NIM : 900.22.234
B. Macam-macam Hadits
1. Hadits Qauli
Hadits yang berdasarkan segala bentuk perkataan atau ucapan yang
disandarkan kepada Rasulullah SAW. Hadits ini berisi berbagai tuntnan,
petunjuk syara’, peristiwa, dan kisah yang berkaitan dengan aspek akidah,
syariat, maupun akhlak.
2. Hadits Fi’li
Hadits yang berdasarkan segala perbuatan yang disandarkan kepada
Rasulullah SAW. Hadits ini mengandung berita tentang perbuatan Rasulullah
SAW yang menjadi panutan perilaku para sahabat pada saat itu.
3. Hadits Taqriri
Hadits yang mengandung ketetapan Rasulullah SAW terhadap apa yang
datang atau dlakukan oleh para sahabatnya.
4. Hadits Hammi
Hadits yang berupa keinginan atau hasrat Rasulullah SAW yang belum
terealisasikan, seperti halnya saat berpuasa tanggal 9 Asyura.
5. Hadits Ahwali
Hadits yang tidak mencakup empat hadits sebelumnya. Hadits kateori ini
biasanya menceritakan sifat dan kepribadian sera keadaan fisik Rasulullah
SAW.
1
Sa’adullah Asra’idi, Hadits-Hadits Sekte, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 1
1
6. Hadits Qudsi
Hadits yang diberitakan Allah SWT keada Rasulullah SAW selain Al-
Qur’an yang isinya disusun oleh Rasulullah SAW.
2. Bayan At-Tafsir
Maksud dari Bayan ini adalah untuk memberikan rincian dan tafsiran
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih global (mujmal), memberikan
persyaratan/batasan (taqyid) ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat mutlak, dan
mengkhususkan (takhsis) terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat
umum.
3. Bayan Al-Tasyri’
Bayan Al-Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran
yang tidak didapati dalam Al-Qur’an, atau dalam Al-Qur’an hanya terdapat
pokok-pokonya (ashl) saja.
4. Bayan Al-Nasakh
2
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 4, hal. 54
3
Ibid, hal. 58
2
Untuk bayan jenis ini terjadi perbedaan yang sangat tajam. Ada yang
mengakui dan menerima fungsi Hadis sebagai nasikh terhadap sebagian
hukum Al-Qur’an dan ada juga yang menolaknya. Kata ‘nasakh’ secara
bahasaberarti ‘ibthal’ (membatalkan),
‘izalah’(menghilangkan), ‘tahwil’ (memindahkan), dan ‘taghyir’ (mengubah).
Jadi, intinya ketentuan yang datang kemudian tersebut menghapus
ketentuan yang datang terdahulu, karena yang terakhir dipandang lebih luas
dan lebih cocok nuansanya. Ketidakberlakuan suatu hukum (nasakh wa al-
mansukh) harus memenuhi syarat-syaratnya yang ditentukan, terutama
syarat/ketentuan adanya nasakh dan mansukh.4
BAB II
4
Ibid, Hal. 66
5
As Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani, Mutiara Pokok Ilmu Hadist, (Bandung: Trigenda Karya,
1995), hal. 41
3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
melalui malaikat Jibril secara mutawattir, apabila dibaca menjadi ibadah. Sedangkan
Hadits adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammad SAW.
Kedudukan Hadis terhadap Al-Qur’an adalah sebagai sumber hukum kedua
setelah Al-Qur’an menjadi sumber hukum pertama. Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an
diantaranya: Bayan At-Taqrir, Bayan Al-Tafsir, Bayan Al-Tasyri’, Bayan Al-Nasakh.
Adapun macam-macam Hadits yaitu Hadits Qauli, Hadits Fi’li, Hadis Taqriri, Hadits
Hammi, Hadits Ahwali, Hadits Qudsi.
B. Saran
Makalah yang dapat kami buat, sebgai manusia biasa kita menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin……
4
DAFTAR PUSTAKA