Anda di halaman 1dari 3

Resume Studi Qur'an Hadist

Dosen Pengampu : Zainul Muttaqin MH

Oleh : Faiq Afif Auliya

NIM : 126103213317

1. Pengertian Hadist

Secara istilah, para jumhur ( mayoritas ) ulama hadist mengartikan hadist sebagai segala ucapan ,
perbuatan dan keadaan nabi. Keterangan ini mengindikasikan bahwa segala yang berasal dari Rasulullah
SAW baik berupa ucapan perbuatan maupun berupa hal keadaan termasuk dalam kategori hadist.
Sedangkan menurut ulama ushul fiqh memandang hadist hanya yang terkait dengan hukum syara’yakni
segala perkataan perbuatan dan taqrir nabi yang terkait dengan hukum. Pengertian hadis secara luas
adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi tumpuan
umat Islam hingga saat ini. Hadist merupakan sumber hukum kedua setelah AlQuran. Keberadaan hadis,
menjadi pelengkap dan menyempurnakan supaya umat tidak salah paham dalam memaknai setiap ayat
atau ajaran agama. Saat umat mempertanyakan hal baru dan belum terdapat di AlQuran serta hadis,
maka diambil dari Ijma'. Kemudian berlanjut baru dijelaskan dan diperkuat dengan adanya Qiyas. Secara
bahasa, hadis berarti berbicara, perkataan, percakapan. Hadis disebut juga 'Sunnah', yang secara istilah
berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW
yang dijadikan landasan syariat Islam.

2. Perbedaan Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi

Hadist Qudsi

1. Secara bahasa, kata qudsi adalah nisbah dari kata quds, Hadits qudsi adalah firman atau perkataan
Allah SWT, namun jenis firman Allah SWT yang tidak termasuk Al-Quran. Hadits qudsi tetap sebuah
hadits, hanya saja Nabi Muhammad SAW menyandarkan hadits qudsi kepada Allah SWT. Maksudnya,
perkataan Allah SWT itu diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan redaksi dari diri beliau sendiri.

Hadist Nabawi

Sedangkan hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.

Fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an

 Fungsi hadits terhadap Al Quran sebagai dasar dari pengetahuan Islam tentunya harus dipahami.
Sunnah rasul sendiri diinformasikan melalui hadits ditulis oleh para ulama zaman dulu. Sebagai
penyampai risalah dari Allah, sudah pasti apa yang disampaikan oleh Rasul adalah benar.
Bayan At-Taqrir (Memperjelas isi Alquran) berarti memperkuat isi dari Alquran. Dalam hal ini sebagai
contoh hadits yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu,
yakni:“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima salat seseorang yang berhadats sampai ia berwudhu”
(HR.Bukhori dan Abu Hurairah) Hadits di atas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berarti “Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah muka dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki” - (QS.Al-Maidah:6)

2. Bayan At-Tafsir (Menafsirkan isi Alquran)

yang berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi Alquran yang masih bersifat umum (mujmal)
serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat mutlak (taqyid).

Contoh hadits sebagai bayan At-tafsir adalah penjelasan nabi Muhammad SAW mengenai hukum
pencurian. “Rasulullah SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri, maka beliau memotong
tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan” Hadist diatas menafsirkan surat Al-maidah ayat 38:

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah” - (QS.Al-Maidah: 38)

3. Bayan At-Tasyri (Memberi kepastian hukum Islam yang tidak ada di Al Quran)

sebagai Bayan At-tasyri’ atau sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-ajaran Islam yang tidak
dijelaskan dalam Alquran. Biasanya Alquran hanya menerangkan pokok-pokoknya saja.

Contohnya hadits mengenai zakat fitrah, dibawah ini: “Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada
umat Islam pada bulan Ramadan satu sha’ kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau
hamba, laki-laki atau perempuan” - (HR. Muslim).

4. Bayan Nasakh (Mengganti ketentuan terdahulu) berarti ketentuan yang datang kemudian dapat
menghapuskan ketentuan yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan
lingkungannya dan lebih luas. Contohya: “Tidak ada wasiat bagi ahli waris” Hadits ini menasakh surat QS.
Al-Baqarah ayat 180:“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabat secara
ma’ruf. (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa” - (QS.Al-Baqarah:180) untuk fungsi
hadits sebagai Bayan Nasakh ini ada perdebatan di kalangan ulama. Ada juga yang berpendapat Bayan
Nasakh bukanlah fungsi hadits.

Perbedaan antara Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi

1.Al-Qur`an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan yang membacanya
dianggap ibadah; 
2.  Hadis Nabawi ialah apa saja yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan, maupun sifat; 

3.  Hadits Qudsi adalah sesuatu yang disandarkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Anda mungkin juga menyukai