Anda di halaman 1dari 36

KEPEMILIKAN DALAM ISLAM

ARTI KEPEMILIKAN

Hak kepemilikan individu adalah hak hukum individu yang memiliki hak
untuk memiliki aset bergerak dan tidak bergerak.
Hak kepemilikan ditentukan dalam batas-batas perintah dan larangan Allah (swt).
Ketika Islam menentukan kepemilikan, islam tidak menentukannya secara
kuantitas, melainkan dengan cara seperti yang ditunjukkan pada hal-hal berikut:
1.Menentukan bukan pada jumlah properti yang dimilikinya.
2.Menentukan cara pembagian.
3.Fakta bahwa hak atas tanah Kharaji dimiliki oleh Negara, bukan individu.
4.Fakta bahwa kepemilikan individu secara paksa menjadi milik publik dalam kasus-
kasus tertentu.
5.Hibah negara yang dianggap perlu bagi orang-orang yang sarana kepemilikannya
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
2. Pengertian Kepemilikan Dalam Kajian Fiqh Islam
• Islam menyadari bahwa pengakuan akan kepemilikan adalah
hal yang sangat penting. Setiap hasil usaha ekonomi seorang
muslim, dapat menjadi hak miliknya
• Secara etimologis kepemilikan adlh penguasaan trhdp sesuatu
(benda).
• Sedang secara terminologis kepemilikan adlh spesialisasi (in
legal term) seseorang trhdp suatu benda yg
memungkinkannya utk melakukan tindakaan hukum -sesuai
dg keinginannya- atas benda tsb, selama tdk ada halangan
syara’ atau selama orang lain tdk terhalangi utk melakukan
tindakan hukum atas benda tersebut.
• Hal ini berarti dpt dipahami dg jelas bhw konsep kepemilikan
dlm perspektif Islam memasukkan muatan nilai moral etika
sbagai faktor endogen, n konsep etika tsb .
Macam-macam Kepemilikan:
1. Kepemilikan individu (al milkiyah alkhas /private
property)
2. Kepemilikan umum(al milkiyyah al ammah/
collective property). Didasarkn pd hadist Nabi
SAW. Dari Abu Khurasyi dari sbagian sahabat Nabi
SAW, Rasulullah brsabda:“Kaum Muslimin itu
berserikat dlm tiga hal, yaitu air, padang rumput
dan api. “Tdk ada penguasaan (atas harta milik
umum) kecuali bagi Allah dan Rasulnya.”
3. Kepemilikan negara ) (state property)
Pengertian2:
 Kepemilikn Individu adlh hak syara utk seseorg
sehingga org tsb boleh memiliki kekayaan yg
bergerak maupun kekayaan tetap.
 Kepemilikn umum adlh izin As-syar’i kpd suatu
komunitas utk sama2 memanfaatkn benda.
 Kepemilikan negara adlh harta yg merupakan
hak seluruh kaum muslimin, sementara
pengelolaannya menjadi wewenang khalifah.
Para ahli fiqih mendifinisikan “kepemilikan
umum” adalah:
• Pertama, Fasilitas/ sarana umum yg menjadi
kbutuhn umum masyarakat, seperti air, padang
rumput, jalan2 umum.
• Kedua, Barang tambang, seperti tambang minyak
n gas bumi, emas n logam mulia lainnya, timah,
besi, uranium, batu bara, dll.
• Ketiga, Sumber daya alam yg bentukan
materinya sulit untuk dimiliki individu, seperti
laut, sungai, danau.
7
KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
SELURUH HARTA KEKAYAAN

KEPEMILIKAN
KEPEMILIKAN NEGARA
INDIVIDU KEPEMILIKAN
1.JIZYAH
UMUM 2.KHARAJ
1.BARANG
KEBUTUHAN UMUM
3.GHANIMAH
YG KETIADAANNYA 4.FA’I
MEMUNCULKAN 5.‘USYUR
MEKANISME
SENGKETA 6.20% RIKAZ
PASAR 2.TAMBANG DALAM 7.HARTA TANPA AHLI WARIS
SYARI’AH JUMLAH BESAR
3.BARANG YANG
8.HARTA ORANG MURTAD
TIDAK DAPAT DIMILIKI 9.BERBAGAI LAHAN,
INDIVIDU BANGUNAN MILIK NEGARA

DIKELOLA DIKELOLA
OLEH NEGARA OLEH NEGARA
Prinsip pemilikan amal adalah:
a. pemilikan yang penuh, mengharuskan
adanya kepemilikan manfaat dan tidak dibatasi
waktu;
b. pemilikan yang tidak penuh, mengharuskan
adanya kepemilikan manfaat dan dibatasi waktu;
c. pemilikan yang penuh tidak bisa dihapuskan,
tetapi bisa dialihkan.
d. pemilikan syarikat yang tidak penuh sama
dengan kepemilikan terpisah tasharrufnya.
e. Pemilikan syarikat yang penuh ditasharrufkan
dengan hak dan kewajiban secara proporsional
Asas Kepemilikan
a. amanah, bahwa pemilikan amwal
dasarnya merupakan titipan dari Allah Subhanahu
wata’ala untuk didayagunakan bagi kepentingan
hidup.
b. infiradiyah, bhw pemilikan benda pada dsr nya
bersifat individual dan penyatuan benda dapat
dilakukan dalam bentuk badan usaha / korporasi.
c. ijtima’iyah, bahwa pemilikan benda tidak hanya
memiliki fungsi pemenuhan kebutuhan hidup
pemiliknya, tetapi pada saat yang sama di dalamnya
terdapat hak masyarakat
d. manfaat, bahwa pemilikan benda pada
dasarnya diarahkan untuk memperbesar manfaat
dan mempersempit madharat.
Hkm syariat mengenal 2 bentuk kepemilikn:
1.Kepemilikn sempurna (al-milk at-tam): materi
n manfaat benda dimiliki spenuhnya, sehingga
seluruh hak kbendaan trkait berada di bwh
penguasaannya. Status kepemilikn ini didpt dg
Ihraz Almubahat (mengupayakn/ mngusahakn
hal2 yg dibolehkn), Uqud (akad transaksi),
Khalafiyah (peninggaln seperti warisan),
Tawalud min mamluk (brkembangnya aset yg
dimiliki).
2.Kepemilikan tdk sempurna (al-milk an-naqis):
hak menguasai materi benda, sedang hak
pemanfaatnnya dikuasai oleh pihak lain, bgt
sebaliknya. Status kepemilikan ini didpt dg
I’arah (pinjam-meminjam), Ijarah (sewa-
menyewa), Wakaf, Wasiat.
 
SARANA UNTUK MEMILIKI
PROPERTI
Investasi properti seperti keuntungan dari perdagangan, persewaan
rumah, dan panen tanaman, sama juga tidak dianggap sebagai salah satu
sarana untuk memiliki properti. Meskipun beberapa properti telah
dihasilkan kembali oleh investasi ini, hal itu dimulai dari properti lain, jadi
investasi berasal dari sarana untuk meningkatkan properti, dan bukan
sarana untuk memiliki properti itu. Subjek di tangan adalah kepemilikan
awal properti, dengan kata lain perolehan properti asli.
Melalui pemeriksaan terhadap peraturan ilahi (Ahkam Syari'ah) yang
memungkinkan manusia untuk memiliki properti, menjadi jelas bahwa
sarana kepemilikan dibagi menjadi lima yaitu:
•Kerja.
•Warisan.
•Mendapatkan harta demi kehidupan sehari-hari.
•Negara memberikan propertinya kepada warganya.
•Properti yang diambil individu tanpa pertukaran properti atau pekerjaan.
PANDANGAN ISLAM TERHADAP
EKONOMI
Pandangan islam terhadap masalah materi
kekayaan berbeda dengan pandangan islam
terhadap masalah kemanfaatannya. Karena itu,
kekayaan dan tenaga manusia dua-duanya
merupakan kekayaan sekaligus sarana yang bisa
memberikan kegunaan atau manfaat. Kedudukan
keduanya dalam pandangan Islam, dari segi
keberadaan dan produksinya dalam kehidupan,
berbeda dengan kedudukan pemanfaatan dan tata
cara perolehan manfaatnya.
adapun dari segi keberadaannya harta kekayaan
tersebut sebenarnya terdapat dalam kehidupan ini
secara alamiah, Allah SWT telah menciptakannya
untuk dieksploitasi oleh manusia. Allah SWT
berfirman:
ْ *‫ض* َج ِمي ًع**ا ُث َّم‬
َّ ‫اس* َت َو ٰى إِ َل**ى‬
‫الس* َما ِء‬ ِ ْ‫ه َُو الَّ ِذي َخ َل َق* َل ُك ْم* َم**ا ِف**ي اأْل َر‬
‫ت ۚ َوه َُو ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِي ٌم‬
ٍ ‫َف َس َّواهُنَّ َسب َْع َس َم َاوا‬

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di


bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Q.S. Al-Baqarah 2:29)
POLITIK EKONOMI ISLAM
Politik ekonomi islam menjamin terealisasinya
pemenuhan semua kebutuhan primer, sekunder dan
tersier setiap orang secara menyeluruh.
Politik ekonomi islam bukan hanya bertujuan
meningkatkan taraf kehidupan suatu negara tetapi
juga memperhatikan terjaminnya setiap orang untuk
menikmati kehidupan tersebut dan politik ekonomi
islam bertujuan memecahkan masalah utama yang
dihadapi setiap orang.
Agar kebutuhan manusia terpenuhi maka mereka
harus berusaha untuk mencarinya. Karena itu, Islam
mendorong manusia agar bekerja dan mencari
rezeki. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
َ ْ‫ه َُو الَّ ِذي َج َع َل* لَ ُك ُم* اأْل َر‬
ُ ‫ض* َذلُواًل َفا ْم‬
ۖ *‫شوا فِي َم َنا ِك ِب َها َو ُكلُوا ِمنْ ِر ْز ِق ِه‬
‫شو ُر‬ ُ ‫َوإِ َل ْي ِه ال ُّن‬

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,


maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.
(Q.S. Al-Mulk 57:15)
SARANA KEPEMILIKAN PERTAMA :
PEKERJAAN
Istilah 'Amal (pekerjaan) memiliki arti luas yang mencakup berbagai
jenis, bentuk dan memiliki berbagai hasil. Dengan memeriksa
peraturan ilahi yang menggambarkan pekerjaan, tampak bahwa jenis
pekerjaan hukum, yang merupakan sarana yang sah untuk memiliki
properti, adalah sebagai berikut: 
1.Pemanfaatan lahan yang tidak terpakai (mati)/tanah
tandus. (mawat)
2.Pemanfaatan yang ada di dalam bumi, atau di udara. 
3.Berburu. 
4.Makelar (Samsara) dan Pemandu (Dalala). 
5.Badan kemitraan dan modal (Mudharaba). 
6.Sharecropping (Musaqat). 
7.Bekerja untuk orang lain untuk mendapatkan upah.
PEMANFAATAN TANAH
TANDUS(MAWAT)
Tanah tandus (Mawat) adalah tanah, yang tidak memiliki
pemilik, dan tidak ada yang memanfaatkannya. Rasulullah
saw. Bersabda, "Barangsiapa yang menanam tanah yang mati,
itu menjadi miliknya.“
Jika seseorang tidak menggunakannya sama sekali selama tiga
tahun pertama kepemilikannya, atau jika Dia
mengabaikannya selama tiga tahun kemudian, maka Dia akan
kehilangan hak kepemilikannya. Umar ibn Al-Khattab berkata:
"Orang yang mengepung sebuah tanah tidak memiliki hak di
dalamnya setelah tiga tahun."
'Umar membuat Pernyataan ini dan menerapkannya di
hadapan Sahabat, yang tidak berkeberatan, membenarkan
Ijma'a mereka (konsensus).
PEMANFAATAN YANG ADA DIDALAM
BUMI ATAU UDARA
Apa yang ada di dalam bumi dan yang bukan merupakan salah satu
kebutuhan masyarakat, yaitu harta karun (Rikaz). Orang yang mengambil
harta karun memiliki empat per lima darinya dan memberi yang kelima
sebagai zakat. Namun jika itu adalah kebutuhan masyarakat dan hak untuk
kaum Muslim secara kolektif, maka itu milik milik umum.
Diriwayatkan dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata –tentang harta terpendam yang
ditemukan seseorang di puing-puing Jahiliyah- , “Jika ia menemukannya di
kampung yang berpenghuni atau di jalan yang dilalui orang, maka ia harus
mengumumkannya. Jika ia menemukannya di puing-puing Jahiliyah atau di
kampung yang tidak berpenghuni, maka itu menjadi miliknya dan zakatnya
adalah seperlima.\
Yang ada di udara, seperti oksigen dan nitrogen diperlakukan seperti
yang dihasilkan dari dalam bumi. Apa pun yang diciptakan oleh Allah (swt)
yang dibuat oleh Shar'a membuat Mubah dan tidak membatasi
penggunaannya
BERBURU

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut[442] dan makanan (yang


berasal) dari laut[443] sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi
orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu
(menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan
bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
MAKELAR(SAMSARAH) DAN KOMISI
(DALALAH)
Samsarah menurut bahasa adalah perantara antara penjual dan pemebeli.
Sedangkan simsar yang masuk antara penjual dan pembeli sebagai perantara untuk
melaksanankan transaski.

dari Qais bin Abu Gharazah ia mengatakan; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
datang kepada kami dan kami dinamakan para makelar, lalu beliau bersabda:
“Wahai para pedagang, Sesungguhnya setan dan dosa itu datang ketika transaksi
jual beli, maka gabungkanlah jual beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi, Nasai
dan Ahmad)
Oleh karena itu lebih baik memberi sadaqah untuk menghapus efek dari
tindakannya.

Serta dilarang pula bagi agen untuk mengambil milik pembeli, kecuali jika Dia
mengizinkannya, dalam hal ini diperbolehkan baginya. Demikian pula jika seseorang
mengirim pelayannya atau teman untuk membeli sesuatu untuk Dia dan penjual
memberinya beberapa properti, yaitu sebuah komisi dari pembelian tersebut dia
tidak diperbolehkan untuk mengambilnya.
MUDHARABA
Mudharaba adalah tempat dua orang (atau lebih) berpartisipasi dalam
perdagangan, di mana modal berasal dari salah satu dari mereka dan karya dari yang
lain.

Mitra memiliki hak untuk menentukan bahwa Dia memiliki sepertiga, atau
setengah dari keuntungan, atau apapun yang mungkin mereka sepakati bersama
sebagai bagian keuntungan yang ditentukan. Ini karena pasangan mitra (Mudharib)
berhak mendapatkan keuntungan karena karyanya. Dengan demikian,
memungkinkan para mitra untuk menyetujui keuntungan Mudharib, apakah itu kecil
atau besar. Jadi, Mudharaba adalah jenis pekerjaan yang merupakan sarana
pemilikan yang sah. Dengan demikian Mudharib memiliki properti, yang diuntungkan
olehnya melalui Mudharaba karena pekerjaannya sesuai dengan apa yang disepakati.

Abu Hurairah, dia memarfu’kan hadis ini pada Nabi, bahwa Allah berfirman:
Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satu pihak tidak
mengkhianati pihak lain. Dan jika salah satu berkhianat maka Aku keluar dari
perserikatan mereka. (HR Abu Daud, 3385)
MUSAQAT
Musaqat ialah pemilik kebun yang memberikan kebunnya
kepada tukang kebun agar dipeliharanya, dan penghasilan
yang di dapat dari kebun itu dibagi antara keduanya,
menurut perjanjian antara keduanya sewaktu akad.

Ibnu Umar: “Sesungguhnya Nabi SAW. Telah memberikan


kebun kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh
mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian
dari penghasilan, baik dari buah – buahan maupun dari
hasil pertahun (palawija)” (H.R Muslim).
MEMPERKERJAKAN KARYAWAN
Islam memperbolehkan seorang karyawan atau buruh untuk diperkerjakan .
dari [‘Urwah bin Az Zubair] dari [‘Aisyah radliallahu ‘anha]: Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan Abu Bakar menyewa seorang dari suku Ad-Dil kemudian dari suku
‘Abdi bin ‘Adiy sebagai petunjuk jalan dan yang mahir menguasai seluk beluk
perjalanan yang sebelumnya dia telah diambil sumpahnya pada keluarga Al ‘Ash bin
Wa’il dan masih memeluk agama kafir Quraisy. Maka keduanya mempercayakan
kepadanya perjalanan keduanya lalu keduanya meminta kepadanya untuk singgah di
gua Tsur setelah perjalanan tiga malam. Lalu orang itu meneruskan perjalanan
keduanya waktu shubuh malam ketiga, maka keduanya melanjutkan perjalanan dan
berangkat pula bersama keduanya ‘Amir bin Fuhairah dan petunjuk jalan suku Ad-
Diliy tersebut. Maka petunjuk jalan tersebut mengambil jalan dari belakang kota
Makkah yaitu menyusuri jalan laut.

Dengan demikian digambarkan sebagai kontrak untuk memberikan keuntungan


dengan imbalan. Kontrak mempekerjakan seorang pekerja didasarkan pada manfaat
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau atas kepentingan pekerja itu sendiri
• Kaidah fiqhiyah menyebutkan : dalam hubungan horizontal (sesama manusia) atau
bermuamalah, bahwa semua bentuk/mekanisme hubungan dan perikatan antar manusia
hukum dasarnya adalah dibolehkan.

• ‫أصل في المعاملة االباححة اآل ما دل عليه الدليل‬


• Dengan demikian, umat muslim dpt melakukan segala bentuk innovasi
yg dpt mengarahkan efektifitas dan efisiensi ekonomik hubungan
mereka, selama tdk menghalalkan yang haram ataupun mengharamkan
yg halal. Hadist Rasulullah dinyatakan : Artinya : “Sesungguhnya
perkara halal itu jelas n perkara haram itupun jelas, n diantara
keduanya trdpt perkara2 yg syubhat (meragukan) yg tdk diketahui oleh
orang banyak. Oleh karena itu, barangsiapa menjaga diri dari perkara
syubhat, ia telah terbebas (dari kecaman) utk agamanya n
kehormatannya. Dan orang yg terjerumus ke dlm syubhat, berarti
terjerumus ke dlm perkara haram, seperti penggembala yg
menggembala di sekitar tempat terlarang, maka kemungkinan besar
gembalaannya akan masuk ke tempat terlarang tadi. Ingat!
Sesungguhnya didalam tubuh itu ada sebuah gumpalan, apabila ia baik,
maka baik pula seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka rusak pula
seluruh tubuh, tidak lain ia adalah hati” (HR. Muslim).
• Dg demikian, konsep halal n haram sangatlah jelas dlm
mekanisme bisnis n transaksi, walaupun demikian prinsip
syariah dlm muamalah (bisnis n transaksi) dpt menerima
adanya inovasi. Hal tsb dikuatkan dg banyak hadits nabi yg
memberikan keleluasaan kpd manusia dlm menentukan
mekanisme brtransaksi n berbisnis bahwa :
• ‫قول الرسول صلى هللا عليه وسلم (المسلمون على شروطهم اآل شرطا حرم‬
)‫حالل أو أحل حراما‬
• Artinya, “ Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum
muslimin kecuali perdamaian yg mengharamkan yg halal
atau menghalalkan yg haram, n kaum muslimin terikat dg
syarat2 yg mereka buat kecuali syarat yg mengharamkan
yg halal atau menghalalkan yg haram”.
27
28

Syariat Melarang Individu Menguasai Barang


Tambang Yang Depositnya Melimpah, seperti
tambang garam, migas, nikel, dan barang-
barang tambang lain yang depositnya melimpah.
29

‫اسَت ْقطَ َعهُ الْ ِم ْل َح قَ َال ابْ ُن‬ َّ ِ َّ َّ ِ َّ ِ ِ َّ


‫ف‬
َ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬
ْ َ َ َ َْ ُ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ص‬
َ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ول‬ ‫س‬
َُ ‫ر‬ ‫ىَل‬ ‫إ‬ ‫د‬
َ ‫ف‬
َ َ ‫أَن‬
‫و‬ ‫ه‬
ُ
‫س‬ِ ِ‫ب َف َقطَ َعهُ لَهُ َفلَ َّم ا أ َْن َوىَّل قَ َال َر ُج ٌل ِم ْن الْ َم ْجل‬ َ ِ
‫ر‬ ْ
‫أ‬‫الْمَتو ِّك ِل الَّ ِذي َمِب‬
َُ
‫ع ِمْن ُه‬َ َ ‫ز‬ ‫ت‬َ‫ن‬ْ ‫ا‬‫ف‬
َ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ َّ
‫د‬ ِ‫ع‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫اء‬
ََ ‫م‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫ه‬
ُ ‫ل‬
َ ‫ت‬ َ ‫ع‬
ْ ‫ط‬
َ َ‫ق‬ ‫ا‬َ‫مَّن‬ِ
‫إ‬ ‫ه‬
ُ َ‫ل‬ ‫ت‬
َ ‫ع‬
ْ ‫ط‬
َ ‫ق‬
َ ‫ا‬ ‫م‬َ ‫ي‬ ‫ر‬ِ ‫د‬
ْ َ‫ت‬َ‫أ‬
“Sesungguhnya, Abyad bin Hammal mendatangi Rasulullah saw, dan
meminta beliau saw agar memberikan tambang garam kepadanya.
Ibnu al-Mutawakkil berkata,”Yakni tambang garam yang ada di
daerah Ma’rib.” Nabi saw pun memberikan tambang itu kepadanya.
Ketika, Abyad bin Hamal ra telah pergi, ada seorang laki-laki yang
ada di majelis itu berkata, “Tahukan Anda, apa yang telah Anda
berikat kepadanya? Sesungguhnya, Anda telah memberikan
kepadanya sesuatu yang seperti air mengalir (al-maa’ al-‘idd)”. Ibnu
al-Mutawakkil berkata, “Lalu Rasulullah saw mencabut kembali
pemberian tambang garam itu darinya (Abyad bin Hammal)”.[HR.
Imam Abu Dawud]
30

• Kaum Muslim memiliki hak, andil, dan bagian


yang sama terhadap tambang minyak dan gas
bumi.
• Menguasakan atau memberi hak istimewa
kepada individu atau perusahaan swasta
untuk mengolah dan mendistribusikan harta
milik umum, sama artinya telah merampas
hak, andil, dan kesetaraan pihak lain.
31

Imam Ahmad dan Imam Abu Dawud menuturkan


sebuah hadits bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

ِ‫ث يِف الْم ِاء والْ َك ِإل والنَّار‬


ٍ َ‫الناس ُشر َكاء يِف ثَال‬
َ َ َ ُ َ
“Manusia itu berserikat (bersama-sama
memiliki) dalam tiga hal: air, padang rumput,
dan api”. [HR Ahmad, Abu Dawud, An Nasaaiy,
dll)
32

 Para ulama juga sepakat mengenai larangan menjual


kelebihan air (fadllu al-maa`).
 Hadits-hadits yang menuturkan tentang larangan menjual
kelebihan air, menunjukkan bahwa seorang Muslim dilarang
mencegah orang lain untuk mengakses barang-barang yang
sudah menjadi hajat hidup orang banyak, yang mana
pencegahan itu bisa menimbulkan madlarrah bagi
kehidupan masyarakat.
 Dari sinilah dapat dipahami bahwa mengalihkan harta
kepemilikan umum kepada individu atau perusahaan swasta
yang menyebabkan masyarakat tidak mampu mengakses
harta kepemilikan tersebut adalah tindakan haram
33

.‫ض ِل ال َْم ِاء‬


ْ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َن َهى َع ْن َب ْي ِع ف‬ ِ َّ ‫أ‬
َ َّ ‫َن النَّب‬
‫ي‬
”Sesungguhnya Nabi saw melarang menjual kelebihan air.” [HR
Lima kecuali Ibn Majah dan disahihkan al-Tirmidziy]. Di dalam
riwayat lain, dituturkan dari Jabir ra, bahwasanya ia berkata:

‫ض ِل ال َْم ِاء‬‫ف‬
َ ‫ع‬
ِ ‫ي‬‫ب‬ ‫ن‬‫ع‬ ‫م‬َّ
‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ
‫ه‬
ْ َْ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ‫ي‬َ‫ل‬‫ع‬ ‫ه‬َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى‬َّ
‫ل‬ ‫ص‬ ِ
َ َّ‫ول الل‬
‫ه‬ ُ ‫َن َهى َر ُس‬
”Rasulullah saw melarang menjual kelebihan air”.[HR. Imam
Muslim dan lain-lain]
34
Imam Asy Syaukani, Nail al-Authar, juz 8/183]

ِ ‫ض ِل الْم ِاء و ُهو الْ َف‬


‫اض ُل َع ْن كِ َفايَِة‬ ْ ‫ف‬
َ ‫ع‬
ِ ‫ي‬
ْ ‫ب‬ ِ
‫يم‬ ِ
‫ر‬ ‫ح‬
ْ ‫ت‬
َ ‫ى‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬َ ِ
‫الن‬ ‫د‬
ُ ‫ي‬ ِ
‫ان‬ ‫يث‬
َ ‫د‬ِ ‫ْح‬ ‫َوال‬
َ َ َ َ
ِ‫اهر أَنَّهُ ال َفر َق بين الْم ِاء الْ َكائِ ِن ف‬ َ
ِ َّ‫ والظ‬.‫احبِ ِه‬َِ‫ص‬
‫اح ٍة أ َْو فِي‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ض‬ٍ ‫َر‬ ‫أ‬ ‫ي‬ َِ َ ْ َِ ْ َ
ِ‫ وسْواء َُكَا َنَ لِحاجة‬، ‫ب أَو لِغَي ِر ِه‬ ُ ٍ َ
ُّ ‫ َو َس َواءٌ َكا َن ل‬، ‫ض َم ْملُو َكة‬ ٍ ‫أ َْر‬
َ َ ٌ َ َ َ ِ ْ ٍ ْ ‫لشِْر‬
. ‫ َو َس َواءٌ َكا َن في فَاَل ة أ َْو في غَْي ِر َها‬، ‫الز ْر ِع‬ َّ ‫اشيَ ِة أ َْو‬
ِ ‫الْم‬
َ
”Dua hadits di atas menunjukkan haramnya menjual kelebihan air.
Yakni, kelebihan air dari kecukupan pemiliknya. Dzahir hadits tersebut
menunjukkan tidak ada perbedaan antara air yang terdapat di tanah
yang mubah, atau tanah yang telah dimiliki; dan sama saja apakah air
itu untuk minum, atau untuk yang lainnya, dan sama saja apakah air
itu untuk (memenuhi) kebutuhan hewan gembalaan atau untuk
pertanian, dan sama saja apakah ada di dataran, atau tempat lain”.
[Imam Asy Syaukani, Nail al-Authar, juz 8/183]
35

• Adanya hadits yang berbicara tentang


kepemilikan umum atas harta benda yang
secara tabiat pembentukannya menghalangi
dimiliki secara pribadi.
36

Dari ‘Aisyah ra bahwasanya Rasulullah saw


bersabda:
 
‫خ َم ْن َسبَ َق‬ ‫ا‬ ‫ن‬
ُ َُ ً‫م‬ ‫ى‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬
”Kota Mina menjadi tempat mukim siapa saja
yang lebih dahulu sampai di sana”. [HR Imam
Tirmidziy, Ibn Majah, dan al-Hakim dari
‘Aisyah ra].

Anda mungkin juga menyukai