BAB V
HADIST
Pokok bahasan :
A. PENGERTIAN HADIST
B. POSISI HADIST DALAM ISLAM
C. SEJARAH PENULISAN HADIST
D. SUMBER HUKUM KE DUA SETELAH AL QUR‟AN
E. IMAM PENTAHRIJ HADIST
F. MACAM-MACAM HADIST
Penjelasan :
A. PENGERTIAN HADIST
Secara etimologis hadits dimaknai sebagai jadid, qarib, dan khabar.
Jadid adalah lawan dari qadim yang artinya yang baru.
qarib artinya yang dekat, yang belum lama terjadi.
khabar artinya warta yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada yang lainnya.
Secara terminologis, hadits dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan
yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
hadits berarti perkataan, percakapan, berbicara.
Maka Hadist berarti segala ucapan, segala perbuatan, dan segala keadaan atau
perilaku Nabi Muhammad SAW ,"
Page 1
Fungsi Hadist
Terdapat 4 macam fungsi hadits terhadap Al Quran yang ditetapkan oleh
ulama Atsar, sebagai berikut :
a. Bayan at-Taqrir
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayat at-Ta'kid dan bayan at-Isbat.
Dalam hal ini hadits berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan dalam Al Quran. sebagai contoh hadits yang
diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu,
yakni Nabi Muhammad SAW bersabda, tidak diterima salat seseorang
yang berhadats sampai ia berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)
Hadits di atas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
salat, maka basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”
- (QS.Al-Maidah:6)
b. Bayan at-Tafsir
Fungsi hadits sebagai bayan at-Tafsir yaitu memberikan rincian dan
tafsiran terhadap ayat-ayat Al Quran yang masih mujmal (samar atau
tidak dapat diketahui), memberikan pesyaratan ayat-ayat yang masih
mutlak, dan memberikan penentuan khusus ayat-ayat yang masih
umum.Bayan At-Tafsir yang berarti memberikan tafsiran (perincian)
terhadap isi Alquran yang masih bersifat umum (mujmal) serta
memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat
mutlak (taqyid).
Contoh hadits sebagai bayan At-tafsir adalah penjelasan Nabi
Muhammad SAW mengenai hukum pencurian.
Muhammad SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri, maka
beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan”
Hadist diatas menafsirkan surat Al-maidah ayat 38:
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah” (QS.Al-Maidah: 38).
Dalam Alquran, Allah memerintahkan hukuman bagi seorang pencuri
dengan memotong tangannya. Ayat ini masih bersifat umum, kemudian
Nabi Muhammad SAW memberikan batasan bahwa yang dipotong dari
pergelangan tangan.
c. Bayan at-Tasyri
Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak
didapati dalam Al Quran. Fungsi ini disebut juga dengan bayan za'id ala
al kitab al-karim.
Page 2
Bayan At-tasyri‟ atau sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-
ajaran Islam yang tidak dijelaskan dalam Alquran. Biasanya Alquran
hanya menerangkan pokok-pokoknya saja.
Contohnya hadits mengenai zakat fitrah, dibawah ini:
“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan
Ramadan satu sha’ kurma atau gandum untuk setiap orang, beik
merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan” - (HR. Muslim).
d. Bayan an-Nasakh
Secara bahasa, an-naskh memiliki arti yang beragam, di antaranya al
ibtal (membatalkan), al ijalah (menghilangkan), at tahwil (memindahkan)
atay at taqyir (mengubah). Adapun yang disebut dengan bayan an
nasakh adalah adanya dalil syara' (yang dapat menghapuskan
ketentuan yang telah ada) karena datangnya dalil berikutnya. Baya
Nasakh.
Para ulama mendefinisikan Bayan Nasakh berarti ketentuan yang
datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu,
sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan lingkungannya
dan lebih luas.
Contohnya:
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris”
Hadits ini menasakh surat QS. Al-Baqarah ayat 180:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat
untuk ibu-bapak dan karib kerabat secara ma’ruf. (ini adalah) kewajiban
atas orang-orang yang bertaqwa” - (QS.Al-Baqarah:180)
Page 3
Kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam menempati posisi yang kedua
setelah Al-Quran. Seperti dikutip melalui Islam.nu.or.id, Nabi Muhammad SAW
memiliki hak untuk menjelaskan dan juga menafsirkan Al-Quran. Itulah mengapa
kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam berada di posisi kedua.
Hal ini pun juga diterangkan dalam Al-Quran, yakni firman Allah SWT surat An-
Nahl ayat 44 yang bunyinya sebagai berikut :
Artinya: “ (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu,
agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan agar mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl: 44).
Page 4
Dua hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah pernah melarang penulisan
hadits, dan membolehkan penulisan hadist.
Para ulama Rabbani mereka mempunyai pendapat akan dua hadits tersebut:
1) Pendapat pertama
Mereka menjamak semua hadits pelarangan dan pembolehan, dan
berpendapat bahwa Rasulullah melarang penulisan hadits karena beberapa
sebab diantaranya :
Pelarangan penulisan hadits terjadi jika hadits di tulis dalam lembaran
yang sama bersama Al Quran.
Pelarangan penulisan hadits terjadi saat wahyu Al Quran masih turun,
karena Nabi takut tercampurnya Al Quran dengan hadist.
Pelarang penulisan hadits terjadi karena Nabi takut kaum muslimin akan
sibuk terhadap hadist melebihi kesibukkannya terhadap Al Quran.
Pelarangan penulisan hadits dikhususkan untuk yang mempunyai
hafalan yang kuat, dan di bolehkan jika tidak memiliki hafalan yang kuat.
2) Pendapat kedua
Ulama berpendapat bahwa hadits-hadits tentang pelarangan penulisan
haditstidak ada yang shohih, karena menurut sebagian para Ulama hadist
dari Abu Sa‟id di atas adalah mauquf seperti yang di nukilkan oleh Ibnu Hajar
dalam kitab Fathul Bari.
3) Pendapat ketiga
para ulama seperti Imam Al Baghowi, Ibnu Qutaibah, Imam Nawawi, dan
Syaikhul Islam Ibnu Taimyah mengatakan bahwa hadits -hadits pelarangan
itu terhapus dengan hadits -hadits pembolehan penulisan hadits , bahkan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menukil bahwa ini adalah pendapat jumhur
ulama.
Page 5
Di riwayatkan dari Anas Bin Malik Sesungguhnya Abu Bakar pernah
mengutusnya untuk mengambil sedekah dari kaum muslimin, dan
menuliskan di lembaran tersebut faraid Sedekah dan disana juga
terdapat cap cincin Rasulullah”.
b) Sohifah Ali Bin Abi Tholib (Lembaran Ali Bin Abi Tholib)
Di riwayatkan oleh Abi Juhaifah
“Aku bertanya kepada Ali Bin Tholib, apakah engkau mempunyai
sesuatu yang tertulis dari Rasulullah?”. Ali menjawab, “ Tidak, kecuali
Kitabullah, atau pemahaman yang ku berikan kepada seorang muslim,
atau yang ada di lembaran ini”.
Aku berkata, apa yang di dalam lembaran itu?, beliau menjawab,
“ Al Aqli, serta hukum tentang tawanan perang, dan janganlah seorang
muslim membunuh orang kafir”.
c) Sohifah Abdullah bin Amr bin Ash atau di kenal dengan Sohifah
Sodiqoh (Lembaran Kebenaran)
Di riwayatkan dari Mujahid, “Aku pernah mendatangi Abdullah bin Amr,
kemudian aku membaca lembaran yang berada di bawah tempat
tidurnya, lalu ia melarangku, akupun bertanya kepadanya mengapa
melarangku membacanya, beliau menjawab, Ini adalah lembaran (yang
berisi) kebenaran, ini adalah yang aku dengar langsung dari
Rasulullah”.
d) Para sahabat saling menulis hadits
Setelah Rasulullah wafat, para sahabat Nabi berpencar mendakwah
agama yang mulia ini, maka jauhnya jarak mereka membuat sebagian
mereka tidak mengetahui hadist yang ada pada suadaranya,hal ini
membuat mereka saling menulis hadist yang mereka punya, kemudian
memberikan kepada sahabat yang lain yang tidak mengetahui hadist
tersebut, seperti :
Tulisan Jabir bin Samuroh kepada Amir bin Saad bin Abi Waqqash, juga
tulisan Usaid bin Khudoir kepada Marwan bin Hakam berisi hadist Nabi
dan beberapa keputusan atau pendapat Abu Bakar, Umar, Ustman, dan
tulisan Zaid bin Arqom kepada Anas bin Mali
Page 6
terus terpancar menjadikan seluruh mahluk memujinya. Tak hanya dari kaum
muslim yang mengidolakannya, namun para sarjana barat mengimitasi dan
mengikuti langkah beliau dalam suksesi kehidupan. Michael heart,
misalnya,memposisikan beliau pada posisi yang pertama dalam hal tokoh
terkemuka dunia sepanjang zaman melebihi para cendikiawan yang lain
Landasan utama bagi otoritas kehujahan hadis adalah Al Quran sendiri. Artinya,
Al Quranlahyang memerintahkan agar seorang muslim senantiasa taat kepada
Rasûlullâh Muhammad SAW, mengikuti perintah dan menjauhi larangannya.
Perintah dan larangan Rasûlullâh Muhammad SAW tersebut tidak dapat
diketahui melainkan melalui hadis-hadis yang ditinggalkannya. Oleh karena itu,
taat kepada Rasûlullâh Muhammad SAW tak lain artinya ialah senantiasa
berpegang dan mengamalkan hadis-hadisnya
Banyak ayat Al Qur'an dan hadits yang memberikan pengertian bahwa bahwa
hadits itumerupakan argumen (hujjah) selain Al Qur'an yang wajib diikuti, baik
dalam bentuk perintahmaupun lrangannya. Uraian di bawah ini merupakan
paparan tentang kedudukan Hadits sebagai argument dasar dalam hukum Islam
setelah Al Qur'an dengan melihat beberapa dalil, baik naqli maupun aqli
1) Dalil Al Qur'an
Banyak ayat Al Qur'an yang menjelaskan tentang kewajiban
memepercayai dan menerima segalayang disampaikan Rasulullah Nabi
Muhammad SAW baik berupa perintah maupun larangan, khabar nikmat
surga dan tentang siksa neraka. Allah SWT berfirman dalam surat An nur
ayat 54, yang artinya: Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
rasul; dan jika kamu berpalingMaka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu
adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajibankamu sekalian
adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu
taatkepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban
Rasul itu melainkanmenyampaikan (amanat Allah) dengan terang".(QS. An
Nur (24): 54)
Kemudian dalam ayat lain, Allah SWT juga berfirman Artinya: Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat kerashukumannya. (QS. Al Hsyr (59): 7)
artinya: Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-
(Nya) dan berhati-hatilah. (QS. Al Maidah (5): 92)
Dari tiga ayat diatas tergambar bahwa setiap ada perintah taat
kepada Allah SWT dalam AlQur'an selalu diiringi dengan perintah taat
kepada Rasul-Nya.
Demikian pula peringatan (ancaman) karena durhaka kepada Allah
SWT, sering disejajarkan dengan ancaman karena durhaka kepada Rasul
Nabi Muhammad SAW .
Page 7
Bentuk-bentuk ayat seperti ini menunjukkan betapa pentingnya
kedudukan penetapan kewajiban taat kepada semua yang disampaikan oleh
Rasul MUHAMMAD SAW. Dari sinilah sebetulnya dapat dinyatakan bahwa
ungkapan wajib taat kepada Rasul Muhammad SAW dan larangan
mendurhakainya, merupakan kesepakatan yang tidak diperselisihkan oleh
umat Islam.
2) Dalil Hadits
Dalam salah satu pesan Nabi Muhammad SAW berkenaan dengan
keharusan menjadikan Hadits sebagai pedoman hidup, di samping Al Qur'an
sebagai pedoman utamanya, beliau bersabda: Artinya: Aku tinggalkan dua
pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagikamu
berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah SWT (Al Qur'an) dan
Sunnah Rasul-Nya(Hadits). (HR. Malik).
Hadits tersebut di atas, menunjukkan kepada kita bahwa berpegang
teguh kepada Hadits ataumenjadikan Hadits sebagai pegangan dan
pedoman hidup itu adalah wajib, sebagaimana wajibnya perpegang teguh
terhadap Al Qur'an
Page 8
sesungguhnya kami berbuat sebagaimana duduknya Rasulullah SAW , saya
makan sebagaimana makannya Rasulullah dan saya shalat sebagaimana
shalatnyaRasul".
Diceritakan dari sa'id bin musayyab bahwa Utsman bin Afwan
berkata: "saya duduksebagaimana duduknya Rasulullah, saya makan
sebagaimana makanya rasulullah dan saya shalatsebagaimana shalatnya
Rasululla
2) Imam Bukhari
Imam Bukhari dilahirkan pada tanggal 13 Syawal 194 H tepat selesai shalat
jum‟at dan meninggal pada hari sabtu malam selesai shalat isya‟ serta
bertepatan dengan malam „idul Fitri tahun 252 H, lalu dikebumikan setelah
shalat dzuhur di Khirtank di suatu kampung yang tidak jauh dari kota
Samarkand. Adapun karya Imam Bukhari : Jami‟ush Shahih yakni kumpulan
hadits-hadits yang disiapkan selama 16 tahun lamanya, ia sangat berhati-
hati menuliskan setiap hadits pada kitab ini dan kitab ini berisikan hadits-
hadits shahih semuanya, berdasar pengakuan beliau sendiri, “Saya tidak
memasukkan dalam kitabku ini, kecuali shahih semuanya”; Qadlayash
Shahabah Wat Tabi‟in; At Tariikhul Kabir; dan Birrul Walidain.
3) Imam Muslim
Imam Muslim dilahirkan pada tahun 204 H di Nisabur sebuah kota kecil di
Iran bagian Timur Laut dan meninggal dunia pada hari Ahad Rajab 261 H,
lalu dikebumikan hari Senin di Nisabur. Adapun karya Imam Muslim : Kitab
Shahih, ini berisikan hadits sebanyak 7273 buah, termasuk dengan yang
berulang dan kalau dikurangi tinggal 4000 buah ; Musnadul Kabir, kitab yang
menerangkan tentang nama-nama rijalul hadits ; Al Jami‟ul Kabir; Kitabul „ilal
Page 9
wa Kitabul Auhamil Muhadditsin ; Kitabut Tamyiz ; Kitabu Man Laisa Lahu
Illa rawin Wahidum ; Kitabuth Thabaqatut tabi‟in dan Kitabul Muhadlramin.
5) Imam At Turmudzi
Imam At Turmudzi dilahirkan pada bulan Dzul Hijjah tahun 200 H di Kota
Turmudz yang terletak di pinggir utara sungai Amuderiya sebelah utara Iran
dan meninggal pada Hari Ahad malam tanggal 13 Rajab 279 H di Tirmidz.
Adapun karya sang Imam adalah kitab Sunan dan kitab „Illalul Hadits. Kitab
sunan ini banyak sekali faedahnya dan hukum-hukumnya lebih tertib dan
paling sedikit pengulangannya. Dan ia berkata “Saya kemukakan kitab ini
atas ulama Hijaz, Iraq, dan Khurasan, lalu mereka menyukainya dan
memandangnya baik. Barangsiapa yang menyimpan kitab ini dirumahnya,
dikatakan seolah-olah dirumahnya ada seorang Nabi yang selalu bersabda
dan pada akhir kitabnya ia menerangkan bahwa semua hadits yang terdapat
dalam kitab ini adalah ma‟mul yakni dapat diamalkan.
6) Imam An Nasa’iy
Imam An Nasa‟iy dilahirkan pada tahun 215 H di Kota Nasa dan termasuk
dalam wilayah Khurasan. Beliau meninggal pada hari Senin tanggal 13 Safar
302 H di Kota Mekkah, disaat ia mendapat percobaan di Damsyik, meminta
supaya di bawa ke Mekkah sampai ia meninggal dan kemudian dikebumikan
di suatu tempat antara Shafa dan Marwa. Adapun karya sang Imam yang
utama adalah Sunanul Kubra, yang kemudian terkenal dengan nama Sunan
An Nasa‟iy. Kitab Sunan ini adalah kitab sunan yang muncul setelah
shahihaini yang paling sedikit hadits dha‟ifnya, tetapi paling banyak
pengulangannya. Misal hadits tentang niat diulang sampai enam belas kali.
Lalu sebagian para amir bertanya tentang kitabnya, apakah seluruhnya
shahih?, An Nasa‟iy menjawab ada yang shahih, hasan, dan mendekatnya.
Kalau demikian, kata Amir: pisahkanlah yang shahih-shahih saja, lalu ia
Page 10
menyeleksinya, kemudian dihimpunnya hadits-hadits pilihan ini dengan
diberi nama “Al Mujtaba” (pilihan).
F. MACAM-MACAM HADIST.
Ada macam-macam hadits yang harus diketahui antara lain hadits shahih, hadits
dhaif, dan hadits hasan.
Macam-macam hadits tersebut bisa diklasifikasikan berdasarkan pada beberapa
kriteria tertentu yaitu bermulanya dari ujung sanad, keutuhan rantai sanad,
jumlah penutur, dan tingkat keaslian dari hadits tersebut. Berikut ini penjelasan
lengkap tetang macam-macam hadits.
Macam-macam hadits :
1) Hadits shahih
Hadits shahih merupakan tingkatan tertinggi penerimaan sebuah hadis.
Hadits dikatakan shahih apabila memenuhi persyaratan dibawah ini :
Sanadnya bersambung (sanad adalah rantai periwayat hadis)
Diriwayatkan oleh para penutur atau rawi yang bersikap adil, mempunyai
sifat istiqamah, akhlaknya baik, tidak fasik, kehormatannya terjadi, serta
kuat ingatannya. Rawi adalah istilah untuk orang-orang yang
menyampaikan hadits tersebut. Contohnya Musyaddah, Yahya, Bukhari,
Syu‟bah, Anas, dan Qatadah.
Saat menerima hadits, seluruh rawi tersebut sudah cukup umur atau baligh
dan juga beragama Islam
Page 11
Matanya tidaklah bertentangan dan juga tidak ada sebab tersembunyi atau
tidak nyata yang akan mencacatkan hadits tersebut.
2) Hadits hasan
Dikatakan hadits hasan apabila hadits yang disebut sanadnya bersambung,
tetapi ada sedikit kelemahan pada rawinya. Misalkan diriwayatkan oleh rawi
yang adil, tetapi ingatannya tidak sempurna. Namun, matanya tidak cacat
atau tidak safd.
3) Hadits dhaif
Hadits dhaif yaitu hadits yang mana sanadnya tidak bersambung dan ini
bisa berupa hadits mursal, mudallas, mauquf, mu'allaq, mauquf, maqthu‟,
mu‟dlal, dan munqathi‟ ataupun diriwayatkan oleh orang-orang yang sama
sekali tidak bersikap adil atau tidak memiliki ingatan yang kuat atau juga
mengandung kejanggalan (cacat).
4) Hadits maudhu’
Hadits maudhu' ini yaitu hadits yang dicurigai palsu atau buatan. Maksud
dari palsu atau buatan ini adalah pernyataan yang disampaikan bukanlah
berasal dari Nabi Muhammad SAW , tetapi ada kalangan yang
menyebutnya sebagai hadits Nabi Muhammad SAW .
Page 12
3) Hadits maqthu’
Hadits maqthu adalah hadits dimana sanadnya berujung di para tabi'in atau
di bawahnya. Contoh dari hadits ini yaitu Imam Muslim meriwayatkan
dalam pembukaan shahihnya Ibnu Sirin menjelaskan: "Pengetahuan ini
(hadits) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu
mengambil agamamu".
Page 13