KEPEMILIKAN DAN
TANAH DALAM
SISTEM EKONOMI
ISLAM
Kelompok 4
ANGGOTA KELOMPOK 4 :
Haidah Khakimah
Muhammad Hasan Mun’im
Nakhwah Bahiratul Imtiyaz
Mulya Andana Arishandy
LATAR BELAKANG
• Iqta’ al-mawat
• Iqta’ al-Irfaq (Iqta’ al-Amir)
• Iqta’ al-Ma’adin
PERBANDINGAN HUKUM
KEPEMILIKAN TANAH
Perbandingan hukum kepemilikan tanah antara sistem perdata
Indonesia dan perspektif Hukum Islam mengungkap kompleksitas
aturan dan prinsip di dua konteks utama. Dalam hukum perdata,
kapasitas subjek hak dan kecakapan bertindak menjadi fokus
utama, sementara Hukum Islam menekankan aspek sosial dan
kemaslahatan umum dalam kepemilikan tanah.
PERBANDINGAN KEPEMILIKAN
TANAH MENURUT UUPA DENGAN
HUKUM ISLAM.
• Subjek Hak
Menurut UUPA, Pasal 9 ayat 2, misalnya, Dalam hukum islam, kepemilikan individu atau
menegaskan bahwa "Tiap-tiap warga negara rakyat atas tanah tidak bersifat mutlak.
Indonesia, baik laki-laki maupun wanita, Kepemilikan atas harta seseorang dalam Islam
memiliki kesempatan yang sama untuk diwajibkan untuk menjalankan fungsi sosialnya,
memperoleh hak atas tanah serta untuk dengan kebebasannya tunduk pada batasan
mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri kemaslahatan orang lain, khususnya nilai
sendiri maupun keluarganya." kemaslahatan umum.
PERBANDINGAN KEPEMILIKAN
TANAH MENURUT UUPA DENGAN
HUKUM ISLAM.
2. Terjadinya Hak Milik atas Tanah
Menurut UUPA, Pasal 22 UUPA. Pertama, hak milik dapat Dalam hukum islam, kepemilikan seseorang
terjadi berdasarkan hukum adat, contohnya melalui
pembukaan lahan baru seperti membuka lahan hutan untuk terhadap benda yang belum memiliki pemilik
pertanian atau perkebunan. Kedua, hak milik dapat terbentuk (melahirkan hak kepemilikan) adalah
melalui penetapan pemerintah yang diambil dari tanah
kepemilikan baru yang didasarkan pada proses
negara. Hak Milik atas tanah ini muncul setelah pemohon
memenuhi prosedur dan persyaratan yang ditentukan oleh kerja, berbeda dengan kepemilikan yang
Badan Pertanahan Nasional. Ketiga, hak milik atas tanah didasarkan pada transaksi verbal seperti akad
dapat terjadi melalui konversi berdasarkan ketentuan
undang-undang.
jual beli.
PERBANDINGAN KEPEMILIKAN
TANAH MENURUT UUPA DENGAN
HUKUM ISLAM.
3. Pendaftaran Hak Milik atas Tanah
Menurut UUPA, Pasal 19 UUPA yang menyatakan Dalam hukum islam, pemberian izin dari
bahwa "untuk menjamin kepastian hukum, pemerintah
seorang imam untuk membuka lahan baru
melakukan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang hanya memberikan hak untuk memanfaatkan
diatur oleh Peraturan Pemerintah." Kegiatan lahan (haqq al-intifa), bukan untuk memiliki
pendaftaran mencakup pengukuran, penetapan, lahannya.
pembukuan tanah, peralihan hak atas tanah, dan
pemberian surat-surat tanda bukti hak atas tanah.
PERBANDINGAN KEPEMILIKAN
TANAH MENURUT UUPA DENGAN
HUKUM ISLAM.
4. Pencabutan Hak Milik atas Tanah
Menurut UUPA, UUPA Pasal 27. Pasal Dalam hukum islam, pencabutan hak milik tidak
tersebut menyebutkan bahwa hak milik atas hanya berdasarkan prinsip persetujuan, melainkan
tanah dapat dicabut karena dua alasan, juga untuk kepentingan umum yang bertujuan
pertama, tanah tersebut beralih kepemilikan menghindari dampak negatif yang lebih besar (al-
kepada negara, dan kedua, tanah tersebut darar al-'amm) dibandingkan dengan keuntungan
mengalami kerusakan atau musnah. yang bersifat spesifik dan individual (al?maslahah
al-khassah).
TERIMAKASIH