Dalam Islam
Kelompok 3
Annisa apriliandari
Faridz maulana saepudin
Tri nazar ulfa nugraha
Harta dalam
Perspektif
Ekonomi Islam
Secara etimologis, dalam Bahasa Arab, kata harta diartikan
dengan al-mal yang merupakan akar kata (masdar) yang
berarti condong, cenderung, miring, atau berpaling dari
tengah kesalahsatu sisi, dan al-maal diartikan sebagai segala
sesuatu yang menyenangkan manusia, dan mereka pelihara,
baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat.
● Barang Bebas
Barang bebas adalah barang-barang yang tersedia dengan berlimpah dan setiap orang dapat memperolehnya dengan
bebas dengan cara yang terlampau mudah. Contohnya seperti udara, air, dan sebagian besar tempat di muka bumi ini.
● Barang Ekonomi
Barang-barang ekonomi adalah barang-barang yang penyediaannya relatif jarang atau langka.
Dalam definisi lain barang ekonomi adalah barang yang memerlukan usaha untuk memperolehnya. Barang ekonomi
tersebut dapat pula dibagi menjadi barang konsumsi, yaitu barang yang dimiliki dan diproduksi untuk dikonsumsi secara
langsung oleh yang memproduksi dan barang investasi, yaitu barang tidak hanya digunakan untuk konsumsi, tetapi juga
diupayakan untuk dapat menghasilkan keuntungan melalui proses komersialisasi dari hasil produktivitas tertentu.
Para fukaha membagi harta tersebut kepada 10 pembagian, yaitu:
1. Dari segi boleh dan tidaknya memanfaatkannya terbagi kepada mutaqawwim dan ghair mutaqawwim.
2. Dari segi menetap dan tidaknya di tempatnya terbagi kepada ‘aqar dan manqul.
3. Dari segi sama dan tidaknya unit atau bagian-bagiannya, terbagi kepada mitsl dan qimi.
4. Dari segi tetap dan tidaknya barang setelah digunakan, terbagi kepada istihlaki dan isti’mali.
5. Harta yang berbentuk benda (mal ‘ain) dan harta yang bukan berbentuk (mal dayn).
6. Harta benda yang berbentuk benda (mal ‘aini) dan sesuatu yang berada dalam tanggungannya (al-dayn).
7. Harta yang berada di bawah kepemilikan mal mamluk, pada asalnya bukan milik seseorang (mubah) dan harta sesuatu yang
tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan disyariatkan memberikannya kepada orang lain (mahjur).
8. Harta yang ‘dapat dibagi’ (qabil lil qismah) dan ‘harta yang tidak dapat dibagi’ (ghair qabil lil qismah).
9. Harta pokok dan harta hasil (tsamarah).
10. Harta pribadi (mal khas) dan harta milik umum (mal ‘am)
1. Harta Mutaqawwim dan Ghair al-Mutaqawwim.
• Harta Mutaqawwim. • Harta Ghair al-Mutaqawwim
Harta Pokok juga bisa disebut modal, misalnya uang, emas, dan yang lainnya, contoh harta pokok dan harta hasil
ialah, bulu domba dihasilkan dari domba, maka domba merupakan pokok dan bulunya merupakan harta hasil; kerbau
yang beranak, anaknya dianggap sebagai tsamarah dan induknya yang melahirkan disebut harta pokok.
10. Mal Khas dan Mal ‘Am.
• Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan
yang lain tidak boleh diambil manfaatnya tanpa
disetujui pemiliknya.
• Harta ‘am ialah harta milik umum (bersama) yang
boleh diambil manfaatnya secara bersama-sama.
Harta yang dapat dikuasai (ikhraj) terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Harta yang termasuk milik perseorangan.
2. Harta-harta yang tidak dapat termasuk milik perseorangan.
Kedudukan dan Fungsi
Harta dalam Islam
Berikut ini, fungsi harta yang sesuai dengan ketentuan syara’, antara lain:
1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab untuk beribadah diperlukan alat-
alat, seperti alat untuk menutup aurat dalam pelaksanaan salat, pendaftaran dan bekal untuk melaksanakan ibadah
haji, berzakat, sedekah, dan hibah, wakaf. Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. sebab
kefakiran cenderung dekat kepada kekafiran, sehingga pemilikan harta dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan
kepada Allah SWT.
2. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya, sebagaimana firman Allah SWT Q.S. an-Nisa
[4]: 9 yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan mengucapkan perkataan yang benar.”
3. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat, Nabi SAW. bersabda: “Bukanlah
orang yang baik yang meninggalkan masalah dunia untuk masalah akhirat, dan yang meninggalkan masalah akhirat
untuk urusan dunia, sehingga seimbang di antara keduanya, karena masalah dunia adalah menyampaikan manusia
kepada masalah akhirat.”
Kepemilikan Harta
dalam Islam
Islam tidak mengenal adanya
kebebasan kepemilikan karena pada dasarnya
setiap perilaku manusia harus dalam kerangka
syariah termasuk masalah ekonomi. Islam
mengatur cara perolehan dan pemanfaatan
kepemilikan. Para ulama membagi kepada
• Kepemilikan individ
lima macam kepemilikan, yaitu:
• Kepemilikan umum
• Kepemilikan negara
• Kepemilikan mutlak
• Kepemilikan relatif
Kesimpulan
Islam adalah agama yang syumul (sempurna), semua aspek
kehidupan manusia dijelaskan secara komprehensif. Salah satunya
mengenai harta. Harta merupakan sesuatu yang vital dan fatal. Dengan
demikian sangat perlu dikaji untuk melaksanakan aturan syariat secara
kafah. Islam sendiri memandang harta sebagai suatu objek untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tentu dalam Islam sendiri, harta
yang baik pastinya akan membawa kebaikan pula bagi pemiliknya.
Carilah dengan cara yang baik, gunakan untuk hal yang bermanfaat.
Terima kasih