Anda di halaman 1dari 7

Makalah

KONSEP HARTA DAN KEPEMILIKAN DALAM ISLAM DALAM ISLAM


SERTA PENGELOLAANNYA.
Disusun untuk memenuhi tugas
Teori Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu : Ahmad Munif, M.SI

Disusun Oleh:
Fajrullah 1602046095

PRODI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2019

1
PENDAHULUAN.

Islam adalah agama yang ajarannya diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui
Nabi Muhammad sebagai rasul, yang pada dasarnya membawa ajaran tidak hanya di satu sisi,
tetapi di berbagai sisi kehidupan manusia. Islam sangat mementingkan hak-hak setiap individu,
karena itu adalah salah satu tujuan syariah yaitu untuk mempertahankan harta dan kepemilikan
masing-masing individu, karena harta dan kepemilikan merupakan aset setiap individu dalam
bentuk materi yang mendukung aspek keberlanjutan dari kehidupan seorang hamba dalam
perjalanan beribadah kepada Allah. SWT. terkait dengan di atas, judul makalah ini adalah konsep
harta dan kepemilikan dalam islam dalam islam serta pengelolaannya. Yang diharapkan dapat
menambah wawasan keilmuan dalam bidang ekonomi islam baik kepada penulis maupun
pembaca.

PEMBAHASAN.

A. Pengertian Harta Dan Kepemilikan Dalam Islam.


1. Pengertian Harta.

Harta dalam bahasa arab disebut al-mal yang berasal dari kata: maala-yamulu-mailan yang
berarti condong, cenderung dan miring. Menurut Ibnu Atsir, pada dasarnya, al-mal ialah barang
milik seperti emas atau perak, tetapi kemudian kata al-mal itu dipakai untuk semua jenis benda
yang bisa dikonsumis dan dimiliki. Maka segala sesuatu yang dapat dimiliki manusia tidak dapat
tidak dapat disebut sebagai harta seperti: ikan yang berada di laut dan burung yang ada di
angkasa.1

Dalam isitlah fiqh mualamah, ada beberapa pengertian mengenai harta, antara lain definisi
yang berkembang di kalangan ulama fuqaha’ hanafiyah, bahwa harta adalah:

‫ما يميل اليه طبع االنسان ويمكن ادخارالي وقت الحاجة‬

“segala sesuatu yang naluri manusia cenderung kepadanya dan dapat disimpan sampai
batas waktu yang diperlukan”.2

Sementara harta menurut ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah diartikan sebagai:

1
Abdul Ghofur, Pengantar Ekonomi Syariah, Konsep Dasar, Pradigma Dan Pengembangan Ekonomi Syariah,
Depok: Rajawali Pers, 2017, hlm. 59
2
Abdul Ghofur, Pengantar Ekonomi Syariah… hlm. 60

2
‫ما يميل اليه الطبع و يجري فيه البدل والمنع‬

“Sesuatu yang naluri manusia cendurung kepadanya dan dapat diserahterimakan dan
orang lain terhalang dan orang lain terhalang mempergunakannya”.3

Dapat disimpulkan bahwa, harta adalah sesuatu di mana manusia memiliki hajat
terhadapnya untuk di pergunakan secara pribadi dan disimpan dalam waktu tertentu.

2. Pengertian Kepemilikan.

Secara etimologi, kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk yang berarti penguasaan
terhadap sesuatu. Al-milk juga berarti sesuatu yang dimiliki (harta). Milik merupakan hubungan
seseorang dengan sesuatu harta yang diakui oleh Syara’ yang menjadikannya mempunyai
kekuasaan terhadap harta itu, kecuali adanya halangan syara’.4 Secara termilogis, milik dapat
didefenisikan sebagai berikut:5

Wahbah Zuhaily memberikan defenisi milik sebagai berikut:

‫اختصاص با لشيء يمنع الغير منه و يمكن صاحبه من التصرف فيه ابتداء اال الما شرعي‬

“Hak milik adalah suatu kekhususan terhadap suatu harta yang menghalangi orang lain
dari harta tersebut. Pemiliknya bebas melakukan tasharruf kecuali ada halangan syar’I”.

menurut Abu Zahro‫ة‬Hak milik adalah suatu kekhususan terhadap suatu harta yang
menhalangi orang lain dari harta tersebut dan memungkinkan pemiliknya bebas melakukan
tasharruf kecuali ada halangan syar’I. Dapat disimpulkan bahwa milik adalah hak seseorang
untuk menguasai sesuatu dan mengambil manfaat darinya kecuali ada halangan syar’i dan di
mana orang lain tidak diperbolehkan mengambil manfaat dari sesuatu tersebut kecuali atas izin
pemiliknya.

B. Jenis-jenis harta.

Wahbah Zuhaili membagi harta kepada 4 kelompok, yaitu sebagai berikut:6

a. Ditinjau dari segi boleh diambil manfaatnya atau tidak, terbagi kepada 2 bagian:
3
Abdul Ghofur, Pengantar Ekonomi Syariah… hlm. 61
4
Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015, hlm. 139
5
Abdul Ghofur, Pengantar Ekonomi Syariah… hlm. 61
6
Tamsir, Kosntruksi Konsep Kepemilikan Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Makassar: Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017, hlm. 81

3
1) Al-maal al-mutaqawwim adalah segala sesuatu yang dapat dikuasai secara
langsung dan dapat diambil manfaatnya dalam keadaan ikhtiar, bukan dalam
keadaan darurat. Seperti benda-benda tetap (tanah, rumah), benda-benda bergerak
(kursi, meja dan mobil) dan jenis-jenis makanan kecuali yang diharamkan.
2) Al-maal ghair al-mutaqwwim adalah benda atau harta yang tidak bisa dikuasai
secara langsung karena belum dimiliki seperti ikan di air dan burung di udara
atau benda-benda yang diharamkan oleh syara’ yang tidak diboleh dimanfaatkan
kecuali dalam keadaan darurat. Seperti daging babi, bangkai dan minuman keras
b. Ditinjau dari segi tetap dan tidaknya, harta terbagi 2 bagian:
1) Al-maal al-aqar adalah benda tetap. Seperti tanah dan rumah.
2) Al-maal al-manqul adalah benda bergerak. Seperti mobil dan motor.
c. Ditinjau dari segi ada padananya atau tidak, harta terbagi menjadi:
1) Al-maal al-mitsil adalah harta yang ada persamaan dalam kesatuan-kesatuannya,
dalam arti dapat berdiri sebagiannya di tempat yang lainnya tanpa ada perbedaan.
2) Al-maal al-qimi adalah harta yang kurang dalam kesatuan-kesatuannya, karena
tidak dapat berdiri sebagian di tempat sebagian yang lainnya tanpa ada
perbedaan.
d. Ditinjau dari segi masih tetapnya atau habis setelah dipakai, harta terbagi kepada 2
bagian
1) Al-maal al-istihlaki adalah harta yang ketika diambil manfaatnya makan akan
menghabiskan zatnya atau barangnya.
2) Al-maal al-isti’mali adalah harta yang ketika diambil manfaatnya maka zat atau
barangnya tetap utuh.
C. Jenis-jenis Kepemilikan.

Kepemilikan di dalam islam dibagi menjadi 4 bagian:7

1. Kepemilikan umum (kolektif).

Kepemilikan umum adalah kepemilikan secara kolektfi atau hak milik sosial. Hak
kepemilikan seperti ini biasanya diperlukan untuk keperluan sosial. Contoh wakaf, anugrah dari
alam seperti air, rumput dan api. Adapun sumber-sumber kepemilikan umum berkisar pada:
7
Muthmainnah, Konsep Harta Dalam Pandangan Ekonimi Islam, Bilancia Vol. 10 No. 1, 2016, hlm. 143-145
http://garuda.risetdikti.go.id/journal/article/908904

4
wakaf, proteksi, barang tambang, zakat dan pajak. Sedangkan dalam Kompikasi Hukum Islam
pasal 18. Benda dapat diperoleh dengan cara: pertukaran, pewarisan, hibah, pertambahan
alamiah, jual beli, wakaf dan cara lain yang dibenarkan syariat.8

2. Kepemilikan khusus (individu).

Setiap individu berhak menikmati hak miliknya, mengunakan secara produktif,


memindahkannya dan melindungi dari kesia-siaan tetapi haknya dibatasi, yaitu tidak
menggunakan diluar dari ketentuan syariat. Kepemilikan invidu adalah izin syariat (Allah SWT)
kepada individu untuk memanfaatkan barang dan jasa.

3. Kepemilikan negara (state)

Kepemilikan negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslimin, sementaran
pengelolaanya menjadi wewenang negara. Yang termasuk kepemilikan harta adalah fai, kharaj,
jizyah dan sebagainya. Perbedaan harta kepemilikan umum dan negara adalah harta kepemilikan
umum pada dasarnya tidak dapat diberikan kepada individu. adapun harta kepemilikan negara
dapat diberikan kepada individu sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.9

4. Kepemilikan mutlak (absolut)

yaitu Alllah SWT sebagai pencipta segala sesuatu yang ada di muka bumi ini.

5. Kepemilikan relative (sementara)

yaitu manusia sebagai khalifah di muka bumi yang diamanatkan untuk menggunakan dan
menfaatkan segala yang telah dititipkan oleh sang maha pemilik segalanya.

D. Memanfaatkan Atau Mengunakan Harta Kekayaan

Cara memanfaatkan atau mengunakan harta kekayaan yang dimiliki seseorang, al-qur’an
juga memberikan beberapa pedoman, diantaranya :10
1. Tidak boleh boros dan tidak pula kikir
2. Harus hati-hati dan bijaksana, selalu mengunakan akal sehat dalam memanfaatkan harta

8
Mahkamah Agung Ri Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam, 2010, hlm. 8
9
Abdul Ghofur, Pengantar Ekonomi Syariah…hlm. 68
10
Eka Murlan, Konsep Kepemilikan Harta Dalam Ekonomi Islam Menurut Afzalur Rahman Di Buku Economic
Doctrines Of Islam, Pekanbaru: Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum Unversitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, 2011, hlm. 38-40

5
3. Seyogyanya disalurkan melalui lembaga-lembaga yang telah ditentukan, antara lain melaui
a. Shadaqoh atau sedekah yaitu pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain, terutama kepadaorang miskin, setiap kesempatan terbuka yang
tidak ditentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya.
b. Infaq, yaitu pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh
rezeki, sebanyak yang dikehendakinya sendiri.
c. Hibah, yaitu pengeluaran harta semasa hidup atas dasar kasih sayang untuk
kepentingan seseorang atau untuk kepentingan sesuatu badan social, keagamaan,
ilmiah, juga kepada seseorang yang berhak menjadi ahli waris.
d. Qurban, yaitu penyembelihan hewan untuk mendekatkan diri kepada tuhan dan kepada
sesama manusia dalam lingkungan kehidupan. Dimana hikmahnya dapat membina
rasa kasih sayang, bantu membantu sesama manusia, sarana pendidikan ketulusan,
keikhlasan dalam melaksanakan perintah tuhan dan salah satu cara mendekatkan diri
kepada Allah dan kepada manusia lain dalam pergaulan hidup.
e. Zakat, adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang
memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula.
f. Wakaf, artinya menahan yakni menahan sesuatu benda yang kekal zatnya untuk
diambil manfaatnya sesuai dengan ajaran Islam. Orang yang telah mewakafkan
hartanya tidak berhak lagi atas barang atau benda yang telah diwakafkan itu karena
selain dari ia telah menanggalkan haknya atas
PENUTUP

Harta adalah sesuatu di mana manusia memiliki kecenderungan terhadapnya untuk


dipergunakan dan dimanfaatkan secara pribadi dan disimpan dalam waktu tertentu. Adapun
kepemilikan adalah hak seseorang untuk menguasai sesuatu dan mengambil manfaat darinya
kecuali ada halangan syar’i dan di mana orang lain tidak diperbolehkan mengambil manfaat dari
sesuatu tersebut kecuali atas izin pemiliknya. Harta dibagi menjadi 4 bagian: (1). segi boleh
diambil manfaatnya, (2). segi tetap dan tidaknya, (3). segi ada padananya atau tidak dan (4). segi
masih tetapnya atau habis setelah dipakai. Sedangkan jenis kepemilikan juga terbagi menjadi 4
bagian: (1). Kepemilikan umum (kolektif), (2). Kepemilikan khusus (individu). (3). Kepemilikan
negara (state), (4) Kepemilikan mutlak (absolut) dan (5). Kepemilikan relative (sementara)

6
DAFTAR PUSTAKA

Ghofur, Abdul. Pengantar Ekonomi Syariah, Konsep Dasar, Pradigma Dan Pengembangan
Ekonomi Syariah. Depok: Rajawali Pers. 2017
Mardani. Hukum Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.2015
Tamsir. Kosntruksi Konsep Kepemilikan Harta Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Makassar:
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2017.
Muthmainnah. Konsep Harta Dalam Pandangan Ekonimi Islam. Bilancia Vol. 10 No. 1. 2016.
http://garuda.risetdikti.go.id/journal/article/908904
Mahkamah Agung Ri Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama. Kompilasi Hukum
Islam.2010.
Murlan, Eka. Konsep Kepemilikan Harta Dalam Ekonomi Islam Menurut Afzalur Rahman Di
Buku Economic Doctrines Of Islam. Pekanbaru: Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah
Dan Ilmu Hukum Unversitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. 2011

Anda mungkin juga menyukai