Anda di halaman 1dari 12

HARTA

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

"FIQIH 2"

Dosen Pengampu:

Nur Anas, M.Pd.I

Disusun oleh:

Mu'rifatul Afidah

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI PONOROGO

2022

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
ini.Sholawat serta salam semoga tetap kita haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang di nantikan syafa’at nya di hari akhir kelak Amin ya
robbal’alamin.

Makalah ini kami susun berdasarkan tugas mata kuliah FIQIH 2 yang berjudul
HARTA. Makalah ini berisi tentang pengertian harta dan unsur-unsurnya, kedufukan
dan fungsi harta, dan pembagian harta. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
banyak kekurangan. Pembahasan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa.
Oleh karna itu kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfa’at terhadap para pembaca dan juga penulis.

Ponorogo, 26 September 2022

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial, dalam arti tidak bisa hidup sendiri tanpa
ada bantuan orang lain. Salah satu sarana untuk hidup dengan orang lain adalah
dengan harta, karena dengan harta manusia dapat berinteraksi satu sama lain

2
melalui akad (transaksi) muamalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti
jual beli, sewa menyewa, kerja sama bisnis (syirkah), dan lain-lain. Dengan
demikian, harta merupakan objek utama manusia untuk melakukan kegiatan
ekonomi.

Harta merupakan komponen dasar dalam kehidupan manusia, dengan harta


manusia dapat memenuhi kebutuhannya di dunia. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan tersebut, terjadilah transaksi muamalah antar manusia. Harta hadir
sebagai objek transaksi, baik dalam bentuk jual beli, sewa menyewa, utang piutang,
kerjasama bisnis (syirkah), dan transaksi ekonomi lainnya. Harta dilihat dari
karakteristiknya, dapat juga dijadikan objek kepemilikan, kecuali ada hal-hal yang
menghalanginya.

Pada bagian ini, maka bahasan bab dalam makalah ini tentang harta, yaitu
pengertian harta dan unsur-unsurnya, kedudukan dan fungsi harta, dan pembagian
harta.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan harta dan unsur-unsurnya?

2. Bagaimana kedudukan harta dan apa saja fungsi harta?

3. Bagaimana pembagian harta?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta dan Unsur-Unsurnya

Harta atau dalam bahasa Arab dikenal dengan mal yang jamaknya amwal, secara
etimologis mempunyai beberapa arti yaitu condong, cenderung, dan miring. Karena

3
manusia condong atau cenderung untuk memiliki harta. Ada juga yang mengartikan
al-mal dengan sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka menjaganya, baik
dalam bentuk materi maupun manfaat. Ada juga yang mengartikan sesuatu yang
dibutuhkan dan diperoleh manusia baik berupa benda yang tampak seperti emas
dan perak, binatang, tumbuhan, maupun yang tidak nampak seperti manfaat
kendaraan, pakaian, dan tempat tinggal.

Menurut ulama harta mempunyai dua unsur, yaitu unsur 'aniyah dan unsur 'urf.
Unsur aniyah yaitu bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan (ayan).
Manfaat sebuah rumah yang dipelihara ma nusia tidak disebut harta, tetapi disebut
hak milik atau hak." Unsur 'urf yaitu segala sesuatu yang dipandang harta oleh
seluruh manusia atau sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu
kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun manfaat
maknawiyah.1

B. Kedudukan dan Fungsi Harta

Harta merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani


kehidupan di dunia ini, sehingga persoalan harta termasuk dalam salah satu al-
dharuriyyat al khamsah (lima kebutuhan pokok), yang terdiri dari: agama, jiwa,
keturunan intelektual, dan properti.

Selain, merupakan salah satu keperluan hidup yang pokok bagi manusia, harta
juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagai cobaan (fitnah), sarana untuk
memenuhi kesenangan, dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan
akhirat.

Fungsi harta sangat banyak, baik kegunaan dalam hal yang baik maupun
kegunaan dalam hal yang jelek. Di antara sekian banyak fungsi harta sebagai
berikut:

1
Drs. Harun, MH, Fiqih Muamalah (Surakarta:Muhammadiyah University Press:2017),hlm. 11-12.

4
1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah khusus (mahdhah),
karena untuk beribadah diperlukan alat-alat seperti kain penutup aurat saat
shalat, bekal untuk menunaikan haji, zakat, sedekah, dan hibah.

2. Meningkatkan (takwa) kepada Allah, karena kemiskinan cenderung dekat


dengan kekufuran, maka kepemilikan harta dimaksudkan untuk
meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

3. Untuk meneruskan kehidupan dari suatu periode ke periode berikutnya

4. Mengkoordinasikan (menyeimbangkan) antara kehidupan di dunia dan


akhirat.

5. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menuntut ilmu


tanpa biaya akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak dapat kuliah di
perguruan tinggi, jika ia tidak memiliki biaya.

6. Untuk memutar (men-tasharruf) peran-peran kehidupan, yakni adanya


pembantu dan tuan, adanya orang kaya dan miskin yang saling
membutuhkan, sehingga tersusunlah masyarakat yang harmonis dan
berkecukupan.

7. Untuk menumbuhkan silaturahmi, karena adanya perbedaan dan keperluan.2

C. Pembagian Harta

Ulama membagi harta dilihat dari berbagai segi, antara lain:

1. Dilihat dari aspek kebolehan memanfaatkannya oleh syara', harta dibagi


kepada mutaqawwim dan ghairu mutaqawwim. Yang di maksud
mutaqawwim yaitu sesuatu yang boleh dimanfaatkannya menurut syara'.
Adapun ghairu mutaqawwim yaitu sesuatu yang tidak boleh
dimanfaatkannya menurut ketentuan syara', baik je nisnya, cara
memperolehnya maupun cara penggunaannya, se perti babi dan khamar
termasuk harta ghairu mutaqawwim ka rena jenisnya. Sendal yang diperoleh
dari hasil mencuri termasuk ghairu mutagawwim karena cara
2
Abdul Rahman Ghazali,Fiqih Muamalat (Jakarta:Kencana,2017)hlm 20-23

5
memperolehnya yang haram. Uang disumbangkan untuk membangun tempat
pelacuran, termasuk harta ghairu mutaqawwim karena penggunaannya.

2. Dilihat dari segi jenisnya, harta dibagi menjadi harta manqul dan harta ghairu
manqul. Harta manqul yaitu harta yang dapat dipin dahkan dari satu tempat
ke tempat lain, seperti emas, perak, pe runggu, pakaian, kendaraan, dan lain-
lain. Adapun harta ghairu manqul yaitu harta yang tidak dapat dipindahkan
dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, seperti tanah dan bangunan yang
ada di atasnya.

3. Dilihat dari segi pemanfaatannya, harta dibagi kepada harta isti'mali dan
istihlaki. Harta isti'mali yaitu harta yang apabila di gunakan atau
dimanfaatkan benda itu tetap utuh, sekalipun manfaatnya sudah banyak
digunakan, seperti kebun, tempat tidur, rumah, sepatu, dan lain sebagainya.
Adapun harta istihlaki yaitu harta yang apabila dimanfaatkan berakibat akan
menghabiskan harta itu, seperti sabun, makanan, dan lain sebagainya.

4. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya harta sejenis di pasaran, harta dibagi
kepada harta mitsli dan qimi. Harta mitsli adalah harta yang ada jenisnya di
pasaran, yaitu harta yang ditimbang atau ditakar seperi gandum, beras, dan
lain-lain. Adapun harta qimi adalah harta yang tidak ada jenis yang sama
dalam satuannya di pasaran, atau ada jenisnya tetapi pada setiap unitnya
berbeda dalam kualitasnya, seperti satuan pepohonan, logam mulia, dan alat-
alat rumah tangga.

5. Dilihat dari status harta, harta dibagi kepada harta mamluk, mu bah, dan
mahjur. Harta mamluk adalah harta yang telah dimiliki, baik milik
perorangan atau milik badan hukum atau milik negara. Harta mubah adalah
harta yang asalnya bukan milik seseorang, seperti mata air, binatang buruan
darat, laut, pohon-pohonan di hutan, dan buah-buahannya. Harta semacam
ini boleh dimanfa atkan oleh setiap orang, dengan syarat tidak merusak
kelestarian alam. Adapun harta mahjur adalah harta yang ada larangan syara'
untuk memilikinya, baik karena harta itu dijadikan harta wakaf maupun

6
diperuntukkan untuk kepentingan umum. Harta ini ti dak dapat dijualbelikan,
diwariskan, dihibahkan, atau dipindahta ngankan.

6. Harta dilihat dari segi boleh dibagi atau tidak, harta dikelompok kan kepada;
mal qabil li al-qismah (harta yang dapat dibagi) dan mal ghair qabil li al-
qismah (harta yang tidak dapat dibagi). Mal qabil al-qismah adalah harta
yang tidak menimbulkan suatu keru gian atau kerusakan apabila harta itu
dibagi-bagi dan manfaatnya tidak hilang, seperti beras tepung, gandum,
duku, anggur, dan lain sebagainya. Harta ini tidak rusak dan manfaatnya
tidak hilang. Adapun mal ghair qabil al-qismah adalah harta yang menimbul
kan suatu kerugian atau kerusakan atau hilang manfaatnya, bila harta itu
dibagi-bagi, misalnya gelas, kursi, meja, mesin, dan lain sebagainya.

7. Dilihat dari segi berkembang atau tidaknya harta itu, baik hasil nya itu
melalui upaya manusia maupun dengan sendirinya ber dasarkan ciptaan
Allah, maka harta dibagi kepada: harta ashl (pokok) dan harta al-samar (harta
hasil). Harta ashl adalah harta yang menghasilkan misalnya: rumah, tanah,
pepohonan, dan he wan. Adapun harta al-samar adalah buah yang dihasilkan
suatu harta, misalnya sewa rumah, buah-buahan dari pepohonan, dan susu
kambing atau sapi.

8. Dilihat dari segi pemiliknya, harta dibagi kepada harta khas dan harta am.
Harta khas adalah harta pribadi, tidak bersekutu de ngan yang lain, tidak
boleh diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya. Adapun harta am
adalah harta milik umum (bersa ma) yang boleh diambil manfaatnya,
misalnya sungai, jalan raya, masjid, dan lain sebagainya. Harta ini disebut
dengan fasilitas umum.

9. Dilihat dari segi harta yang berbentuk benda dan harta yang ber bentuk
tanggungan, harta dibagi kepada: harta 'ain dan harta dayn. Harta 'ain adalah
harta yang berbentuk benda seperti ru mah, mobil, beras, dan lain
sebagainya. Harta 'ain terbagi men jadi dua, yaitu harta 'ain dzati qimah,
yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang sebagai harta karena
memiliki nilai. Harta 'ain dzati qimah meliputi: benda yang dianggap harta

7
dan boleh diambil manfaatnya, benda yang dianggap harta dan tidak boleh
diambil manfaatnya, benda yang dianggap sebagai harta yang ada
sebangsanya, benda yang dianggap harta yang tidak ada atau sulit dicari
seumpamanya, benda yang dianggap harta yang ber harga dan dapat
dipindahkan (bergerak), benda yang dianggap harta yang berharga dan tidak
dapat dipindahkan (benda tidak bergerak). Adapun ain ghair azati qimah,
yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta karena tidak memiliki
harga, mi salnya sebiji beras. 3

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Harta atau dalam bahasa Arab dikenal dengan mal yang jamaknya amwal,
secara etimologis mempunyai beberapa arti yaitu condong, cenderung, dan
miring. Karena manusia condong atau cenderung untuk memiliki harta. Ada
juga yang mengartikan al-mal dengan sesuatu yang menyenangkan manusia
dan mereka menjaganya, baik dalam bentuk materi maupun manfaat.

2. Menurut ulama harta mempunyai dua unsur, yaitu unsur 'aniyah dan unsur
'urf. Unsur aniyah yaitu bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan
(ayan). Manfaat sebuah rumah yang dipelihara ma nusia tidak disebut harta,
tetapi disebut hak milik atau hak." Unsur 'urf yaitu segala sesuatu yang
dipandang harta oleh seluruh manusia atau sebagian manusia, tidaklah
manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya, baik
manfaat madiyah maupun manfaat maknawiyah.

3. Harta merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani


kehidupan di dunia ini, sehingga persoalan harta termasuk dalam salah satu
al-dharuriyyat al khamsah (lima kebutuhan pokok), yang terdiri dari: agama,
jiwa, keturunan intelektual, dan properti.

3
Dr. Mardani,Fiqih Ekonomi Syariah Fiqih Muamalah (Jakarta:Kencana,2019) hlm.62-64.

8
4. Fungsi harta sangat banyak, baik kegunaan dalam hal yang baik maupun
kegunaan dalam hal yang jelek. Di antara sekian banyak fungsi harta sebagai
berikut:

a. Meningkatkan (takwa) kepada Allah, karena kemiskinan cenderung


dekat dengan kekufuran, maka kepemilikan harta dimaksudkan
untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

b. Untuk meneruskan kehidupan dari suatu periode ke periode


berikutnya

c. Mengkoordinasikan (menyeimbangkan) antara kehidupan di dunia


dan akhirat.

d. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena


menuntut ilmu tanpa biaya akan terasa sulit, misalnya, seseorang
tidak dapat kuliah di perguruan tinggi, jika ia tidak memiliki biaya.

e. Untuk memutar (men-tasharruf) peran-peran kehidupan, yakni


adanya pembantu dan tuan, adanya orang kaya dan miskin yang
saling membutuhkan, sehingga tersusunlah masyarakat yang
harmonis dan berkecukupan.

5. Ulama membagi harta dilihat dari berbagai segi, antara lain:

a. Dilihat dari aspek kebolehan memanfaatkannya oleh syara', harta dibagi


kepada mutaqawwim dan ghairu mutaqawwim. Yang di maksud
mutaqawwim yaitu sesuatu yang boleh dimanfaatkannya menurut
syara'. Adapun ghairu mutaqawwim yaitu sesuatu yang tidak boleh
dimanfaatkannya menurut ketentuan syara', baik je nisnya, cara
memperolehnya maupun cara penggunaannya, se perti babi dan khamar
termasuk harta ghairu mutaqawwim ka rena jenisnya. Sendal yang
diperoleh dari hasil mencuri termasuk ghairu mutagawwim karena cara
memperolehnya yang haram. Uang disumbangkan untuk membangun

9
tempat pelacuran, termasuk harta ghairu mutaqawwim karena
penggunaannya.

b. Dilihat dari segi jenisnya, harta dibagi menjadi harta manqul dan harta
ghairu manqul. Harta manqul yaitu harta yang dapat dipin dahkan dari
satu tempat ke tempat lain, seperti emas, perak, pe runggu, pakaian,
kendaraan, dan lain-lain. Adapun harta ghairu manqul yaitu harta yang
tidak dapat dipindahkan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain,
seperti tanah dan bangunan yang ada di atasnya.

c. Dilihat dari segi pemanfaatannya, harta dibagi kepada harta isti'mali dan
istihlaki. Harta isti'mali yaitu harta yang apabila di gunakan atau
dimanfaatkan benda itu tetap utuh, sekalipun manfaatnya sudah banyak
digunakan, seperti kebun, tempat tidur, rumah, sepatu, dan lain
sebagainya. Adapun harta istihlaki yaitu harta yang apabila
dimanfaatkan berakibat akan menghabiskan harta itu, seperti sabun,
makanan, dan lain sebagainya.

d. Dilihat dari segi ada atau tidak adanya harta sejenis di pasaran, harta
dibagi kepada harta mitsli dan qimi. Harta mitsli adalah harta yang ada
jenisnya di pasaran, yaitu harta yang ditimbang atau ditakar seperi
gandum, beras, dan lain-lain. Adapun harta qimi adalah harta yang tidak
ada jenis yang sama dalam satuannya di pasaran, atau ada jenisnya
tetapi pada setiap unitnya berbeda dalam kualitasnya, seperti satuan
pepohonan, logam mulia, dan alat-alat rumah tangga.

e. Dilihat dari status harta, harta dibagi kepada harta mamluk, mu bah, dan
mahjur. Harta mamluk adalah harta yang telah dimiliki, baik milik
perorangan atau milik badan hukum atau milik negara. Harta mubah
adalah harta yang asalnya bukan milik seseorang, seperti mata air,
binatang buruan darat, laut, pohon-pohonan di hutan, dan buah-
buahannya. Harta semacam ini boleh dimanfa atkan oleh setiap orang,
dengan syarat tidak merusak kelestarian alam. Adapun harta mahjur

10
adalah harta yang ada larangan syara' untuk memilikinya, baik karena
harta itu dijadikan harta wakaf maupun diperuntukkan untuk
kepentingan umum. Harta ini ti dak dapat dijualbelikan, diwariskan,
dihibahkan, atau dipindahta ngankan.

f. Harta dilihat dari segi boleh dibagi atau tidak, harta dikelompok kan
kepada; mal qabil li al-qismah (harta yang dapat dibagi) dan mal ghair
qabil li al-qismah (harta yang tidak dapat dibagi). Mal qabil al-qismah
adalah harta yang tidak menimbulkan suatu keru gian atau kerusakan
apabila harta itu dibagi-bagi dan manfaatnya tidak hilang, seperti beras
tepung, gandum, duku, anggur, dan lain sebagainya. Harta ini tidak rusak
dan manfaatnya tidak hilang. Adapun mal ghair qabil al-qismah adalah
harta yang menimbul kan suatu kerugian atau kerusakan atau hilang
manfaatnya, bila harta itu dibagi-bagi, misalnya gelas, kursi, meja,
mesin, dan lain sebagainya.

g. Dilihat dari segi berkembang atau tidaknya harta itu, baik hasil nya itu
melalui upaya manusia maupun dengan sendirinya ber dasarkan ciptaan
Allah, maka harta dibagi kepada: harta ashl (pokok) dan harta al-samar
(harta hasil). Harta ashl adalah harta yang menghasilkan misalnya:
rumah, tanah, pepohonan, dan he wan. Adapun harta al-samar adalah
buah yang dihasilkan suatu harta, misalnya sewa rumah, buah-buahan
dari pepohonan, dan susu kambing atau sapi.

h. Dilihat dari segi pemiliknya, harta dibagi kepada harta khas dan harta
am. Harta khas adalah harta pribadi, tidak bersekutu de ngan yang lain,
tidak boleh diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya. Adapun
harta am adalah harta milik umum (bersa ma) yang boleh diambil
manfaatnya, misalnya sungai, jalan raya, masjid, dan lain sebagainya.
Harta ini disebut dengan fasilitas umum.

B. Daftar Pustaka

11
Drs. Harun, MH, Fiqih Muamalah (Surakarta:Muhammadiyah University Press:2017),hlm. 11-12.

Abdul Rahman Ghazali,Fiqih Muamalat (Jakarta:Kencana,2017)hlm 20-23

Dr. Mardani,Fiqih Ekonomi Syariah Fiqih Muamalah (Jakarta:Kencana,2019) hlm.62-64.

12

Anda mungkin juga menyukai