Anda di halaman 1dari 8

MARTABAT HADIST,FUNGSI,KEDUDUKAN DAN UNSUR-UNSUR

HADIST

Pengertian Hadist
Beberapa perkataan,perbuatan,kelakuan Nabi Muhammad.Dan ketika nabi Muhammad
wafat, sekitar abad ke 3H. Hadist merupakan sumber hukum ke2 setelah Al – Qur’an. Hadist
berfungsi untuk menerangkan Al – Qur’an.

Martabat Hadist
hadis / sunah Nabi SAW, menempati kedudukan nomor dua setelah Alquran, sebagai
norma dan hukum serta ajaran agama Islam. Karena itu orang selain harus patuh kepada Alquran,
juga harus patuh kepada Hadis / Sunah Nabi SAW. Keharusan untuk taat kepada hadis / sunah
nabi ini antara lain berdasarkan firman Allah SWT. “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya
supaya kamu diberi rahmat (Ali Imran 3 : 132). Al-hadits didefinisikan oleh pada umumnya
ulama --seperti definisi Al-Sunnah-- sebagai "Segala sesuatu yang dinisbahkan kepada
Muhammad saw., baik ucapan, perbuatan dan taqrir (ketetapan), maupun sifat fisik dan psikis,
baik sebelum beliau menjadi nabi maupun sesudahnya." Ulama ushul fiqh, membatasi pengertian
hadis hanya pada "ucapan-ucapan Nabi Muhammad saw. yang berkaitan dengan hukum";
sedangkan bila mencakup pula perbuatan dan taqrir beliau yang berkaitan dengan hukum, maka
ketiga hal ini mereka namai Al-Sunnah. Pengertian hadis seperti yang dikemukakan oleh ulama
ushul tersebut, dapat dikatakan sebagai bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak berbeda dari
segi kewajiban menaatinya dengan ketetapan-ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu Al-
Quran.

Fungs Hadist
1. Berfungsi menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Alquran,
maka dalam hal ini keduanya bersama-sama menjadi sumber hukum.
2. Memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat alquran yang masih mujmal, memberikan
taqyid (persyaratan) ayat-ayat alquran yang masih mutlak dan memberikan tahshih (penentuan
khusus) ayat-ayat alquran yangmasih umum, misalnya perintah mengerjakan sembahyang,
membayar zakat dan menunaikan haji. Di dalam Alquran tidak dijelaskan jumlah Alquran dan
bagaimana cara-cara melaksanakan shalat, tidak terperinci nishab-nishab zakat dan juga tidak
dipaparkan cara-cara melakukan haji. Akan tetapi, hal itu ditulis dalam Alhadis.
3. Alquran mengharamkan bangkai dan darah secara mutlak
4. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Alquran. Di dalam hal ini
hukum-hukum atau aturan-aturan itu hanya berdasarkan Alhadis semata-mata, misalnya larangan
beristri yang satu keturunan atau sepersusua.
5.Sebagai sumber hukum Islam yang kedua. Ada beberapa hukum yang tidak disebutkan di
dalam Al-Qur’an. Rasulullah saw, kemudian menjelaskan hukumnya baik dengan perkataan,
perbuatan maupun dengan penetapan. Dalil hukumnya menjadi sunnah karena apa yang
dilakukan Rasulullah itu tidak lain penjabaran dari prinsip-prinsip yang sudah ada dalam Al-
Qur’an. Firman Allah swt sebagai berikut: “….Apa yang diberikan rasul kepadamu maka
terimalah dia dan apa yang di larangnya bagimu maka tinggalkanlah…” (QS. Al Hasyr: 7).
“ Sesungguhnya telah ada pula diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik” (QS. Al Ahzab: 21).
“Katakanlah: taatilah Allah dan RasulNya, jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang kafir” (QS Ali Imran :32). “ Barangsiapa yang mentaati rasul itu
sesungguhnya ia telah mentaati Allah dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka
kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemeliharaan bagi mereka” (QS An Nisa:80)

6. Sebagai penguat dan pengukuh hukum yang tealh disebutkan Allah didalam kitabnya,
sehingga keduanya yaitu Al-Qur’an dan hadist menjadi sumber hukum yang saling melengkapi
dan menyempurnakan

7. Sebagai penjelas atau perincian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat umum.
Umpamanya, perintah shalat didapati dalam Al-Qur’an, tetapi tidak di jelaskan tentang cara
melaksanakannya, banyak rakaatnya, serta rukun dan syarat-syaratnya, Rasulullah saw melalui
hadist menjelaskan semua itu sehingga umatnya tidak menajalani kesulitan untuk melaksanakan
perintah tersebut. Demikian pula halnya dengan perintah puasa dan haji yang telah terdapat  di
dalam Al-Qur’an tetapi tidak dijelaskan tentang pelaksanaannya secara terperinci, Rasulullah
kemudian menjelaskan dengan perbuatannya melalui praktek (tata krama) atau secara normatif
dalam menjalanakan perintah Allah swt tersebut, Firman Allah swt: “.. Dan kami turunkan Al-
Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkankepada
merekan…” (QS An-Nahl: 44)

8.  Menetapkan hukum-hukum tidak terdapat dalam Al-Qur’an, hadist juga dapat berfungsi untuk
menetapkan hukum apa bila di dalam Al-Qur’an tidak dijumpai seperti halnya keharaman
seorang laki-laki untuk menikah dengan bibi istrinya dalam waktu yang bersamaan. Perhatikan
terjemahan hadist berikut ini2

“ Dilarang seseorang mengumpulkan (mengawini secara bersama) seorang perempuan


saudaranya perempuan dari ayahnya serta seorang perempuan dengan saudara perempuan dari
ibunya” (HR. Bukhori-Muslim)

Hadist merupakan sumber hukum ke dua setelah Al-Qur’an hal ini bukan berarti bahwa nabi
Muhammad saw, sebagai penetap hukum atau memiliki kapasitas sebagai pembuat hukum
melainkan Allah swt. sendiri yang memberikan keputusan melalui perantara yakni rasulNya.

Perhatikan firman Allah swt


“Dan tidaklah apa yang diucapkan (rasul) menurut kemauan hawa nafsunya ucapan itu tidak
lain adalah wahyu yang di wahyukan”  (QS. An-Najm: 3-4)

Unsur-unsur Hadist
Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadis. Sanad terdiri atas seluruh penutur
mulai dari orang yang mencatat hadis tersebut dalam bukunya (kitab hadis) hingga mencapai
Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh
sebelumnya maka sanad hadis bersangkutan adalah

Al-Bukhari > Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad
SAW

Sebuah hadis dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi dalam
lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan
penutur dalam tiap thaqabah sanad akan menentukan derajat hadis tersebut, hal ini dijelaskan
lebih jauh pada klasifikasi hadis.

Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Hadis terkait dengan sanadnya ialah :

 Keutuhan sanadnya
 Jumlahnya
 Perawi akhirnya

Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam.Hal ini diterapkan
di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas
penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadis-hadis nabawi.

Sanad dari segi bahasa artinya (sandaran, tempat bersandar, yang menjadi
sandaran). Sedangkan menurut istilah ahli hadis, sanad yaitu:

(Jalan yang menyampaikan kepada matan hadis). Contoh :


Artinya:
“Dikhabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi, yang menerimanya dari
Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah sebagian dari antara kamu
membeli barang yang sedang dibeli oleh sebagian yang lainnya. ” (Al-Hadis)

Dalam hadis tersebut dinamakan sanad adalah:

(Dikhabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari nafi yang menerimanya dari
Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda:…)

Kedudukan sanad dalam hadis sangat penting, karena hadis yang diperoleh/ diriwayatkan
akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadis dapat
diketahui mana yang dapat diterima atau ditolak dan mana hadis yang sahih atau tidak, untuk
diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum Islam. Ada
beberapa hadis dan atsar yang menerangkan keutamaan sanad, di antaranya yaitu: Diriwayatkan
oleh muslim dari Ibnu Sirin, bahwa beliau berkata:

Artinya:
“Ilmu ini (hadis ini), idlah agama, karena itu telitilah orang-orang yang kamu mengambil
agamamu dari mereka,”

Asy-Syafii berkata.
Artinya:
“Perumpamaan orang yang mencari (menerima) hadis tanpa sanad, sama dengan orang yang
mengumpulkan kayu api di malam hari. ”

Matan ialah redaksi dari hadis, Matan dari segi bahasa artinya membelah, mengeluarkan,
mengikat. Sedangkan menurut istilah ahli hadis, matan yaitu:

(perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW yang disebut sesudah habis
disebutkan sanadnya) .

Artinya:
” Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu Hurairah.
bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Seandainya tidak memberatkan terhadap umatku, niscaya
aku suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan salat. ” (Al-Hadis)

Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadis ialah:

 Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau
bukan,
 Matan hadis itu sendiri dalam hubungannya dengan hadis lain yang lebih kuat sanadnya
(apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al
Quran (apakah ada yang bertolak belakang).
Rawi adalah orang yang menyampaikan (atau menuliskan dalam suatu kitab) apa-apa yang
pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Aktivitas dalam menyampaikan suatu
hadits/berita tersebut dinamakan me-rawi-kan atau meriwayatkan hadits.

Sifat-sifat Rawi:
Tiap-tiap orang dari rawi sebuah hadits haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Bukan pendusta
b. Tidak dituduh sebagai pendusta
c. Tidak banyak salahnya
d. Tidak kurang ketelitiannya

Sifat rawi yang lemah:


1. Pendusta, pembohong
2. pemalsu
3. lembek
4. jelek hafalannya/pelupa
5. munafiq

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “MARTABAT HADIST,FUNGSI,KEDUDUKAN DAN
UNSUR-UNSUR HADIST”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Pekanbaru 13 oktober 2011

Penyusun

ARTABAT HADIST,FUNGSI,KEDUDUKAN,DAN UNSUR-UNSUR HADIST

NAMA-NAMA KELOMPOK 2 :

AROIKA PUTRA

M.IQBAL

NI’MAT SARI DINDA RENI

NOFRIALINA

TOMMI HENDRI

AKUNTANSI:B
SEMESTER:III

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

2010/2011

Anda mungkin juga menyukai