(1031510001)
ALIFIA AMANDA P.
(1031510006)
WASIATUL WAFIYAH
(1031510049)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, berkat rahmat,
taufik dan inayah-Nyalah makalah yang berjudul KONSEP HARTA (AL-MAL) DALAM
ISLAM ini dapat di selesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah
kepada Rasulullah SAW., beserta keluarganya, sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di
seluruh Alam.
Penulisan makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa
mengenai konsep harta dalam islam serta mengimplementasikannya dalam kehidupan
modern. Namun demikian, tentunya penulis mendapatkan arahan, bimbingan serta saran
yang membangun, oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada pihakpihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada bapak dosen mata kuliah
fiqh muamalah yang menuntun kami dalam mengerjakan makalah ini yaitu: Andi Zulfikar
Daraussalam, M.Si.,Mhum.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
sebagaimana yang diharapkan, baik dari sistematika, bahasa, maupun dari segi materi. Atas
dasar ini, komentar, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga
penulisan makalah ini dapat memberi manfaat bagin kita semua dan dapat dijadikan salah
satu sumber tambahan dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar belakang......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3. Manfaat dan Tujuan.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1. Pengertian Harta (Al-maal) dan Pandangan Ulama............................................2
2.2. Fungsi Harta........................................................................................................3
2.3. Pembagian Jenis-jenis Harta................................................................................4
2.4. Perspektif Harta dalam Fiqh muamalah..
BAB III PENUTUP...........................................................................................................8
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................8
3.2. Saran....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan umat manusia, harta merupakan keperluan hidup yang
sangat penting. Harta (al maal) merupakan komponen pokok dalam
kehidupan manusia yang tidak bisa ditinggalkan dengan begitu saja.
Dengan harta, manusia bisa memenuhi kebutuhannya, baik yang
bersifat materi atau pun immateri. Dalam kerangka memenuhi
kebutuhan tersebut, terjadilah hubungan horizontal antar manusia
(muamalah), karena pada dasarnya tidak ada manusia yang
sempurna dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, akan tetapi
saling
membutuhkan
dan
terkait
dengan
manusia
lainnya.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian Harta dan Pandangan Ulama
B. Fungsi Harta
C. Pembagian Jenis-jenis Harta
D. Perspektif Harta dalam Fiqh Muamalah
1.3.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
unta, kambing, sapi, tanah, emas, perak, dan segala sesuatu yang disukai oleh manusia dan
memiliki nilai (qimah), ialah harta kekayaan.
Ibnu Asyr mengatakan bahwa, Kekayaan pada mulanya berarti emas dan perak,
tetapi kemudian berubah pengertiannya menjadi segala barang yang disimpan dan dimiliki.
Sedangkan harta (al-maal), menurut Hanafiyah ialah sesuatu yang digandrungi oleh
tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga dibutuhkan.
Maksud pendapat di atas, definisi harta pada dasarnya merupakan sesuatu yang
bernilai dan dapat disimpan. Sehingga bagi sesuatu yang tidak dapat disimpan, tidak dapat
dikatagorikan sebagai harta. Adapun manfaat termasuk dalam kategori sesuatu yang dapat
dimiliki, ia tidak termasuk harta. Sebaliknya tidaklah termasuk harta kekayaan sesuatu yang
tidak mungkin dipunyai tetapi dapat diambil manfaatnya, seperti cahaya dan panas matahari.
Begitu juga tidaklah termasuk harta kekayaan sesuatu yang tidak dapat diambil manfaatnya,
tetapi dapat dipunyai secara konkrit dimiliki, seperti segenggam tanah, setetes air, seekor
lebah, sebutir beras dan sebagainya.
Dengan demikian, konsep harta menurut Imam Hanafi yaitu segala sesuatu yang
memenuhi dua kriteria :
Pertama, sesuatu yang dipunyai dan bisa diambil manfaatnya.
Kedua, sesuatu yang dipunyai dan bisa diambil manfaatnya secara konkrit seperti
tanah, barang-barang perlengkapan, ternak dan uang.
Menurut jumhur ulama fiqh selain Hanafiyah mendefinisikan konsep harta
sebagai adalah seagala sesuatu yang bernilai dan mesti rusaknya dengan menguasainya.
Menurut Imam as-Suyuthi harta ialah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan
mempunyai nilai jual yang akan terus ada, kecuali bila semua orang telah meninggalkannya.
Jika baru sebagian orang saja yang meninggalkannya, barang itu mungkin masih bermanfaat
bagi orang lain dan masih mempunyai nilai bagi mereka.
Ibnu Najm mengatakan bahwa harta kekayaan, sesuai dengan apa yang ditegaskan
oleh ulama-ulama Ushul Fiqh, adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan disimpan untuk
keperluan tertentu dan hal itu terutama menyangkut yang kongkrit. Dengan demikian tidak
termasuk di dalamnya pemilikan semata-semata atas manfaat-manfaat saja. Dalam hal ini,
beliau menganalogikan konsep harta dalam persoalan waris dan wakaf, sebagaiman al-Kasyf
al-Kabir disebutkan bahwa zakat maupun waris hanya dapat terealisasi dengan menyerahkan
benda (harta atau tirkah dalam hal waris) yang konkrit, dan tidak berlaku jika hanya
kepemilikan atas manfaat semata, tanpa menguasai wujudnya.
2.2.
FUNGSI HARTA
Fungsi harta bagi manusia sangat banyak. Harta dapat menunjang kegiatan manusia,
baik dalam kegiatan yang baik maupun yang buruk. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha
untuk memiliki dan menguasainya. Tidak jarang dengan memakai beragam cara yang
dilarang syara atau ketetapan yang disepakati oleh manusia.
Biasanya cara memperoleh harta, akan berpengaruh terhadap fungsi harta. Seperti
orang yang memperoleh harta dengan mencuri, ia memfungsikan harta tersebut untuk
kesenangna semata, seperti mabuk, bermain wanita, judi, dan lain-lain.
Sebaliknya, orang yang mencari harta dengan cara yang halal, biasanya
memfungsikan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Dalam pembahasan ini, akan dikemukakan fungsi harta yang sesuai dengan syara,
antara lain untuk:
1.
Kesempurnaan ibadah mahdhah, seperti shalat memerlukan kain untuk menutup aurat.
2.
Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, sebagai
kefakiran mendekatkan kepada kekufuran.
3.
Meneruskan estafeta kehidupan, agar tidak meninggalkan generasi lemah (QS. An-
Nisaa:9).
4.
( )
Artinya:
tidaklah seseorang itu makan walaupun sedikit yang lebih baik daripada makanan yang ia
hasilkan dari keringatnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah, Daud, telah makan dari hasil
keringatnya sendiri (HR. Bukhari dari Miqdam bin Madi Kariba)
Dalam hadist lain dinyatakan:
( )
Artinya:
bukanlah orang yang baik bagi mereka, yang meninggalkan masalah dunia untuk masalah
akhirat, dan meninggalkan masalah akhirat untuk urusan dunia, melainkan seimbang di
antara keduanya, karena masalah dunia dapat menyampaikan manusia kepada masalah
akhirat (HR. Bukhari)
5.
6.
Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, seperti orang kaya yang memberikan
pekerjaan kepada orang miskin.
7.
8.
2.3.
seseorang
merusak
harta
mutaqawwim,
maka
ia
a. Harta mitsli ialah benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuankesatuannya, dalam arti dapat berdiri sebagiannya di tempat yang lain,
tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai. Jadi, harta mitsli adalah harta
yang
ada
imbangannya (persamaan).
Seperti
harta
yang
jenisnya
diperoleh di pasar.
b.
Harta
qimi
ialah
benda-benda
yang
kurang
dalam
kesatuan-
tidak ada imbangannya secara tepat. Seperti harta yang jenisnya sulit di
dapatkan di pasar, bisa di peroleh tetapi jenisnya berbeda, kecuali dalam
nilai harganya.
3.
a. Harta istihlak ialah sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaan dan
manfaatnya secara biasa, kecuali dengan menghabiskannya. Harta
istihlak dibagi menjadi dua, ada yang istihlak haqiqi dan istihlak huquqi.
1). Harta istihlak haqiqi ialah suatu benda yang menjadi harta yang
secara jelas (nyata) zatnya habis sekali digunakan. Misalnya, korek api
bila dibakar, maka habislah harta yang berupa kayu itu.
2). Harta istihlak huquqi ialah harta yang sudah habis nilainya bila telah
digunakan, tetapi zatnya masih tetap ada. Misanya uang yang digunakan
untuk membayar hutang, dipandang habis menurut hukum walaupun
uang tersebut masih utuh, tetapi hanya pindah kepemiliknya.
b. Harta istimal ialah sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan
materinya
tetap
terpelihara.
Harta
istimal
tidaklah
habis
sekali
a. Harta
manqul
ialah
segala
satu
tempat
harta
ke
yang
tempat
dapat
lain.
b. Harta mubah ialah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang,
seperti air pada mata air, binatang buruan darat, laut, pohon-pohon di
hutan dan buah-buahannya. Tiap-tiap manusia boleh memiliki harta
mubah sesuai dengan kesanggupannya, orang yang mengambilnya akan
menjadi pemiliknya sesuai dengan kaidah. Sesuai dengan sabda Nabi
SAW:Barang siapa yang menghidupkan tanah(gersang),hutan milik
seseorang, maka ia yang paling berhak memiliki
c. Harta mahjur ialah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan
memberikan kepada orang lain menurut syariat, adakalanya benda itu
benda wakaf ataupun benda yang dikhususkan untuk masyarakat
umum,seperti jalan raya, masjid-masjid, kuburan, dll.
6.
a. Harta yang dapat dibagi (mal qabil li al-qismah) ialah harta yang tidak
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi,
misalnya beras, tepung, dll.
b. Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabil li al-qismah) ialah harta
yang menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta tersebut
dibagi-bagi, misalnya gelas, kursi, meja, dll.
2.4.
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di
dunia ini, sehingga para ulama ushul fiqh memasukkan persoalan harta dalam salah satu adhdharuriyat al-khamsah (lima keperluan pokok). Yang terdiri atas agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta.
Dalam ayat-ayat al-Quran, harta memiliki kedudukan antara lain:
1. Harta sebagai amanah (titipan) dari allah SWT manusia hanyalah pemegang amanah untuk
mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya. Sedangkan pemilik harta
sebenarnya tetap pada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu
yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman
diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) hartanya mendapatkan pahala yang
besar. (QS. Al-Hadid : 7)
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia menikmatinya dengan baik
dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki,
menguasai dan menikmati. Firman Allah
artinya:Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,perak,kuda pilihan,
binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan di sisi Allahlah
tempat kembali yang baik. (QS. Ali Imron : 14)
3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan dan
memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran islam ataukah tidak: Allah berfirman
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa harta meliputi
segala sesuatu yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari (duniawi) seperti
uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan,
hasil perikan-lautan, dan pakaian. Islam sebagai agama yang benar dan sempurna
memandang harta tidak lebih dari sekedar anugerah Allah swt yang dititipkan kepada
manusia. Oleh karena itu, di dalam Islam terdapat etika di dalam memperoleh harta
dengan bekerja. Dalam artian, terdapat keseimbangan usaha manusia dalam mendapatkan
materi agar sesuai dengan harapan yang dicita-citakan sebagai khalifah di bumi.
Harta adalah sesuatu yang dibutuhkan dan di peroleh manusia,baik berupa benda yang
tampak seperti mas perak maupun yang tidak tampak yakni manfaat seperti
pakaian,tempat tinggal. Sehingga persoalan harta dimasukkan kedalam salah satu lima
keperluan pokok yang diatur oleh Al-Quran dan as-sunah. Adapun fungsi harta
diantaranya kesempurnaan ibadah mahdzah,memelihara dan meningkatkan keimanan dan
serta menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan pembagian harta di
bagi menjadi enam bagian.
3.2.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA