Anda di halaman 1dari 12

BAB 6

HARTA DAN KEPEMILIKAN


DALAM ISLAM

Dibuat oleh:
Siti rahma
921419100
A.KONSEP HARTA DALAM ISLAM

Kekayaan dalam bahasa arab dikenal dengan istilah al-ghina, yang


berarti tidak ada kebutuhan dan dikenal sebagai al-ghaniyu berarti diri
cukup. Dalam islam terdiri atas dua elemen kehidupan, yaitu yang
bersifat jasmani dan rohani. Sisi pertama menggambarkan dimensi yang
bersifat material yang dikenal sebagai mal (atau dalam bentuk jamaknya
sebagai amwaall), yang pada dasarnya berarti properti, aset, atau harta
apapun yang dimiliki oleh manusia. Adapun yang berikutnya
menunjukkan dimensi rohani seperti pengetahuan dan kebaikan yang
berda dalam diri mereke sendiri
Islam mengatur masalah harta dan pertukarannya,
yaitu hal –hal yang berhubungan dengan tukar –
menukar harta, taermasuk di dalamya tentang jual
beli (ba’i), sewa-menyewa (ijarah), utang piutang, dan
hal lainnya yang berhubungan dengan muamalat .
Ada tiga konsep dasar yang perlu di
pahami dalam masalah harta ditinjau
dalam kerangka islam

1. Harta adalah titipan, bukan milik kita


Uang harta dan kekayaan bukanlah milik kita karena karena tidak
ada harta ataupun uang yang akan kita bawah ketika kita
menghadap ilahi rabbi, harta hanyalah sebagai amanah yang harus
di jaga pemanfaatannya agar mendatangkan kebaikan di dunia dan
sekaligus keselamatan dan kebahagian di akhirta.
2. Perolehan,pengelolaan, dan penggunaan harta harus sesuai
dengan syariat
Dari sudut pandangan islam, pertanggung jawaban seseorang atas
harta yang pernah dimilik dilihat dari dua sudut. Pertama dati mana
dan bagaimana ia mempergunakannya
3. Menata dan merencanakan keuangan tidak tidak terbatas hanya
untuk kebutuhan duniawi
Harta yang dimiliki tidak hanya dipergunakan untuk memperoleh
keuntungan dunia, tetapi juga di pergunakan untuk meraih
keuntungan bagi kehidupan kelak
B.Konsepsi kepemilikan
dalam islam

Kepemilikan berarti penguasaan manuasia


atas harta dan penggunaannya secara
pribadi, kepemilikan adalah pengkhususan
hak atas sesutu tanpa orang lain, dan ia
berhak menggunakannya sejak awal,
kecuali ada larangan syar’i. Misalnya
keadaan gila, keterbelakangan akal (idiot),
belum cukup umur ataupun cacat mental,
dan sebagainya,
Pembagian harta menurut boleh tidaknya
dimili adalah sebagai berikut:

1. Harta yang tidak dapat dimiliki dan dihakmilikkan


orang lain. Contoh harta jenis ini adalah barang
publik, seperti jalan umum, jembatan dan taman
kota.
2. Harta yang tidak bisa dimiliki, kecuali dengan
ketentuan syariat. Termasuk dalam harta jenis ini
adalah warisan, wasiat, harta wakaf, harta baitul mal,
harta ziswaf dan sebagainya
3. Harta yang dapat dimiliki dan dihakmilikkan
kepada orang lain. Harta inilah yang merupakan hak
milik pribadi setiap orang.
Para ulama fiqh menyatakan empat cara pemilikan
harta yang di syaratkan islam

1. Melalui penguasaan terhadap harta yang belum


dimiliki seseorang atau badan hukum, misalnya
bebatuan, pasir di sungai, gumu merapi tambang
dan sebagainya
2. Melalui transaksi yang dilakukan dengan pihak lain,
seperti jual beli, hibah dan wakaf.
3. Melalui peningalan seseorang , sepeti menerima harta
warisan ataupun wasiat
4. Diperoleh bedasarkan hasil yang telah dimilikinya
selama ini misalnya, buah dari pohon yang ditanam
dikebun atau anak hewan yang lahir.
Pemilikan secara umum dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Al- milk Al-tamm (milik sempurna), yaitu materi dan


manfaat harta itu dimiliki oleh seseorang, misalnya
seseorang memiliki rumah maka ia berkuasa penuh
terhadap rumah itu dan ia boleh memanfaatkannya
secara bebas
2. Al-milk an-naqish (milik yang tidak sempurnah),
yaitu seseorang, hanya menguasai materi harta tetapi
manfaatnya di kuasai orang lain, seperti rumah yang
diserahkan kepada orang lain untuk disewa.
8 ketentuan syariat yang mengukur kekayaan
pribadi adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan kekayaan
2. Pembayaran zakat
3. Penggunaan harta benda secara berfaedah
4. Penggunaan harta benda tanpa merugikan orang lain
5. Memiliki benda secara sah
6. Penggunaan berimbang
7. Pemanfaatan sesuai dengan hak
8. Kepentingan kehidupan
Menurut syekh taqiyudddin an-nabhani (rivai dan
buchari,2009) ada tiga macam kepemilikan

• Kepemilikan individu, (milkiyahfardhiah), yaitu izin syariat kepada individu untuk


memanfaatkan suatu barang melalui lima sebab kepemilikan individu yaitu:
bekerja, warisan, keperluan harta, untuk mempertahankan hidup, pemberian negara
dari hartanya untuk kesejahteraan rakyat dan harta yang diperoleh individu tanpa
berusaha seperti hibah, wasiat, barang temuan, santunan untuk khilafah atau
pemegang kekuasaan pemerintah.
• Kepemilikan umum (milikiyah ammah), yaitu izin syariat kepada masyarakat
secara bersama-sama memanfaatkan kekayaan berupa: barang-barang yang mutlak
diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti air, sumber energi, dan
hasil hutan. Barang yang tidak mungkin dimiliki individu seperti sungai, pelabuhan
danau, lautan, jalan raya, jebatan. Bandara, saranah ibadah dan sebagainya. Barang
yang menguasai hajat orang banyak,
• Kepemilikan negara (milikiyah daulah) yaitu izin syariat atas setiap harta yang hak
pemanfaatannya berbeda di tangan khalifah sebagai kepal negara. Termasuk dalam
kategori ini adalah ghanimah, fa’i, dan sebaginya
Menurut rivai dan buchari,(2009)
ada dua bentuk pemanfaatan harta

• Pengembangan harta (tanmiyat al-mal), yaitu pengembangan harta yang


berkaitan dengan cara dan sarana yang menghasilkan pertambahan harta,
yaitu produksi, pertanian, perdagangan, imdustri dan investasi uang pada
sektir jasa.
• Penggunaan harta(infaq al-mal) yaitu, pemanfaatan harta dengan atau
tanpa manfaat material yang diperoleh. Islam mendorong umatnya untuk
menggunakan hartanya tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga
untuk kepentingan sosial dan fi sabilillah.
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai