Kami
telah
menyediakan
untuk
orang-orang
kafir
azab
yang
harta bendanya untuk kepentingan diri sendiri, baik di bidang politik maupun di bidang
ekonomi, dengan mengabaikan kepentingan-kepentingan yang luas bagi masyarakat.
Hal tersebut sangat bertentangan dengan Islam.
h. Kepentingan Kehidupan
Persoalan pengawasan dan pembagian harta tidak timbul sebelum kematian pemiliknya.
Kepentingan bagi mereka yang masih hidup dengan mempraktikkan hukum waris.
2. Sebab Kepemilikan
Sebab-sebab memiliki (tamalluk) yang ditetapkan syarak, sebagaimana disebutkan dalam
buku Pengantar Fikih Muamalat hanya terdiri atas empat sebab, adalah sebagai berikut.
a. Ihrazul Mubahat
Ihrazul mubahat adalah sebab timbul atau sifat memiliki atas benda oleh seseorang.
Yang dimaksud dengan mubah dalam ihrazul mubahat adalah harta yang tidak masuk
ke dalam milik yang dihormati (milik orang yang sah) dan tidak ada pula suatu
penghalang yang dibenarkan syarak dari memilikinya. Contoh barang-barang mubah
dan dapat dimiliki, seperti air yang tidak dimiliki seseorang, rumput dan pepohonan di
hutan belantara yang tidak dimiliki oleh orang, binatang buruan, ikan-ikan di laut.
Dalam ketentuan milkiyah, semua jenis tersebut di atas adalah barang mubah. Siapa
pun berhak memiliki semua jenis barang tersebut. Apabila dia telah menguasai dengan
maksud memiliki, menjadilah miliknya. Tidak yang termasuk mubah untuk dimiliki
seorang pun yang dapat menghalangi karena barang yang dimaksud adalah barang mati
tak bertuan, melainkan milik Allah SWT. Untuk memiliki benda-benda mubah dengan
jalan ihrazul memerlukan dua syarat.
1) Benda tersebut tidak diihrazkan orang lain terlebih dahulu. Misalkan, seseorang telah
mengumpulkan rumput dalam sebuah keranjang dan dibiarkan tidak diambil maka
orang lain tidak berhak mengambil rumput tersebut karena telah diihrazkan (dijaga)
oleh seseorang. Oleh karena itu, ada kaidah yang mengatakan bahwa barang siapa
mendahului orang lain pada sesuatu yang mubah bagi semua orang, maka
sesungguhnya ia telah memilikinya.
2) Ada maksud tamalluk, yakni jika seseorang memperoleh sesuatu benda mubah
dengan tidak bermaksud memilikinya, tidaklah benda itu menjadi miliknya.
Misalnya, seseorang memasang jaring penangkap, lalu terjeratlah seekor binatang
buruan. Jika ia meletakkan jaring penangkap tadi sekadar mengeringkan jaring,
tidaklah dia berhak memiliki binatang buruan yang terjerat oleh jaringnya. Orang
lain masih boleh mengambil binatang terjerat itu. Orang yang mengambil itulah
dipandang muhriz, bukan pemilik jaring.
b. Al 'Uqud
Al 'uqud (akad) merupakan sebab terjadi kepemilikan, seperti akad jual beli sepeda.
Sepeda yang dibeli menjadi milik pembeli secara sah karena telah terjadi akad jual beli
sepeda. Artinya, penjual telah memindahtangankan hak kepemilikan sepeda darinya
(penjual) ke pihak kedua (pembeli). Akad ini lazim disebut dengan transaksi
pemindahan hak. Maksud akad dalam sistem kepemilikan mengandung dua hal penting
yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
1) 'Uqud jabariyah, yaitu akad-akad yang harus dilakukan berdasarkan pada keputusan
hakim, seperti menjual harta orang yang berutang secara paksa. Penjualan tersebut
salah, walaupun dia menjual karena dipaksa oleh hakim, dan hakim memaksa
menjual barang itu untuk membayar utang orang lain.
2) Istimlak untuk maslahat umum
Untuk memahami dengan mudah akad ini, perhatikan contoh berikut ini. Misal tanah
tanah di samping masjid apabila diperlukan untuk masjid harus dimiliki oleh masjid
dan pemilik harus menjualnya.
Kedua kategori di atas, baik 'uqud jabary maupun istimlak masuk dalam bidang
akad. Akad tersebut lazim disebut dengan transaksi pemindahan hak dalam sistem
ekonomi Islam.
c. Khalafiyah
Istilah khalafiyah dikenal dalam sistem ekonomi kontemporer dengan istilah
penggantian. Maksud khalafiyah (penggantian) adalah penggantian posisi dari satu
pihak ke pihak lain, yang dalam prosesnya tanpa ada persetujuan, baik dari pihak
pertama maupun pihak kedua. Misalnya, harta warisan. Warisan berpindah ke ahli waris
tanpa terlebih dahulu bersyarat persetujuan karena ketentuan itu merupakan ketentuan
syariat Islam.
d. Attawallud min Mamluk
Attawallud min mamluk adalah sebuah kepemilikan yang diperoleh dengan jalan anak
pinak, seperti pohon menghasilkan buah, buah ini otomatis menjadi miliknya karena dia
yang memiliki pohonnya. Seseorang memiliki ternak kambing lalu diambil susunya,
susu yang diperoleh dari kambing tersebut menjadi miliknya.
3. Syarat Akad
Akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih,
berdasarkan keadaan masing-masing. Akad dapat terjadi apabila terdapat unsur-unsur,
yaitu sigat akad, akad dengan perbuatan, akad dengan isyarat, dan akad dengan tulisan.
Syarat-syarat terjadinya akad ada dua macam, yaitu syarat umum dan syarat khusus.
a. Syarat Umum
Adalah syarat-syarat yang harus ada pada setiap akad, yaitu:
1) kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak;
2) yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya;
3) akad itu diizinkan oleh syarak;
4) akad yang dilakukan tidak dilarang oleh syarak;
5) akad dapat memberikan manfaat;
6) ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul;
7) ijab dan kabul harus bersambung. Apabila seseorang yang berijab sudah berpisah
sebelum adanya kabul, ijab tersebut menjadi batal.
b. Syarat Khusus
Adalah syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam sebagian akad. Syarat khusus
ini biasa disebut syarat idhafi (tambahan) yang harus ada di samping syarat-syarat
yang umum, seperti syarat saksi dalam pernikahan.
4. Rukun Akad
1) Pihak-pihak yang akan melaksanakan akad adalah orang-orang yang cakap hukum.
2) Adanya ijab kabul.
3) Tidak adanya unsur paksaan.
4) Objek akadnya jelas.
5. Syarat Sah Akad
Akad dianggap sah jika terhindar dari enam perkara, yaitu kebodohan, paksaan,
pembatasan waktu, perkiraan, ada unsur kemudaratan, dan syarat-syarat jual beli yang
rusak (fasid).
6. Pembagian Akad
a. Akad Sahih
Adalah akad yang memenuhi unsur dan syarat yang telah ditetapkan oleh syarak, baik
asal maupun sifatnya.
b. Akad Tidak Sahih
Adalah akad yang tidak memenuhi unsur syarak. Artinya tidak sahih adalah tidak
memenuhi rukun dan tidak ada objek akad. Misal, orang gila mengadakan akad adalah
batil karena orang gila bukan ahli akad. Akad dianggap fasid apabila objek akad tidak
diketahui, meskipun telah memenuhi rukun dan syarat, artinya barangnya tidak
kelihatan atau tidak berada di tempat.
7. Makna Sigat (Ijab Kabul) dalam Akad
Ijab dan kabul sangat penting karena keduanya merupakan syarat yang harus dipenuhi
oleh kelompok yang mengadakan akad. Ijab artinya ucapan tanda penyerahan dari
pihak yang menyerahkan dalam suatu akad. Kabul adalah ucapan tanda setuju (terima)
dari pihak yang menerima dalam suatu akad. Syarat ijab kabul adalah sebagai berikut.
a. Harus jelas maksudnya sehingga dipahami oleh pihak yang melangsungkan akad.
b. Antara ijab dan kabul harus sesuai.
c. Antara ijab dan kabul harus bersambung dan berada di tempat yang sama atau berada
di tempat yang sama-sama diketahui oleh keduanya.
8. Hikmah Akad
Adapun hikmah yang didapat dari akad adalah kepemilikan terhadap barang tidak
hanya memiliki saja, tetapi terdapat ketentuan-ketentuan hukum yang jelas. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan atau pengalihan hak dengan cara yang tidak
benar. Kepemilikan barang yang didapat dengan cara tidak benar sangat berdosa dan
akan menjauhkan rahmat dan berkah dari Allah SWT.