Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

HUBUNGAN HADITS DENGAN AL-QUR’AN

Dosen Pengampu : Dr. Hemawati, S.Pd.I, MA

Disusun Oleh : Mudia Hawa Nur

NIM : 900.22.234

Prodi : Pendidikan Agama Islam

Semester : I-B / Ekslusif

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SYEKH H.A.HALIM AL-ISHLAHIYAH BINJAI
TAHUN AKADEMIK
2022-2023
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits
Hadits adalah kata yang berasal dari bahasa Arab; yaitu ‘al-hadis, jama’nya al-
ahadis, al- hidsan, dan al-hudsan’, dan memiliki banyak arti diantaranya adalah “al-
jadid” (yang baru) lawan dari ”al-qodim” (yang lama) dan “al-khabar” (kabar atau
berita).1 Menurut Jumhurul Muhaddisin, Hadits ialah sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir)
dan yang sebagainya.
Yang dimaksud dengan perkataan Nabi Muhammad SAW ialah perkataan yang
pernah beliau ucapkan dalam berbagai bidang, seperti bidang hukum (syari’at),
akhlaq, aqidah, pendidikan, dan sebagainya. Sedangkan perbuatan Nabi Muhammad
merupakan penjelasan praktis terhadap peraturan-peraturan syari’at yang belum jelas
cara pelaksanaannya. Arti taqrir Nabi, ialah keadaan beliau mendiamkan, tidak
mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan
oleh para sahabat dihadapan beliau.

B. Macam-macam Hadits
1. Hadits Qauli
Hadits yang berdasarkan segala bentuk perkataan atau ucapan yang
disandarkan kepada Rasulullah SAW. Hadits ini berisi berbagai tuntnan,
petunjuk syara’, peristiwa, dan kisah yang berkaitan dengan aspek akidah,
syariat, maupun akhlak.

2. Hadits Fi’li
Hadits yang berdasarkan segala perbuatan yang disandarkan kepada
Rasulullah SAW. Hadits ini mengandung berita tentang perbuatan Rasulullah
SAW yang menjadi panutan perilaku para sahabat pada saat itu.

3. Hadits Taqriri
Hadits yang mengandung ketetapan Rasulullah SAW terhadap apa yang
datang atau dlakukan oleh para sahabatnya.

4. Hadits Hammi
Hadits yang berupa keinginan atau hasrat Rasulullah SAW yang belum
terealisasikan, seperti halnya saat berpuasa tanggal 9 Asyura.

5. Hadits Ahwali
Hadits yang tidak mencakup empat hadits sebelumnya. Hadits kateori ini
biasanya menceritakan sifat dan kepribadian sera keadaan fisik Rasulullah
SAW.

1
Sa’adullah Asra’idi, Hadits-Hadits Sekte, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 1

1
6. Hadits Qudsi
Hadits yang diberitakan Allah SWT keada Rasulullah SAW selain Al-
Qur’an yang isinya disusun oleh Rasulullah SAW.

C. Kedudukan Hadits Terhadap Al-Qur’an


Al-Qur’an dan Hadits merupakan dua sumber hukum Islam yang tetap, yang
orang islam tidak mungkin memahami syariat Islam secara mendalam dan lengkap
dengan tanpa kembali kepada kedua sumber Islam. Kedudukan Hadits sebagai sumber
hukum Islam dengan melihat beberapa dalil. Dalam salah satu pesan Rasulullah
SAW. Berkenaan dengan keharusan menjadikan Hadits sebagai pedoman hidup,
disamping Al-Qur’ansebagai pedoman utamanya,
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya “Aku tinggalkan dua pusaka
untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat seagi kamu berpegang teguh pada
keduanya, yaitu berupa kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (HR.Malik)2

D. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an


Ada beberapa fungsi hdits terhadap Al-Qur’an, yaitu:
1. Bayan At-Taqrir
Yang dimaksud dengan bayan ini ialah menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan didalam Al-Qur’an. Fungsi Hadits dalam hal ini hanya
memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an.3
Contohnya yaitu Hadits yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar,
yang berbunyi “Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah,
juga apabila melihat (ru’yah) itu maka berbukalah”. (HR Muslim). Hadits ini
datang mentaqrir ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah Ayat 185 yang artinya
“Maka barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah
ia berpuasa…” (QS. Al Baqarah (2): 185)

2. Bayan At-Tafsir
Maksud dari Bayan ini adalah untuk memberikan rincian dan tafsiran
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih global (mujmal), memberikan
persyaratan/batasan (taqyid) ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat mutlak, dan
mengkhususkan (takhsis) terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat
umum.

3. Bayan Al-Tasyri’
Bayan Al-Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran
yang tidak didapati dalam Al-Qur’an, atau dalam Al-Qur’an hanya terdapat
pokok-pokonya (ashl) saja.

4. Bayan Al-Nasakh
2
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 4, hal. 54
3
Ibid, hal. 58

2
Untuk bayan jenis ini terjadi perbedaan yang sangat tajam. Ada yang
mengakui dan menerima fungsi Hadis sebagai nasikh terhadap sebagian
hukum Al-Qur’an dan ada juga yang menolaknya. Kata ‘nasakh’ secara
bahasaberarti ‘ibthal’ (membatalkan), 
‘izalah’(menghilangkan), ‘tahwil’ (memindahkan), dan ‘taghyir’ (mengubah).
Jadi, intinya ketentuan yang datang kemudian tersebut menghapus
ketentuan yang datang terdahulu, karena yang terakhir dipandang lebih luas
dan lebih cocok nuansanya. Ketidakberlakuan suatu hukum (nasakh wa al-
mansukh) harus memenuhi syarat-syaratnya yang ditentukan, terutama
syarat/ketentuan adanya nasakh dan mansukh.4

E. Perbadingan Hadits Dengan Al-Qur’an


Al-Qur’an mempunyai ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki oleh Hadis, yaitu:
1. Al-Qur’an merupakan mukjizat yang kekal, terpelihara dari segala perubahan
dan semua lafazh, huruf-huruf, dan redaksinya bersifat mutawatir.
2. Diharamkan meriwayatkan Al-Qur’an dengan makna yang dikandungnya saja.
3. Diharamkan disentuh dan dibaca oleh orang yang berjunub, berhadats dan
lain-lain.
4. Disyaratkan membacanya dalam shalat.
5. Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah, satu huruf dibalas sepuluh kebaikan.5
6. Tidak boleh menjualbelikan ayatnya (dalam riwayat Imam Ahmad) dan
makruh menjualbelikan ayatnya (menurut Imam Syafi’i).
7. Sejumlah lafazhnya disebut ayat, jumlah tertentu (yang telah dibataskan) dari
ayat-ayat disebut surat.
8. Lafazh dan maknanya dari Allah, berdasarkan wahyu yang jelas menurut
kesepakatan ulama.

Adapun Hadits bercirikan sebagai berikut:


1. Hadits merupakan mukjizat bagi nabi Muhammad SAW.
2. Makna dari Hadits langsung dari Allah dan redaksinya dari nabi.
3. Hadits tidak boleh dilafaikan di dalam bacaan shalat.
4. Hadits diberikan langsung kepada nabi Muhammad melalui ilham atau mimpi.
5. Penolakan Hadits bukan merupakan perbuatan kufur.

BAB II
4
Ibid, Hal. 66
5
As Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani, Mutiara Pokok Ilmu Hadist, (Bandung: Trigenda Karya,
1995), hal. 41

3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
melalui malaikat Jibril secara mutawattir, apabila dibaca menjadi ibadah. Sedangkan
Hadits adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammad SAW.  
Kedudukan Hadis terhadap Al-Qur’an adalah sebagai sumber hukum kedua
setelah Al-Qur’an menjadi sumber hukum pertama. Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an
diantaranya: Bayan At-Taqrir, Bayan Al-Tafsir, Bayan Al-Tasyri’, Bayan Al-Nasakh.
Adapun macam-macam Hadits yaitu Hadits Qauli, Hadits Fi’li, Hadis Taqriri, Hadits
Hammi, Hadits Ahwali, Hadits Qudsi.

B. Saran
Makalah yang dapat kami buat, sebgai manusia biasa kita menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin……

4
DAFTAR PUSTAKA

Asra’idi. S. 1996. Hadits-Hadits Sekte. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Suparta. M.  2003. Ilmu Hadis. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Al Hasani. A. 1995. Mutiara Pokok Ilmu Hadist. Bandung. Trigenda Karya.

Anda mungkin juga menyukai