwudhu, yakni:
“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai ia
berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)
Hadits diatas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki” - (QS.Al-Maidah:6)
2. Penafsir, fungsi selanjutnya adalah memberikan tafsiran terhadap isi Al Quran yang
masih bersifat umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada
ayat-ayat yang bersifat mutlak (taqyid). Contoh hadits nya adalah penjelasan nabi
Muhammad SAW mengenai hukum pencurian.
“Rasulullah SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri, maka beliau
memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan”
Hadist diatas menafsirkan surat Al-maidah ayat 38:

1
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah”
- (QS.Al-Maidah: 38)
Dalam Al Qur’an, Allah memerintahkan hukuman bagi seorang pencuri dengan
memotong tangannya. Ayat ini masih bersifat umum, kemudian Nabi Muhammad
SAW memberikan batasan bahwa yang dipotong dari pergelangan tangan.
3. Perinci, Maksudnya merinci apa-apa saja yang ada dalam Al-Qur’an tapi hanya
disebutkan secari garis besar. Misalnya thaharah yang menjelaskan bagaimana tata
cara berwudhu, tayamum, mandi wajib dan sebagainya. Menjelaskan isi Al-Qur’an,
antara lain dengan merinci ayat-ayat global. Misalnya hadis fi’liijah (dalam bentuk
perbuatan) Rasulullah yang menjelaskan cara melakukan shalat yang diwajibkan
dalam Al-Qur'an dalam hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, dan demikian pula
tentang penjelasannya mengenai masalah haji seperti dalam hadis riwayat Muslim
dari Jabir. Di samping itu juga Sunnah Rasulullah berfungsi untuk mentakhsis ayat-
ayat umum dalam Al-Qur’an yaitu menjelaskan bahwa yang dimaksud oleh Allah
adalah sebagian dari cakupan lafal umum itu, bukan seluruhnya. Contoh: Dari Abu
Hurairah berkata, Rasulullah SAW melarang memadu antara seorang wanita dengan
bibinya saudara ayah atau ibu. (HR al-Bukhari dan Muslim)
4. mengikat, Maksudnya hadits itu membatasi apa-apa saja yang ada dalam Al-Qur’an
dimana hanya disebutkan secara umum. Contoh hadits nya adalah:
“Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat
(ru’yah) itu maka berbukalah”.
Hadis ini membatasi keumuman Al-qur'an surah al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi:
“...Maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia
berpuasa…"

C. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas fungsi hadits terhadap al-qur’an adalah sebagai
penjelas, penafsir, perinci dan mengikat apa saja yang ada di dalam al-qur’an. Karena
dalam al-qur’an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kepada orang-orang beriman
untuk taat secara mutlak kepada apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Rasulullah
SAW, serta mengancam orang yang menyelisihinya.

Anda mungkin juga menyukai