Anda di halaman 1dari 20

KONSEP

KEPEMILIKAN DAN
TANAH DALAM
SISTEM EKONOMI
ISLAM
Kelompok 4
ANGGOTA KELOMPOK 4 :

Haidah Khakimah
Muhammad Hasan Mun’im
Nakhwah Bahiratul Imtiyaz
Mulya Andana Arishandy
LATAR BELAKANG

Dalam konteks ekonomi Islam, kepemilikan harta tidak


hanya berkaitan dengan hak individu, tetapi juga terikat
oleh aturan-aturan syariah yang mengatur proses
perolehannya. Dalam Islam, kepemilikan tanah diatur
tanpa menggunakan istilah zamindari atau sistem tuan
tanah. Konsep tanah yang tidak boleh terbengkalai, serta
mekanisme khusus seperti Ihya’ al-Mawat dan Sistem
Iqta', menambah kompleksitas pemahaman kepemilikan
tanah dalam ekonomi Islam.
PEMBAHASA
N
KEPEMILIKAN DALAM EKONOMI
ISLAM
Pengertian «Kepemilikan» dalam islam sebenarnya berasal dari
Bahasa arab dari kata «malaka» yang artinya memiliki. Dalam
Bahasa arab «milk» yang berarti kepenguasaan orang terhadap
sesuatu dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara
riil maupun secara hukum. Para fuqoha berpendapat bahwa
«milik» adalah hubungan khusus seseorang dengan sesuatu di
mana orang lain terhalang untuk memasuki hubungan ini dan si
pemiliknya berkuasa untuk memanfaatkannya selama tidak ada
hambatan legal yang menghalanginya.
KEPEMILIKAN HARTA KEKAYAAN
DALAM EKONOMI ISLAM
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya adalah dalam hal konsep kepemilikan
harta.
Dalam sistem ekonomi islam, kepemilikan Dalam sistem ekonomi kapitalis, jumlah
harta dari segi jumlah (kuantitas) tidak (kuantitas) kepemilikan harta individu
dibatasi namun dibatasi dengan cara-cara berikut cara memperolehnya (kualitas)
tertentu (kualitas) dalam memperoleh tidak dibatasi, yakni dibolehkan dengan
harta (ada aturan halal dan haram). cara apapun selama tidak mengganggu
kebebasan orang lain.
UNSUR KEPEMILIKAN DALAM
ISLAM
a) Kepemilikan Umum (Public Property) Kepemilikan
umum adalah izin Syari’ kepada suatu komunitas
masyarakat untuk sama-sama memanfaatkan suatu barang
atau harta.
b) Kepemilikan Individu (Private Property) c) Kepemilikan Negara (State Property)
Kepemilikan Individu (private property) adalah Kepemilikan Negara adalah harta benda yang
harta yang dimiliki oleh seseorang yang ia menjadi hak setiap umat Islam, dan
dapatkan dengan cara yang sah menurut Islam
pengelolaannya menjadi tanggung jawab
dan hak manfaat atas harta tersebut hanya dapat
digu-nakan oleh individu tersebut saat masih negara.
hidup sesuai syariah.
MACAM-MACAM KEPEMILIKAN
HARTA DALAM EKONOMI ISLAM
• Al-Milk at-Tamm (Kepemilikan
sempurna)
• Al-Milk an-Naqish (Kepemilikan
tidak sempurna)

al-Milk Al-‘Ain al-Milk al-Manfaah


SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN
HARTA DALAM ISLAM.
• Bekerja (al’amal)
• Pewarisan (al-irts)
• Kebutuhan akan harta untuk menyambung
hidup
• Pemberian harta negara kepada rakyat
• Harta yang diperoleh tanpa konpensasi harta
dan tenaga
KEPEMILIKAN DAN
PEMANFAATAN TANAH DALAM
Dalam Islam tanah dapat ISLAM
dimiliki dengan cara memagari (tahjir),
diberikan secara cuma-cuma oleh khalifah (iqta’), bisa juga dengan
menghidupkan tanah mati (Ihya’ alMawat), bisa dengan waris, dan
dengan cara membeli. Jika ada tanah kosong yang tidak ada
pemiliknya, maka ada yang mengelola dan memagari tanah itu
sampai menghasilkan sesuatu, maka orang itu menjadi pemilik
tanah itu. Selama ia terus menggarap tanah itu dan tidak
membiarkannya kosong, maka tanah itu akan menjadi miliknya
selamanya. Jika ia membiarkan lahan tersebut kosong selama tiga
tahun ke depan, maka harta bendanya akan disita negara.
MEKANISME KHUSUS DALAM
KEPEMILIKAN DAN
PEMANFAATAN TANAH DALAM
ISLAM
• Menghidupkan tanah mati (ihya
Al-mawat)
• Iqta` (Pemberian)
IQTA` DIBERIKAN KEPADA DUA
KELOMPOK BERDASARKAN
KONDISINYA, YAITU:
• Diberikan kepada individu yang memiliki kemampuan untuk
menggarap tanah sendiri guna memperbaiki kondisi hidup
mereka.
• Diberikan kepada individu yang bekerja sebagai pengabdi
masyarakat dan tidak mampu mengolah tanah sendiri. Mereka
memerintahkan orang lain untuk mengelola tanah tersebut dan
membagi hasil atau pendapatan kepada mereka.
JENIS IQTA` BERDASARKAN
PENELITIAN HADIS DAN SEJARAH
• tanah tandus yang belum 2. tanah yang tidak terpakai, 3. tanah negara, termasuk tanah dar
pernah diolah dan dapat diolah tetapi sulit diakses kemenangan militer khalifah. Tanah
diperbaiki sebelumnya, karena masalah irigasi atau ini terdiri dari tanah yang
yang dibagikan oleh transportasi. Tanah tersebut pemiliknya gugur di medan perang,
Khalifah agar tanah perlu diperbaiki dan dikelola tanah yang pemiliknya melarikan
tersebut dapat kembali dengan baik untuk mencegah diri selama perang, dan tanah negar
berproduksi dan penderitaan penduduk. taklukan yang tidak digunakan
memberikan manfaat secara pribadi oleh pejabat.
bagi masyarakat.
IQTA` MENURUT PANDANGAN
ULAMA FIQH

• Iqta’ al-mawat
• Iqta’ al-Irfaq (Iqta’ al-Amir)
• Iqta’ al-Ma’adin
PERBANDINGAN HUKUM
KEPEMILIKAN TANAH
Perbandingan hukum kepemilikan tanah antara sistem perdata
Indonesia dan perspektif Hukum Islam mengungkap kompleksitas
aturan dan prinsip di dua konteks utama. Dalam hukum perdata,
kapasitas subjek hak dan kecakapan bertindak menjadi fokus
utama, sementara Hukum Islam menekankan aspek sosial dan
kemaslahatan umum dalam kepemilikan tanah.
PERBANDINGAN KEPEMILIKAN
TANAH MENURUT UUPA DENGAN
HUKUM ISLAM.
• Subjek Hak

Menurut UUPA, Pasal 9 ayat 2, misalnya, Dalam hukum islam, kepemilikan individu atau
menegaskan bahwa "Tiap-tiap warga negara rakyat atas tanah tidak bersifat mutlak.
Indonesia, baik laki-laki maupun wanita, Kepemilikan atas harta seseorang dalam Islam
memiliki kesempatan yang sama untuk diwajibkan untuk menjalankan fungsi sosialnya,
memperoleh hak atas tanah serta untuk dengan kebebasannya tunduk pada batasan
mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri kemaslahatan orang lain, khususnya nilai
sendiri maupun keluarganya." kemaslahatan umum.
PERBANDINGAN KEPEMILIKAN
TANAH MENURUT UUPA DENGAN
HUKUM ISLAM.
2. Terjadinya Hak Milik atas Tanah
Menurut UUPA, Pasal 22 UUPA. Pertama, hak milik dapat Dalam hukum islam, kepemilikan seseorang
terjadi berdasarkan hukum adat, contohnya melalui
pembukaan lahan baru seperti membuka lahan hutan untuk terhadap benda yang belum memiliki pemilik
pertanian atau perkebunan. Kedua, hak milik dapat terbentuk (melahirkan hak kepemilikan) adalah
melalui penetapan pemerintah yang diambil dari tanah
kepemilikan baru yang didasarkan pada proses
negara. Hak Milik atas tanah ini muncul setelah pemohon
memenuhi prosedur dan persyaratan yang ditentukan oleh kerja, berbeda dengan kepemilikan yang
Badan Pertanahan Nasional. Ketiga, hak milik atas tanah didasarkan pada transaksi verbal seperti akad
dapat terjadi melalui konversi berdasarkan ketentuan
undang-undang.
jual beli.
PERBANDINGAN KEPEMILIKAN
TANAH MENURUT UUPA DENGAN
HUKUM ISLAM.
3. Pendaftaran Hak Milik atas Tanah
Menurut UUPA, Pasal 19 UUPA yang menyatakan Dalam hukum islam, pemberian izin dari
bahwa "untuk menjamin kepastian hukum, pemerintah
seorang imam untuk membuka lahan baru
melakukan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang hanya memberikan hak untuk memanfaatkan
diatur oleh Peraturan Pemerintah." Kegiatan lahan (haqq al-intifa), bukan untuk memiliki
pendaftaran mencakup pengukuran, penetapan, lahannya.
pembukuan tanah, peralihan hak atas tanah, dan
pemberian surat-surat tanda bukti hak atas tanah.
PERBANDINGAN KEPEMILIKAN
TANAH MENURUT UUPA DENGAN
HUKUM ISLAM.
4. Pencabutan Hak Milik atas Tanah

Menurut UUPA, UUPA Pasal 27. Pasal Dalam hukum islam, pencabutan hak milik tidak
tersebut menyebutkan bahwa hak milik atas hanya berdasarkan prinsip persetujuan, melainkan
tanah dapat dicabut karena dua alasan, juga untuk kepentingan umum yang bertujuan
pertama, tanah tersebut beralih kepemilikan menghindari dampak negatif yang lebih besar (al-
kepada negara, dan kedua, tanah tersebut darar al-'amm) dibandingkan dengan keuntungan
mengalami kerusakan atau musnah. yang bersifat spesifik dan individual (al?maslahah
al-khassah).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai