Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Harta, Unsur-Unsur, Kedudukan, Fungsi dan Pembagiannya

1. Pengertian Harta
Harta adalah objek penting yang digunakan dalam proses bermu’amalah. Harta menjadi alat
dan orientasi pencapaian transaksi mu’amalah.
Jumhur ulama mengartikan harta sebagai sesuatu yang diinginkan manusia berdasarkan
tabiatnya, baik akan nmemberikannya atau akan menyimpannya dan segala zat yang
berharga, bersifat materi yang berputar antara manusia.
Para ulama masih berbeda pendapat tentang definisi harta karena sudut pandang yang
berbeda.
Menurut Hasbi Asy-syidiqi memeberikan batas-batas mengenai harta. Menurutnya harta
adalah nama bagi selain manusia, dapat dikelola, dapat dimiliki, dapat diperjualbelikan dan
berharga. Berdasarkan pengertian diatas dalam pespektif fikih, tidak semua benda tergolong
harta. Karena pengertian harta memiliki batasan-batasan yang berlandaskan nilai-nilai
syariat Islam.
2. Unsur-unsur harta
Adalah sesuatu yang melekat pada harta. Menurut para fuqaha harta terdiri atas dua unsur
yaitu “aniyah” dan “urf”.
 Aniyah
Adalah bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan.
Contoh: uang, mobil, rumah, dll.
 Urf
Adalah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau sebagian
manusia,tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan suatu
manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun manfaat ma’nawiyah. Contoh kegunaan
uang sebagai alat tukar dan motor sebagai kendaraan.
3. Kedudukan Harta
Al-Quran menjelaskan bahwa harta merupakan perhiasan hidup yaitu dalam Q.S.Al-Kahfi:46
yang artinya :
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh
adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”
Hal tersebut menjelaskan bahwa harta merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia.
Namun selain sebagai perhiasan, harta juga berpotensi menjadi fitnah, karena harta
tersebut merupakan titipan dari Allah sehingga manusia tidak bisa mutlak sepenuhnya
memiliki harta tersebut. Seperti dalam QS.At-Taghobun:15 yang artinya:
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah
pahala yang besar.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa:


 Pemilik harta yang sesungguhnya adalah Allah. Manusia hanya dititipi, sehingga
harta tersebut harus dikeluarkan sebagian.
 Harta harus berorientasi pada kesejahteraan dan kemakmuran bersama.
 Harta yang dimiliki oleh setiap manusia harus ada yang disisihkan untuk membangun
dan mengembangkan kepentingan umum.
4. Fungsi Harta
Harta dipelihara oleh manusia karena manusia membutuhkan manfaat harta tersebut.
Berikut fungsi harta:
a. Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang bersifat mu’amalah, seperti haji,
zakat, shodaqoh, dan juga untuk membeli alat-alat untuk sholat.
b. Untuk meningkatkan keimanan kepada Allah, sebab kefakiran dapat mendekatkan diri
kepada kekufuran .
c. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya
d. Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
e. Untuk menegakkan dan mengembangkan ilmu, karena menuntut ilmu juga butuh biaya.
f. Untuk memutarkan peranan-peranan kehidupan yakni ada yang miskin ada juga yang
kaya sehingga kehidupan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
g. Untuk menumbuhkan silaturrahmi

5. Pembagian Harta
Berikut adalah jenis-jenis harta:
a. Harta mutaqawwin dan ghairi mutaqawwin
1.) Harta mutaqawwin, adalah semua harta yang baik jenisnya maupun cara
memperoleh dan penggunaannya.
2.) Harta Ghair mutaqawwin, yakni tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, cara
memperolehnya maupun cara penggunaannya.
b. Harta Mitsli dan Mal Qimi
1.) Harta Mitsli, benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan-kesatuannya dalam
arti dapat berdiri sebagiannya di tempat yang lain, tanpa ada perbedaan yang perlu
dinilai.
2.) Harta Qimi, benda-benda yang kurang dalam kesatuan-kesatuannya, karenanya
tidak dapat berdiri sebagiannya di tempat yang lain, tanpa ada perbedaan yang
dinilai.
c. Harta Istihlak dan Harta Isti’mal
1.) Harta istihlak, terbagi menjadi 2 yaitu harta istihlak haqiqi dan istihlak huquqi.
Harta istihlak haqiqi adalah harta yang jelas habisnya sedangkan istihlak huquqi
adalah harta yang habis juka sudah tidak dipakai.
2.) Harta isti’mal, yaitu sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan materinya tetap
terpelihara. Harta isti’mal tidaklah habis sekali digunakan, tetapi dapat digunakan
lama menurut apa adanya.
d. Harta Manqul dan Harta Ghair Manqul
1.) Harta Manqul, segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak) dari satu tempat ke
tempat lain.
2.) Harta Ghair Manqul, sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dan dibawa dari satu
tempat ke tempat lain.
e. Harta ‘Ain dan harta Dayn
1.) Harta ‘Ain, yaitu harta yang berbentuk benda
a.) Harta ‘ain dzati qimah, yaitu suatu benda yang memiliki bentuk yang dipandang
sebagai harta karena memiliki nilai.
b.) Harta ’ain ghayr dzati qimah, yaitu suatu benda yang tidak dapayt dipandang
sebagai harta karena tidak memiliki harga.
2.) Harta dayn, sesuatu yang berada dalam tanggung jawab. Seperti uang yang berada
dalam tanggung jawab seseorang.
f. Harta al-‘ain dan harta al-naf’i (manfaat)
1.) Harta ‘aini ialah suatu benda yang memiliki nilai dan berbentuk (berwujud), misalnya
rumah, ternak dan lainnya.
2.) Harta nafi’ ialah a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan
masa, oleh karena itu mal al naf’i tidak berwujud dan tidak mungkin disimpan.
g. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur
1.) Harta mamluk, sesuatu yang masuk ke bawah milik, milik perorangan maupun milik
badan hukum, seperti pemerintah dan yayasan.
2.) Harta mubah, sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang, seperti air pada
mata air, binatang burung darat, laut, pohon-pohon di hutan dan buah buahannya.
3.) Harta mahjur, sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan memberikan
kepada orang lain menurut syari’at, adakalanya benda itu benda wakaf ataupun
benda yang dikhususkan untuk masyarakat umum, seperti jalan raya, masjid-masjid,
kuburan-kuburan, dan yang lainnya.
h. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
1.) Harta yang dapat dibagi, adalah harta yang tidak menimbulkan suatu kerugian atau
kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi.
2.) Harta yang tidak dapat dibagi, adalah harta yang menimbulkan suatu kerugian atau
kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi.
i. Harta Pokok dan Harta Hasil (buah)
Harta pokok adalah “harta yang mungkin darinya terjadi harta lain”. Sedangkan harta
hasil (samarah) ialah ”harta yang terjadi dari harta yang lain”.
j. Harta Khas dan Harta ‘Am
1.) Harta Khas, yaitu harta pribadi, tidak bersekutu dengan harta lain, tidak boleh
diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
2.) Harta ‘Am, harta milik umum (bersama) yang boleh diambil manfaatnya. Harta yang
dapat dikuasai (ikhraj) terbagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:
a.) Harta yang termasuk milik perseorangan. Harta yang bisa menjadi milik
perorangan adalah harta yang menurut syara tidak boleh dimiliki sendiri,
misalnya sungai, jalan raya dan yang lainnya. Harta yang bisa menjadi milik
perorangan tetapi belum ada sebab pemilikan.
b.) Harta-harta yang tidak dapat termasuk milik perseorangan.

Contoh :

 Harta mutaqawwin yaitu misal seekor ayam yang jelas halal diambil manfaatnya (dimakan)
oleh orang Islam, akan tetapi jka cara penyembelihannya tidak sesuai syariat Islam maka
ayam tersebut tidak dapat dimakan.
 Harta Ghair mutaqawwin yaitu uang yang berasal dari korupsi maka harta tersebut tidak
dapat dimanfaatkan sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai