Anda di halaman 1dari 9

SUMBER AJARAN ISLAM AL-HADITS

Makalah Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah
Al-Islam Kemuhammadiyah (AIK 1)
Disusun Oleh:
Kelompok 8
1. Putriani lamidu (23075029)
2. Tenri Esa Lodik (23075031)
Dosen Pengampuh :
Dr.Jumahir S.Ag.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
TAHUNAJARAN2023-2024/1445 H
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. PENGERTIAN HADIST............................................................................3
B. KEDUDUKAN HADIST SEBAGAI HUKUM ISLAM..........................3
C. FUNGSI HADIST TERHADAP AL-QURAN.........................................4
D. BENTUK-BENTUK HADIST...................................................................5
KESIMPULAN.......................................................................................................8

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HADIST

Secara Bahasa hadist berarti perkataan atau ucapan. Sedangkan


menurut istilah, hadist adalah segala perkataan, perbuatan dan ketepatan
(takrir) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Hadist juga
dinamakan sunnah. Namuan demikian, ulama hadis membedakan hadist
dengan sunnah. Hadist adalah ucapan atau perkataan Rasulullah SAW.
Yang menjadi sumber hukum islam. Hadist dalam arti perkataan atau
ucapan RAsulullah Saw. Terdiri atas beberapa bagian yang saling terkait
satu sama lain. Bagaian-bagian tersebut antara lain sebagai berkut:
1. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadist
dari Rasulullah saw. Sampai kepada kita sekarang ini
2. Matan, yaitu isi atau materi hadist yang disampaikan Rasulullah Saw
3. Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadist.

B. KEDUDUKAN HADIST SEBAGAI HUKUM ISLAM

Sebagai sumber hukum islam, hadist berada satu tingkat dibawah


Al-Quran
Artinya, jika sebuat perkara hukumnya tidak terdapat didalam Al-
Quran yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadist tersebut.
Hal ini sebagimana firman Allah Swt
“…dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia.
Dan apa-apa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah”(Q.S. al-Hasry/59:7).
Demikian pula firman Allah Swt. Dalam ayat yang lain
“ Barang siapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesunggunya ia
telah menaati Allah Swt. Dan barang siapa berpaling (darinya), maka
ketahuilah kami tidak memutusmu (Muhammad) untuk menjadi
pemelihara mereka”
As-sunnah adalah sumber hukum islam yang kedua sesudah Al-
Quran. Apabila as-sunnah/hadist tidak berfungsi sebagai sumber hukum ,
maka kaum muslimin akan mengalami kesulitan-kesulitan seperti:
1. Melaksanakan shalat, ibadah haji, mengeluarkan zakat dan lain sebaginya,
karena ayat al-quran dalam hal tersebut hanya berbicara secara global dan
umun, sedangkan yang menjelaskan secara rinci adalah al-hadist.
2. Menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, untuk menghindari penafsiran yang
subjektif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan
3. Menghadapi masalah kehidupan yang bersifat teknis, karena adanya
peraturan-peraturan yang diterangkan oleh hadist yang tidak ada dalam Al-
Quran seperti memakan bangkai ikan dan belalang.

C. FUNGSI HADIST TERHADAP AL-QURAN

Rasulullah Saw. Sebagai pembawa risalah Allah Swt. Bertugas


menjelaskan ajaran yang diturunkan Allah Swt. Melalui Al-Quran kepada
umat manusia. Oleh karena itu, hadist berfungsi untuk menjelaskan
(bayan) serta mengugat hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Quran.

Fungsi hadist terdapap Al-Quran dalam dikelompokkan menjadi


empat yaitu:

a. Menjelaskan ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat umum.


Contohnya adalah ayat al-quran yang memerintahkan salat. Perintah solat
dalam Al-Quran masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadist-
hadist Rasulullah Saw. Tentang sholat, baik tentang tata caranya maupun
jumlah bilangan rakaatnya. Untuk menjelaskan perintah sholat tersebut,
misalnya keluarlah sebuah hadist yang berbunyi, “Shalatlah kalian
sebagimana kalian melihat aku shalat”. (H.R. Bukhari).
b. Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-qur’an seperti dalam al-qur’an
terdapat ayat yang menyatakan,“Barangsiapa di antara kalian melihat bulan,
maka berpuasalh!”Kemudian ayat tersebut diperkuat oleh sebuah hadis yang
berbunyi,”... berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena
melihatnya...” (H.R. Bukhari dan Muslim).
c. Menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam al-qur’an Misal, dalam
surat at-taubah ayat 34 dikatakan, “Orang-orang yang menyimpan emas dan
perak,kemudian tidak membelanjaknnya di jalan Allah Swt., gembirakanlah
mereka dengan azab yang pedih!” Ayat ini dijelaskan oleh hadis yang
berbunyi, “Allah Swt. tidak mewajibkan zakat kecuali supaya menjadi baik
harta-hartamu yang sudah dizakati.” (H.R. Baihaqi).
d. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-qur’an Maksudnya
adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumya dalam al-qur’an,
diambil dari hadis yang sesuai. Misalnya, bagaimana hukumnya seorang laki-
laki yang menikahi seorang perempuan istrinya. Hal tersebut dijelaskan dalam
sebuah hadis Rasulullah saw.:

Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Dilarang seseorang


mengumpulkan (mengawini secara bersama) seorang perempuan dengan
saudara dari ayahnya serta seorang perempuan dengan saudara perempuan dari
ibunya,.” (H.R. Bukhari).

D. BENTUK-BENTUK HADIST

1. Hadist Mutawatir
Secara etimologi,kata mutawir berarti: Mutatabi’ (beriringan tanpa jarak).
Dalam terminologi ilmu hadist, ia merupakan hadist yang diriwayatkan oleh
orang banyak, dan berdasarkan logika atau kebiasaan,mustahil mereka akan
sepakat untuk berdusta.
2. Hadist Ahad
Al Ahad jama’dari ahad, menurut bahasa berarti al-wahid atau satu. Dengan
demikian khabar wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang.
Sedangkan ahad secara istilah,banyak didenifisikan Para ulama,antara lain:
“Khabar yang tiada sampai jumlah banyak pemberitanya kepada jumlah khabar
mutawatir,baik pengkhabar itu seorang,dua,tiga,empat,lima dan seterusnya dari
bilangan-bilangan yang tiada memberi pengertian bahwa khabar itu dengan
bilangan tersebut masuk ke dalam khabar mutawatir.”
Melihat dari beberapa definisi diatas ,maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
hadist ahad adalah sebagai berikut:
a. Hadits yang diriwayatkan oleh beberapa rawi,akan tetapi tidak mencapai
derajat mutawatir.
b. Perawi-perawi tersebut dalam jumlah mengalami variasi dalam setiap
thabaqah(tingkatan).
c. Perawi-perawi dalam hadist ahad tidak berdasrkan jumlah,akan tetapi lebih
tertuju pada kredibilitas perawi.
3. Hadist Masyhur
Masyhur menurut bahasa ialah al-intisyar wa az-zuyu’(sesuatu yang sudah
terbesar dan populer). Atau Masyhur ialah hadist yang diriwayatkan oleh tiga
orang atau lebih,tetapi belum mencapai derajat mutawatir. Menurut ulama
ushul: “Hadis yang diriwayatkan dari sahabat,tetapi bilangannya tidak sampai
ukuran bilang mutawatir,kemudian baru mutawatir setelah sahabat dan
demikian pula setelah mereka.”
4. Hadist Dhaif (Lemah)
Hadist dhaif ialah hadist yang sanadnya tidak bersambung dan
diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat
ikatannya,mengandung keganjalan atau cacat.
5. Hadist Maudu’
Hadist Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak, yang tidak diterima.
Sedangkan menurut urf Muhaditsin,Hadist Mardud ialah hadist yang tidak
menunjuki keterangan yang kuat akan adanya,tetapi adanya dengan
ketidakadaannya bersamaan. Maka, jumhur ulama mewajibkan untuk
menerima hadist-hadist maqbul, dan sebaliknya setiap hadis yang mardud tidak
boleh diterima dan tidak diamalkan(harus ditolak}.
KESIMPULAN

Berdasarkan seluruh pembahasan yang di paparkan sebelumnya maka dapat


diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengertian Hadits
Secara bahasa, hadist dapat berarti baru, dekat dan Khabar (cerita).
Sedangkan menurut istilah hadist berarti segala perkataan, perbuatan dan
taqrir atau persetujuan yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW
2. Kedudukan Hadits Sebagai Hukum Islam
Peran dan kedudukan hadits adalah sebagai tabyin atau penjelas dari
Al-Qur'an dan juga menjadi sumber hukum sekunder/kedua setelah Al-
qur'an. Ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang
dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam.
3. Fungsi Hadist Terhadap Al-qur'an
Fungsi hadist terhadap Al-qur'an adalah menjelaskan ayat-ayat al-
qur'ann yang masih bersifat umum, memperkuat pernyataan yang ada
dalam al-Qur'an, menerangkan maksud dan tujuan ayat yang ada dalam al-
Qur'an, dan menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an.
4. Bentuk-Bentuk Hadist
Adapun bentuk-bentuk hadist terbagi pada hadits mutawatir, hadist
ahad, hadist mahsyur, hadist dhaif, dan hadist maudu'.
1. Hadist mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak.
2. Hadist ahad menurut bahasa berarti al-wahid atau satu. Dengan
demikian Khabar wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu
orang.
3. Hadist mahsyur adalah hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang atau
lebih, tetapi belum mencapai derajat atau mutawatir.
4. Hadist dhaif ialah hadist yang sanadnya tidak tersambung dan
diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ikatannya.
5. Hadist maudu' ialah hadist yang tidak menunjuki keterangan yang kuat
akan adanya, tetapi adanya dengan ketidakadaannya bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai