Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HADIST DAN HUBUNGAN DENGAN AL-QUR’AN

Diajukan sebagai salah satu syarat penugasan


Mata kuliah Ulumul Hadist
Dosen Pengampu : Rosyita, LC, MA

Disusun oleh kelompok 2 :

Lisa Andryani (213121002)


Misna (213121003)
Keprianto (2131210)
Karim T. Rauf (2131210)

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

karinia- Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak

lupa kami ucapkan terima kasih kepada ustadz dan ustadzah serta teman teman yang

telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan ,oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun.Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan teman teman Aamiin….

Penyusun

KELOMPOK 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1


A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 2
C. Tujuan ……………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………… 3


A. Hadist Dan Hubungannya Dengan Al-Qur’an ………………………… 3
B. Dasar Kehujjahan Hadist ……………………………………………….. 4
C. Fungsi Hadist Terhadap Alqur’an …………………………………….. 6
D. Contoh Sanad, Matan, Hadist Perawi dan Mukharij Hadist …………. 6

BAB III PENUTUP ………………………………………………………….. 10


A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 10
B. Saran ……………………………………………………………………... 10

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai pedoman hidup muslim, umat Islam meyakini


dan memposisikan al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama dan utama bagi
umat Islam yang tidak diragukan lagi kebenaran dan tak terbantahkan
otentitasnya sebagai teks suci bagi hukum Islam. Dalam menjelaskan aturan-
aturan hukum, umumnya Al-Qur’an memberikan penjelasan global dan hanya
beberapa yang bersifat mendetail. Secara garis besar, penjelasan hukum
oleh Al-Qur’an berbentuk tiga cara yaitu ijmali(global) seperti perintah
sholat, tafshili (terperinci) seperti hukum waris, tata cara talak, dan (isyarat)
yang memberikan sebatas hukum pokok secara isyarat.
Dengan penjelasan yang sifatnya global tersebut, dalam eksistensinya
sumber hukum dalam Islam kemudian merujuk tidak hanya al-Qur’an saja,
juga kemudian hadis, ijma’ dan qiyas. Ketiganya merupakan sumber sekunder

hukum-hukum Islam. Sumber-sumber ini bukan berfungsi sebagai


penyempurna Al-Qur’an melainkan sebagai penyempurna pemahaman manusia
akan maqasid al-syari’ah. Karena al-Qur’an telah sempurna kandungannya
yang tidak sempurna dan kadang salah adalah pemahaman manusia,
sehingga dibutuhkanlah penjelas (bayan) sebagai tindakan interpretative
tentang sesuatu yang belum dipahami secara seksama.
Salah satu dari sumber hukum Islam adalah hadits. Secara
etimologis, hadits berarti ‘sesuatu yang baru’, kabar atau berita. Sedangkan
secara terminologi, hadits adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Saw
baik berupa ucapan, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi
Saw.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hadist dan Hubungannya Dengan Alqur’an?

2. Apa Dasar Kehujjahan Hadist?

3. Apa Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur’an?

4. Bagaimana Contoh Sanad, Matan, Hadist Perawi dan Mukharij Hadist?

C. Tujuan

1. Mengetahui Hadist dan Hubungannya Dengan Alqur’an.

2. Mengetahui Dasar Kehujjahan Hadist.

3. Mengetahui Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur’an.

4. Mengetahui Contoh Sanad, Matan, Hadist Perawi dan Mukharij Hadist .

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadist dan Hubungannya Dengan Alqur’an.

Menurut bahasa (lughat), “hadits” dapat berarti baru, dekat (qarib)

dan cerita (khabar). Sedangkan menurut istilah ahli “hadist” ialah “segala ucapan

Nabi, segala perbuatan beliau dan segala keadaan beliau”. Akan tetapi para

ulama Ushul Hadits, membatasi pengertian hadits hanya pada ”Segala

perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir Nabi Muhammad SAW, yang

bersangkut paut dengan hukum.1

Seperti yang kita ketahui, bahwa Alquran merupakan sumber hukum

utama atau primer dalam Islam. Akan tetapi dalam realitasnya, ada

beberapa hal atau perkara yang sedikit sekali Alquran membicarakanya, atau

Alquran membicarakan secara global saja atau bahkan tidak dibicarakan sama

sekali dalam Alquran. Nah jalan keluar untuk memperjelas dan merinci

keuniversalan Alquran tersebut, maka diperlukan Hadits atau Sunnah. Di

sinilah peran dan kedudukan Hadits sebagai tabyin atau penjelas dari Alquran

atau bahkan menjadi sumber hukum sekunder atau kedua setelah Alquran.2

Al Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum danajaran

agama Islam, antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Al-Quran

1
Muhammad Ali, “Peran Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama,Dalil-Dalil Kehujjahan
Hadist dan Fungsi Hadist Terhadap Alqur’an”, Risalah Jurnal dan Studi Islam, Vol.5 No.1,
(Maret 2019), Hlm.126.
2
Ibid

3
merupakan sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang

bersifat umum dan global. Oleh karena itu kehadiran hadits, sebagai sumber

ajaran kedua tampil untuk menjelaskan keumuman isi Al-Qu’ran tersebut.

Hubungan antara Hadist dan Al-Qur’an sangat integral , keduanya tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, karena keduanya berdasarkan

wahyu dari Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk disampaikan

kepada umatnya, hanya proses penyampaiannya dan periwayatannya yang

berbeda. Sunnah mempunyai peran yang utama yaitu menjelaskan Al-qur’an,

baik secara eksplisit ataupun implisit, sehingga tidak ada istilah kontra antarasatu

dengan yang lain.3

B. Dasar Kehujjahan Hadist

Hadits merupakan salah satu sumber hukum Islam yang sangat

penting dalam menjelaskan dan menjabarkan hal-hal selain dijelaskan

dalam Al Qur’anserta menjadi hujjah dalam menentukan dan

menetapkan dalam Hukum Islam.Tantangan terbesar dalam kajian hadits

adalah menampik isu-isu yang diberikan para orientalis yang mengkritik

akan eksistensi dari hadits tersebut, haditsdianggaptidak bisa dipercayai

secara keseluruhannya sebagai sumber ajaran dan perilaku Nabi sendiri. Akan

tetapi eksistensi hadits tetap menjadi kuat dengan adanya pemikir-pemikir

Islam yang menampik tuduhan dari pra orientalis tersebut. Hadits

dalam kehujjahan dalam hukum Islam sangatlah kuat, dan menempati posisi
3
Abdul Majid Khon, “Ulumul Hadis”, (Jakarta: Amzah ,2012) hlm.24.

4
kedua dari Al Qur’an, hal ini tidak lain kedudukan akan hadits sangatlah

pentingdalam istinbat hukum Islam, karena memang penjabaran Al Qur’an

terkadang perlu penjelasan, oleh karena itulah hadits dalam kedudukan

dan fungsi sangatlah penting .4

Sejak dari awal kemunculan dan perkembangan Islam, kaum

muslimin bersepakat bahwa segala perkara mereka harus berpegang pada

pedoman Kitab Suci utama, yakni Al-Qur’an. Namun sementara Al-Qur’an

melengkapi dengan garis-garis besar pandangan etis dan satu dua memberi

preskripsi konkrit, namun ia tidak mencakup rincian yang menyeluruh.

Maka desakan kepada perlunya sistem pemikiran dan penjabaran hukum

telah mendorong gerakan pemikiran keagamaan, yakni segi-segi legalnya.5

Secara historis ummat Islam sejak abad pertama sampai pertengahanabad

kedua hijriyyah memandang hadis Nabi sebagai suatu dasar hukum dan

menempatkannya pada posisi setelah al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat

misalnya pada tradisi-tradisi yang telah berjalan dikalangan sahabat

dantabi’in. Baru pada abad kedua di masa Imam Syafi’i aktif mengembangkan

madzhabnya, muncullah sekelompok orang yang secara terang-terangan tidak

mau menerima hadis sebagai hujjah dalam menetapkan hukum. Sebagian

darimereka menerima hadis jika dibantu dengan al-Qur’an. Dan sebagian lagi

menolak hadis ahad atau hadis khashshah.6


4
Fathurrahman, “Kehujjahan Hadits dan Fungsinya Dalam Hukum Islam”, Jurnal Pemikiran
Syariah dan Hukum, Vol.6, No.1,(Maret 2022), Hlm 88.
5
Ibid, Hlm 91.
6
Ibid

5
Pada masa klasik, secara garis besar Muhammad Abu Zahrah

menyatakan terdapat tiga kelompok pengingkar sunnah yaitu:

1. Golongan yang menolak seluruh sunnah Nabi Saw.

2. Golongan yang menolak sunnah, kecuali bila sunnah memiliki kesamaan

dengan petunjuk al-Qur’an.

C. Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur’an

Dr. Muthafa As Siba’iy menjelaskan, bahwa fungsi hadits terhadap al

Qur’an, ada 3(tiga) macam, yakni: (1) Memperkuat hukum yang terkandung

dalam al Qur’an, baik yang global maupun yang detail; (2) Menjelaskan hukum!

hukum yang terkandung dalam al Qur’an yakni mentaqyidkan yang mutlak

quran, mentafsilkan yang mujmal dan mentakhsishkan yang ‘am; (3)

Menetapkan hukum yang tidak disebutkan oleh al Qur’an.

Fungsi hadist terhadap al-Qur’an secara umum adalah menjelaskan

makna kandungan al Al-Qur’an atau Lil Bayan (menjelaskan). Hanya saja

penjelasan tersebut diperinci oleh para ulama ke berbagai bentuk penjelasan.

D. Contoh Sanad, Matan, Perawi Hadist dan Mukharij Hadist

1. Sanad

Sanad secara etimologi (kebahasaan) berarti:


a. Al-mu‘tamad yaitu yang dipedomankan atau sesuatu yang dijadikan

pegangan

b. Yaitu sesuatu yang terangkat tinggi dari tanah

6
Sanad dari segi terminologi, berarti: Sanad adalah jalannya matan, yaitu

silsilah para perawi yang memindahkan (meriwayatkan) matan dari

sumbernya yang pertama. Jadi, sanad itu merupakan jalan penghubung

antara perawi-perawi yang meriwayatkan matan (teks) hadis dari sumbernya

yang pertama. 7

Berikut ini adalah contoh hadis yang terdapat dalam kitab Sunan Al-

Tirmiżī.Adapun contoh sanad hadisnya yaitu:

Kami diceritakan oleh Aḥmad bin Nasar al-Naisaburi dan orang lain,

mereka berkata,“Abu Mushir menceritakan kepada kami yang diriwayatkan

dari Ismail bin Abdullah bin Sama’ah, dari al-Auza’i, dari Qurrah, dari al-

Zuhri, dari AbuSalamah Dari AbuHurairah, beliau berkata, Rasullah saw

bersabda” Diantara kebaikan seorang muslim adalah meninggalkan hal-hal

yang tidak bermanfaat baginya”.

Dari keterangan hadis di atas terlihat adanya silsilah para perawi hadis

yang membawa kita kepada teks hadis yaitu Aḥmad bin Nashar al-Naisaburi,

AbuMushir, Ismail bin Abdullah bin Sama’ah, al-Auza’i, Qurrah, al-Zuhri, Abu

Salamah, dan Abu Hurairah. Silsilah atau rangkaian nama-nama itulah yang

dinamai dengan sanad dari hadis di atas, karena mereka-lah yang menjadi jalan

bagi kita untuk sampai kepada matan (teks) hadis dari sumbernya yang pertama

yaitu Nabi saw.8

7
Arif Muammar, “Lemah Sanad Belum Tentu Lemah Matan”, Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadist,
Vol.1, No.2,(Desember 2018), Hlm 208-209
8
Ibid

7
2. Matan

Definisi matan secara etimologi adalah sesuatu yang keras dan tinggi

(terangkat) dari bumi (tanah). Adapun definisi matan secara terminology yaitu

sesuatu yang berakhir (terletak setelah) sanad, yaitu berupa perkataan. Menurut

Nawir Yuslem yang beliau nukilkan dari kata Ajjaj Al-Khatib adalah “ Lafadz

Hadist yang mengandung makna ( pengertian).9

Contoh matan ialah seperti sabda Nabi SAW. Berikut ini:

Dari AbuHurairah, beliau berkata, Rasullah saw.,bersabda:

“Di antara kebaikan seorangmuslim adalah meninggalkan hal-hal yang tidak


bermanfaat baginya” Lafaz yang terkandung dalam hadis di atas mulai dari
kata min ḥusni islām sampai kepada tarkuhu mālāya‘nīhī disebut dengan
matan (teks) hadis. Karena lafal hadistersebut memiliki makna atau
pengertian yang bisa dimengerti oleh pembaca ataupun pendengar

3. Perawi Hadits

Perawi atau rawi hadits adalah orang-orang yang terlibat dalam

meriwayatkan hadist. Perawi pertama adalah orang pertama yang

meriwayatkan hadist. Dalam hal ini diperselisihkan oleh ulama, ada yang

memahami murid pertama shaibul matan (dalam hal ini sahabat kalau

hadistnya al marfu’ yaitu hadist yang di nisbatkan kepada nabi dan tabi’in

kalau hadistnya al-mauquf, yaitu hadist yang di nisbatkan kepada sahabat).

9
Ibid 210

8
Namun pendapat pertama yang lebih masyhur. Perawi terakhir adalah lawan

dari perawi pertama. 10

4. Makharij Hadist

Mukharij Hadist adalah ulama yang menghimpun suatu hadist dalam karya-

karya mereka, contohnya seperti imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-

Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. 11

10
Nawir Yaslem, “Ulumul Hadist”, (Jakarta: Pt. Sumber Daya Widya 2001) hlm.201-202
11
Ibid

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut bahasa (lughat), “hadits” dapat berarti baru, dekat

(qarib) dan cerita (khabar). Sedangkan menurut istilah ahli “hadist” ialah

“segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau dan segala keadaan beliau”.

Akan tetapi para ulama Ushul Hadits, membatasi pengertian hadits

hanya pada ”Segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir

Nabi Muhammad SAW, yang bersangkut paut dengan hukum.

Hubungan antara Hadist dan Al-Qur’an sangat integral , keduanya tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, karena keduanya

berdasarkan wahyu dari Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW.

Untuk disampaikan kepada umatnya, hanya proses penyampaiannya dan

periwayatannya yang berbeda.

B. Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran

dan menambah wawasan kita tentang Hadist dan Hubungannya dengan Al-

qur’an. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan

dan kekeliruan untuk itu saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan

makalah di masa mendatang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ali, “Peran Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama,Dalil-Dalil

Kehujjahan Hadist dan Fungsi Hadist Terhadap Alqur’an”, Risalah

Jurnal dan Studi Islam, Vol.5 No.1, (Maret 2019)

Abdul Majid Khon, “Ulumul Hadis”, (Jakarta: Amzah ,2012)

Fathurrahman, “Kehujjahan Hadits dan Fungsinya Dalam Hukum Islam”, Jurnal

Pemikiran Syariah dan Hukum, Vol.6, No.1,(Maret 2022)

11

Anda mungkin juga menyukai