Anda di halaman 1dari 4

A.

Penghimpunan dana modal


1. Wadiah
Dalam fiqh Islam prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah
dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun
badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. 1
Landasan hukum dari wadiah ini dapat dilhat di QS. An-Nissa ayat 58 :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”
Serta dalam Fatwa MUI ketentuan umum tabungan berdasarkan wadi’ah: 2
a. Bersifat simpanan
b. Simpanan ini dapat diambil kapan saja oleh orang yang menyimpan/menitipkan atau
berdasarkan kesepakatan
c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali imbalan itu dalam bentuk pemberian yang
bersifat sukarela dari pihak bank.
2. Mudharabah
Adalah akad kerja sama suatu usaha antara pemilik modala yang menyediakan seluruh modal
dengan pengelola dan keuntungan usaha dibagi dua di antara mereka sesuai nisbah yang
disepakati dalam akad.3 Pada mudharabah pengelola dapat menghimpun modal yang ia
butuhkan untuk membangun usaha dengan cara mencari orang yang bersedia memberikan
modal kepadanya. Tapi yang perlu diingat adalah keuntungan akan dibagikan pula kepada
pemodal, dan juga kerugian dari usaha tersebut ditanggung bersama. Oleh karenanya
pemodal dan pengelola harus memiliki hubungan baik dan tidak mempunyai masalah
diantara keduanya, sehingga dapat terwujud kerjasama yang baik.
B. Jual Beli
1. Murabahah
Adalah jual beli dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membelinya
dengan harga lebih sebagai laba bagi penjual. 4 Jual beli ini adalah jual beli yang sering kita
temui di pasar maupun di tempat perbelanjaan. Jual beli murobahah bisa juga dilakukan
dengan cara mencicil atau kredit. Menurut saya jual beli murobahah adalah jual beli yang
paling aman, karena pembeli dapat melihat secara langsung barang yang akan dia beli dan
barang yang telah dibeli dapat diterima secara langsung sehingga meminimalisir adanya
penipuan.
Dan juga jika jual beli ini dilakukan dengan cara mencicil maka menurut nabi merupakan
berkah, berkahnya yaitu jika orang yang mencicil tersebut memberikan uang lebihan kepada
penjual, akan tetapi penjual tidak meminta. Namun pada praktiknya saat ini, kebanyakan
sistem jual beli kredit atau murobahah penjual meminta kelebihan harga, sehingga jika kita
membeli secara kredit akan lebih mahal harganya dibandingkan membeli secara cash, ini lah
yang diharamkan dalam Islam.

1
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani 2001, hal. 85
2
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan
3
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 115/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Mudharabah
4
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 110/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Jual Beli
Berikut adalah ketentuan sighat jual beli murabahah: 5
a. Akad jual beli murabahah haruslah tugas dan jelas sehingga tidak terkesan menggantung
dan dapat dipahami oleh pembeli maupun penjual.
b. Akad jual beli murabahah tidak hanya dapat dilakukan dengan ucapan lisan, akan tetapi
bisa juga dilakukan secara tertulis, isyarat, perbuatan/tindakan, serta juga karena
sekarang sudah zaman modern maka dapat juga dilakukan dengan via elektronik sesuai
syariah dan perundang-undangan yang berlaku.
c. Dalam hal perjanjian jual beli murabahah dilakukan secara tertulis, dalam akta perjanjian
harus terdapat informasi mengenai harga perolehan, keuntunga, serta harga jual.
2. Salam
Adalah jual beli dalam bentuk pemesanan barang dengan kriteria tertentu yang harganya
wajib dibayar tunai pada saat akad.6 Jadi, jual beli ini kita harus membayar di muka terlebih
dahulu, baru barangnya dapat kita terima. Jual beli ini banyak terjadi saat jual beli online. .
Dalam jual online biasanya si penjual akan meminta pembeli untuk membayar terlebih
dahulu barang yang akan dibelinya dengan cara mentransfer setelah itu baru barang akan
dikirim kepada pembeli. Jual beli seperti ini halal dalam Islam. Penjual harus bisa
membuktikan hak milik barang tersebut kepada pembeli.
Sighat antara penjual dan pembeli dapat dilakukan melalui telepon ataupun media sosial
dikarenakan penjual dan pembeli bisa saja tidak bertemu secara langsung.
Ketentuan pembayaran salam ini adalah alat bayar harus diketahui jumlah dan bentukny, alat
pembayaran itu dapat berupa uang, barang, ataupun manfaat. Pembayaran juga harus
dilakukan saat kontrak atau perjanjian disepakati. Pembayaran salam tidak boleh dalam
bentuk pembebasan hutang.
Kemudian ketentuan barang dalam salam adalah: 7
a. Harus jelas ciri-cirinya dan barang dapat diakui sebagai hutang.
b. Barang harus dapat dijelaskan spesifikasinya, ataukah ada cacat atau tidak harus
dijelaskan.
c. Penyerahan barang dilakukan kemudian setelah pembayaran.
d. Waktu dan tempat penyerahan barnag harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
bersama
e. Tidak diperbolehkan menukar barang setelah diterima pembeli, kecuali dengan barang
yang sejenis dan serupa sesuai kesepakatan.
3. Istishna’
Adalah jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan suatu barang dengan kriteria tertentu
yang pembayaran harganya berdasarkan kesepakatan antara pemesan dan penjual. 8 Jual beli
ini hampir sama dengan jual beli salam, akan tetapi pada jual beli ini barang yang dijual
belum dibuat, oleh karenanya pembeli harus memesan terlebih dahulu kriteria barang yang
akan dibeli. Pembayaran dari istishna’ ini sesuai kesepakatan penjual dan pembeli diawal.
Jual beli ini dalam dunia modern sekarang ini biasa disebut dengan Pre-order. Jual beli ini
yaitu dengan memesan barang yang belum dibuat dan memberikan modal atau membayar
terlebih dahulu kepada penjual, kemudian penjual akan membuat barang tersebut. Setelah

5
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 111/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Jual Beli Murabahah
6
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 110/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Jual Beli
7
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam
8
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 110/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Jual Beli
barang jadi maka penjual akan mengirimkan barang kepada pembeli. Dalan jual beli ini akad
harus jelas, sehingga tidak terjadi salah paham antara penjual dan pembeli.
Ketentuan barang istishna’ adalah :9
a. Barang harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang
b. Barang juga harus bisa dijelaskan tentang spesifikasinya
c. Penyerahan barang kepada pemesan dilakukan kemudian setelah barang tersebut jadi
d. Dikarenakan pada saat memesan barang belum ada ataupun belum jadi maka waktu dan
tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
e. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
f. Tidak diperbolehkan menukar barang setelah diterima pembeli, kecuali dengan barang
yang sejenis dan serupa sesuai kesepakatan.
g. Jika barang terjadi cacat ataupun tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan mempunyai
hak khiyar atau hak memilih untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
C. Sewa Menyewa
1. Ijarah Mutlaqoh
Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Ijarah
merupakan suatu kontrak leasing untuk kepentingan sewa menyewa barang, aset, pekerja
atau tenaga ahli dalam jangka waktu tertentu atau untuk usaha tertentu.
Rukun dan syarat ijarah:10
a. Sighat
Yaitu ijab kabul yang berupa pernyataan dari penyewa (Musta’jir) dan pemberi sewa
(Mu’jir) untuk melakukan ijarah. Sighat ini bisa berupa berbicara langsung maupun tidak.
Sighat ini harus tegas dan jelas, dan juga dapat dimengerti dengan baik baik oleh
Musta’jir maupun Mu’jir. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam penyewaan.
b. Pihak yang terlibat
Dalam hal ini pihak yang terlibat adalah penyewa (Musta’jir) dan pemberi sewa (Mu’jir)
dan juga pemberi jasa dalam akad ijarah (Ajir).
c. Objek akad ijarah
Objek akad ijarah ini dapat berupa manfaat barang dan sewa, ataupun dapat berupa
manfaat jasa dan upah.
Ketentuan objek ijarah:11
a. Manfaat jasa atau barang yang disewakan harus bersifat dibolehkan, tidak boleh yang
diharamkan
b. Manfaat barang atau jasa harus yang dapat dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak
c. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan
ketidaktahuan yang dapat mengakibatkan masalah atau sengketa.
d. Kelenturan dalam menentukan upah atau sewa dapat diwujudkan delam ukuran waktu,
tempat dan jarak.
2. Ijarah Multijasa

9
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Istishna’
10
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah
11
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah
Ijarah multi jasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah kepada
nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa. Seperti: Pendidikan, rumah sakit, dan
lain-lain.
Ketentuan umum ijarah multijasa:
a. Pembiayaan multijasa hukumnya boleh dengan menggunakan ijarah maupun kafalah
b. Dalam hal LKS (Lembaga Keuangan Syariah) jika menggunakan akad ijarah, maka orang
yang terlibat ijarah harus mengikuti peraturan dan ketentuan yang ada dalam Fatwa
Ijarah.
c. Jika menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan dan peraturan
yang ada dalam Fatwa Kafalah.
d. Dalam kedua pembiayaan multijasa, LKS dapat memperoleh imbalan jasa.
e. Besarnya imblan jasa tersebut harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal tidak dalam bentuk persentase.
3. IMBT
Ijarah muntahiya bi tamlik adalah akad ijarah atas manfaat suatu barang yang disertai dengan
adanya janji pemindahan hak milik atas barang sewa kepada penyewa, setelah selesai atau
diakhirkan akad ijarah.12
D. Bagi Hasil
1. Musyarakah
Musyarakah atau syirkah adalah akad kerja sama atara dua pihak atau lebih untu suatu usaha
tertentu di mana setiap pihak memberikan kontribusi dana atau modal usaha dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi dua sesuai nisbah yang disepakati dan kerugian juga
ditanggung oleh kedua pihak.13
2. Mudharabah
Adalah akad kerja sama suatu usaha antara pemilik modal yang menyediakan seluruh modal
dengan pengelola dan keuntungan usaha dibagi dua di antara mereka sesuai nisbah yang
disepakati dalam akad.14 Baik pemodal dan pengelola haruslah sama-sama mendapatkan
keuntungan, karena mudharabah adalah bagi hasil. Besarnya keuntungan sesuai dengan
kesepakatan antar pemodal dan pengelola. Sistem ini menguntungkan bagi keduanya, karena
si pemodal dapat mencari orang untuk mengelola usaha yang akan dibuatnya dan juga
pengelola juga dapat mencari orang untuk memodali usahanya.

12
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Ijarah.
13
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 114/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Syirkah
14
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 115/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Mudharabah

Anda mungkin juga menyukai