Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSEPSI HADIST DAN HUBUNGANNYA DENGAN AL-QUR’AN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah studi hadist

Dosen Pengampu:

Nur Fauzillah S.Pd.I, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Hafidz Akmal Khoirony 08020422045


2. Mulya Andana Arisyandi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2023

1
Abstrak

KATA PENGANTAR
Hal pertama yang wajib di sampaikan adalah ungkapan rasa syukur kami kepada
Allah SWT karena hanya atas bimbingan dan hidayah-Nya, kelompok kami mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Konsepsi Hadist dan Hubungannya dengan
Al-Qur’an ’’. Sholawat dan Salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan teladan kehidupan kepada kita semua dan semoga kita
diberikan kemampuan untuk bisa meneladani apa yang sudah dicontohkan kepada kita.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbankan syari’ah dan
perekonomian di Indonesia. Dalam menyusun makalah ini kami sempat mengalami
berbagai kesulitan, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
bimbingan dan bantuan kepada:

1. Ahmadun Najah, M.H.I sebagai dosen pembimbing mata kuliah kuliah Studi
Hadits di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
2. Teman-teman program studi Ekonomi Syariah

Kami sangat menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini tentunya masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kelompok kami sangat
mengharapkan saran dan koreksi yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini. Kelompok ini juga berharap bahwa makalah ini dapat menjadi sarana
untuk saling bertukar informasi dan sebagai bentuk pengabdian diripenulis kepada Allah
SWT.

Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan umat
Islam umumnya. Amiin Ya robbal’alamiin

Surabaya, 4 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 6

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 6

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 6

1.3 Tujuan .................................................................................................... 6


BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 7
2.1 Kalimat.................................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian kalimat....................................................................... 7
2.1.2 Ciri Kalimat.................................................................................... 7
2.1.3 Syarat Kalimat............................................................................... 7
2.2 Unsur-unsur Kalimat................................................................................ 8

2.2.1 Subjek(s)......................................................................................... 8

2.2.2 Predikat(p)...................................................................................... 8
2.2.3 Objek(o).......................................................................................... 9
2.2.4 Pelengkap (pel).............................................................................. 9
2.2.5 Keterangan (Ket)............................................................................ 9
2.3 Pola Dasar Kalimat................................................................................ 10

1. Berpola S P......................................................................................... 10
2. Berpola S P O.................................................................................... 10
3. Berpola S P Pel................................................................................. 10
4. Berpola S P K.................................................................................... 11
5. Berpola S P O K................................................................................ 11
2.4 Jenis Kalimat........................................................................................ 11

3
2.4.1 Berdasarkan Pengucapan Kalimat............................................. 11
2.4.2 Berdasarkan Jumlah Frasa.......................................................... 11
2.4.3 Berdasarkan Fungsinya............................................................... 12
2.4.4 Berdasarkan Gaya Penyajiannya................................................. 12

2.5 Contoh kalimat Salah dan Benar.......................................................... 12

BAB III. PENUTUP........................................................................................ 13


3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 13
3.2 Saran...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana Konsepsi Hadist dalam Pandangan Empat Imam Madzab
2. Bagaimana Kedudukan Hadist terhadap Al-Qur’an
3. Bagaimana Fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an
4. Bagaimana Perbandingan Hadist dengan Al-Qur’an
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Konsepsi Hadist dalam Pandangan Empat Imam Madzab
2. Mangetahui Kedudukan Hadist terhadap Al-Qur’an
3. Mengetahui Fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an
4. Mengetahui Perbandingan Hadist dengan Al-Qur’an

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsepsi Hadist dalam Pandangan Empat Imam Madzab

2.2 Kedudukan Hadist terhadap Al-Qur’an


Hadist merupakan sumber hukum agama Islam kedua setelah Al-Qur’an.
Karena hadist Nabi SAWmerupakan penjelas dari isis dalam Al-Qur’an dalam
hal penerapan ajaran agama Islam.
Pada masa Nabi Muhammad SAW hidup, Para sahabat mengambil
hukum-hukum Islam (syari’at) dari Al-Qur’an yang kemudian dijelaskan oleh
Nabi Muhammad Saw. Hal ini dikarenakan para sahabat belum mampu untuk
menafsirkan ayat Al-Qur’an tanpa bantuan Rasulullah SAW. Misalnya saja, dalam
beberapa tempat terdapat penjelasan-penjelasan yang diisyaratkan oleh ayat Al-
Quran, namun hanya bersifat mujmal umum atau mutlak. Contohnya perintah tentang

5
shalat yang diungkapkan secara mujmal, tidak menerangkan bilangan rakaatnya, tidak
menerangkan cara-caranya maupun syarat rukunnya.
Contoh lain, banyak hukum di dalam Al-Quran yang sulit dipahami atau
dijalankan bila tidak memperoleh keterangan dari nabi SAW. Begitu pula terdapat
kejadian atau peristiwa yang tidak dijelaskan hukumnya oleh nash-nash Al-Quran
secara terang. Karenanya, penjelasan Rasul sangat berarti dalam hal ini. Agar para
sahabat bisa melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang diharapkan dalam Al-
Quran.
Dengan demikian jelaslah bahwa hadits Nabi SAW berkedudukan sebagai
sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran.
Hal ini sesuai firman-Nya dalam QS.Al-Hasyr:7

Artinya: “Apa yang diperintahkan Rasul, maka laksanakanlah, dan apa yang
dilarang Rasul maka hentikanlah” (QS.Al-Hasyr:7)
Dari ayat Al-Qur’an dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah
memerintahkan kita untuk senantiasa menanti Rasulullah sebagaimana menanti
Allah SWT.

2.3 Fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an


Al-Qur’an dan hadist merupakan pedoman hidup serta landasan sumber hukum
dalam ajaran agama Islam. Oleh karena itu, dua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan. Sebab Al-Qur’an merupakan sumber dasar agama Islam yang
pertama, memuat ajaran-ajaran agama Islam yang masih bersifat global dan
umum. Sedangkan hadist merupakan sumber ajaran agama Islam yang kedua
sebagai penjelas dari isi Al-Qur’an yang global dan umum tersebut.
Hal ini sesuai dengan firman Allah QS.An-Nahl:44

Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran agar kamu menerangkan kepada
umat manusia…” (QS.An-Nahl:44)

6
Allah SWT menurunkan Adz-Dzikr, yaitu Al-Quran sebagai peringatan bagi manusia.
Agar manusia bisa lebih mudah memahami ayat Al-Quran yang diturunkan Allah, maka
Dia mengutus rasulullah untuk menjelaskannya.
Selanjutnya, hadits sebagai penjelas atau al-bayan. Sebagai penjelas, AlQuran memiliki
bermacam-macam fungsi. Hal ini dikemukakan oleh beberapa ulama, diantaranya
Imam Malik bin Anas menyebut fungsi hadits ada lima, yaitu sebagai bayan attaqrir,
bayan at-tafsir, bayan at-tafsil, bayan al-bast, bayan at-tasyri’. Sementara Imam Syafi’I
menyebut lima fungsi hadits, yaitu bayan at-tafsil, bayan at-takhsis, bayan at-ta’yin,
bayan at-tasyri’, dan bayan an-nasakh.
Fungsi hadist sebagai penjelas terhadap Al-Qur’an itu bermacam-macam:
1. Bayan at-Taqrir
Bayan at-taqrir disebut juga bayan al-ta’kid dan bayan al-isbat. Bayan at-
taqrir merupakan bayan yang menetapkan dan memperkuat apa yang telah
diterangkan di dalam Al-Qur’an. Fungsi hadist dalam hal ini hanya
memperkuat atau memperkokoh isi kandungan yanng terdapat dalam Al-
Qur’an. Sebagai contoh, yaitu hadits yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar.

Artinya: “Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila
melihat (ru’yah) itu maka berbukalah” (HR.Muslim)
Hadist tersebut mentaqrir ayat dalam QS. Al-Baqarah:185

Artinya: “Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan,


hendaklah ia berpuasa” (QS.Al-Baqarah:185)
2. Bayan at-Tafsir

Bayan at-Tafsir adalah penjelasan terhadap ayat-ayat yang


memerlukan perincian atau penjelasan lebih lanjut. Bayan at-tafsir dibedakan
menjadi duan dari segi kegunaannya:

a. Merincikan Ayat-ayat yang Mujmal


Ayat yang mujmal artinya ayat yang ringkas atau singkat. Dari
ungkapan yang singkat ini terkadang banyak makna yang perlu
dijelaskan. Hal tersebut disebabkan karena belum jelas makna

7
mana yang dimaksudnya, kecuali setelah adanya penjelasan atau
perincian. Dalam Al-Qur’an masih banyak sekali ayat-ayat yang
mujmal, yang memerlukan penjelasan (mubayyin). Seperti, ayat-
ayat yang menjelaskan tentang perintah shalat, puasa, zakat, jual
beli, nikah, qisas, dan hudud. Ayat-ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang masalah-masalah tersebut masih bersifat
global, dan memerlukan penjelasan dan perincian lebih lanjut.
Hal tersebut disebabkan karena dalam ayat-ayat tersebut belum
jelas tentang spesifikasi bagaimana cara mengejarkannya, apa
saja syarat-syaratnya, dan apa halangan-halangannya. Oleh
karena itu, Nabi Muhammad menjelaskannya secara terperinci
Sebagaimana hadits berikut:

Artinya: " Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat"


(HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menerangkan tata cara menjalankan shalat,
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Al-Baqarah:43

Artinya: " Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan ruku’lah


beserta orang orang yang ruku’" (QS.Al-Baqarah:43)

b. Membatasi Ayat-ayat yang Mutlaq

Kata mutlaq adalah kata yang menunjukan pada hakikat kata itu
sendiri apa adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah
maupun sifatnya. Maksud dari membatasi ayat yang mutlaq
artinya membatasi ayat-ayat yang mutlaq dengan sifat, keadaan,
atau syarat-syarat tertentu.

3. Bayan at-Tasyri’
Kata al-tasyri’ memiliki arti pembuatan, mewujudkan, atau menetapkan
aturan atau hukum. Bayan at-tasyri’adalah penjelasan hadist yang berupa
mewujudkan, mengadakan atau menetapkan suatu hukum atau aturan-aturan
syara yang tidak didapati nashnya dalam Al-Qur’an.

8
Bayan at-tasyri adalah penjelas hadist yang berupa penetapan suatu
hukum atau aturan syar’i yanng tidak didapati nashnya dalam Al-Qur’an.
Rasulullah dalam hal ini menetapkan suatu hukum terhadap beberapa
persoalan yang muncul saat itu dengan sabdanya sendiri, tanpa berdasarkan
kepada ketentuan yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an. Ketetapan
Rasullullah tersebut ada yang berdasarkan kepada qiyas ada juga yang tidak.
Sebagai contoh, hadits tentang zakat fitrah berikut:

Artinya: “ tidak boleh seseorang mengumpulkan (memadu) seorang wanita


dengan ‘ammah (saudara bapak) nya, dan seorang wanita dengan khalah (saudara
ibu) nya” (HR. al-Bukhari dan muslim).
Dalam ayat itu dijelaskan tentang keharaman untuk menikahi seorang wanita
bersamaan dengan bibinya baik dari pihak ayah maupun pihak ibu. Seperti yang
kita ketahui sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an bahwa kita
dilarang untuk menikahi ibu kandung, saudara, anak, dan sebagainya. Akan tetapi
tidak ada larangan untuk menikahi bibinya. Oleh karena itu dalam hal ini hadist
menentukan hal tersendiri untuk menentukan hukumnya.
Sebagian ulama mengenal bayan at-tasyri’ ini dengan nama bayan zaid ‘ala al-
Kitab al-Karim (tambahan terhadap nash Al-Qur’an. Hadist Rasulullah yang bersifat
bayan at-tasyri’ ini juga wajib diamalkan sebagaimana hadist-hadist Rasulullah
yang lainnya, tidak boleh mengingkarinya, dan tidak berarti bahwa sikap yang
dilakukan oleh Rasulullah ini mendahului Al-Qur’an, akan tetapi semata-mata
perintah dari Allah.
4. Bayan Nasakh
Kata al-nasakh memiliki beberapa arti, bisa berarti al-ibtal
(membatalkan), atau al-izalah (menghilangkan), atau al-tahwil
(memindahlkan), atau at-taghyir (mengubah). Bayan nasakh merupakan
penjelasan hadist yang menghapus ketentuan hukum yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Hadist yang datang setelah Al-Qur’an menghapus ketentuan-
ketentuan Al-Qur’an.
Terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang bayan nasakh ini.
Beberapa ulama berpendapat bahwa hadist tidak boleh men-nasakh Al-

9
Qur’an, beberapa lagi ada yang menganggap boleh dengan syarat ada
kategori tertentu. Demikianlah menurut ulama yang mengangap adanya fungsi
bayan nasakh. Imam Hanafi membatasi fungsi bayan ini hanya terhadap hadits-
hadits yang mutawatir dan masyur. Sedangkan terhadap hadits ahad, ia
menolaknya.
Salah satu contoh dari bayan nasakh yaitu:

Artinya: “Tidak ada wasiat bagi ahli waris”


Penggalan hadist diatas men-nasakh isi dari QS.Al-Baqarah:180

Artinya: “Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan


(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk
ibubapak dan karib kerabat secara ma’ruf. (ini adalah) kewajiban atas orang-orang
yang bertaqwa” (QS.Al-Baqarah:180)

2.4 Perbandingan Hadist dengan Al-Qur’an

10

Anda mungkin juga menyukai