Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Urgensi Hadist Dalam Ajaran Islam/ Al-Qur’an ”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Studi Qur’an Hadits


Dosen Pengampu: Ahmad Marzuqi, S.Th.I. M.Pd.I.

Kelas 2B
Disusun Oleh Kelompok 6B, dengan Anggota:

1. Aqidatul Izzah (1860201222150)

2. Kholifatul Masfufah K.N (1860201222165)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

MEI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas


segala karunia-Nya sehingga makalah tentang “Urgensi Hadist Dalam Ajaran
Islam/ Al-Qur’an” sebagai salah satu tugas mata kuliah Studi Qur’an Hadist
dapat terselesaikan dengan baik. Sehubungan dengan selesainya makalah ini
maka penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri


Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan kesempatan
kepada kita untuk menimba ilmu di Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung,
2. Ibu Prof. Dr.Hj. Binti Ma’unah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Universitas Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada
mahasiswa,
3. Bapak Dr.Muhammad Zaini, M.A. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah yang
telah memberi motivasi kepada kami,
4. Ibu Indah Komsiyah, M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam yang
telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis,
5. Bapak Ahmad Marzuqi, S.Th.I. M.Pd.I. selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Studi Qur’an Hadits,
6. Dan semua anggota kelompok yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini terdapat
kekurangan karena keterbatasan kami sebagai manusia biasa, maka dari itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen terkait dan pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca-nya.

Tulungagung , 13 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Kedudukan Hadist Dalam Prospektif al- Qur’an ............................................ 3


B. Kehujahan Hadist Dalam Ajaran Islam .......................................................... 5
C. urgensi hubungan hadist dengan al-Qur’an .................................................... 9

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16

A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan Alquran.
Sebab, keduanya sama-sama sebagai sumber utama ajaran Islam. Selain sebagai
sumber ajaran Islam yang kedua, Hadis berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat
Alquran yang masih bersifat umum (mujmal). Tanpa Hadis, ayat-ayat Alquran
yang bersifat umum, akan sulit diimplementasikan dalam kehidupan manusia,
baik yang berkaitan dengan ibadah maupun muamalah. Oleh karena itu
keduanya tak terpisahkan dalam ajaran Islam. Dalam artikel ini, penulis
mengulas tentang urgensi kedudukan Hadis terhadap Alquran dan
kehujjahannya dalam ajaran Islam. Hadis memiliki hubungan yang sangat
signifikan dengan Alquran. Sebab, keduanya sama-sama sebagai sumber utama
ajaran Islam. Selain sebagai sumber ajaran Islam yang kedua, Hadis berfungsi
sebagai penjelas ayat-ayat Alquran yang masih bersifat umum (mujmal). Tanpa
Hadis, ayat-ayat Alquran yang bersifat umum, akan sulit diimplementasikan
dalam kehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan ibadah maupun
muamalah. Oleh karena itu keduanya tak terpisahkan dalam ajaran Islam.
Hadis menurut bahasa berarti (yang baru), merupakan lawan kata dari
kata (yang lama). (al-Khatib, 1989). Selain itu, hadis dapat diartikan sebagai
khabar (berita), dapat dilihat pada surat at-Tur ayat 34; surat al-Kahfi ayat 6 dan
ad-Duha ayat 11. Kemudian di dalam al-Qur'an kata hadis disebutkan sebanyak
28 kali, dengan rincian 23 kali dalam bentuk mufrad dan 5 kali dalam bentuk
jamak. (Al-Baqy, 1992)

Adapun pengertian hadis menurut istilah adalah sebagai berikut: a.


Ulama hadis pada umumnya mendefenisikan bahwa hadis adalah segala ucapan
Nabi saw. segala perbuatan Nabi saw. segala taqrir (pengakuan) dan keadaan

1
Nabi saw. yakni termasuk sejarah hidup Nabi saw, yang meliputi waktu
kalahiran, keadaan sebelum dan sesudah diutus sebagai Rasul. (Ismail, 1991)
Dilihat dari wujud ajaran Islam itu sendiri, Rasulullah saw. merupakan
contoh sentral yang sangat dibutuhkan. Beliau bukan hanya pembawa masalah
ilahiyah, akan tetapi lebih dari itu beliau sangat dibutuhkan di tengah-tengah
umat manusia sebagai tokoh yang dipercaya oleh Allah swt. untuk menjelaskan,
merinci, menetapkan dan memberi contoh dalam pelaksanaan ajaran tersebut.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Kedudukan Hadist Dalam Prospektif al- Qur’an ?
b. Apa saja kehujahan hadist dalam ajaran islam ?
c. Apa saja urgensi hubungan hadist dengan al-Qur’an ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Kedudukan Hadist Dalam Prospektif al- Qur’an
b. Untuk mengetahui kehujahan hadist dalam ajaran islam
c. Untuk mengetahui urgensi hubungan hadist dengan al-Qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kedudukan Hadis dalam Prospek al-Qur'an
Kedudukan dan fungsi hadis dalam prespektif wahyu, telah terungkap
dalam berbagai ayat di antaranya adalah pada surat Ali Imran ayat 179; an-
Nisa ayat 136; al-Ma'idah ayat 92; an-Nur ayat 54 dan an-Nahl ayat 44.
Dari beberapa ayat yang telah dikemukakan di atas, jelas bahwa otoritas
Nabi Muhammad saw. Sebagai penerima wahyu telah memiliki
kemampuan untuk menjelaskan makna-makna yang tekandung di dalam
al-Qur'an. Terbukti bahwa dalam al-Qur'an, setiap ayat yang turun
bertepatan dengan peristiwa yang dialami oleh Nabi saw. pada saat itu juga
lahir hadis Nabi Muhammad saw. dan itulah yang disebut asbabun nuzul.
Sejarah membuktikan bahwa Nabi saw. memiliki dua bentuk hadis, yaitu:
hadis qauliy, hadis fi’ly.
Dalam pandangan Muhaddisin yang lain, kedudukan dan fungsi hadis
tergambar dalam konsep ketaatan, bahwa ketaatan kepada Allah swt. sama
ketaatannya kepada Nabi saw. Konsep ketaatan yang dimaksud oleh
Muhaddisin, dapat ditemukan dalam al-Qur'an dua bentuk redaksi yang
berbeda, bentuk taatlah kepada yang pertama kepada Allah dan yang kedua
kepada Rasul-Nya). Makna yang terkandung dalam ungkapan di atas,
kewajiban taat kepada Allah swt. sama dengan kewajiban taat kepada
Rasul-Nya.
Dalam bentuk yang kedua, Allah swt berfirman dalam surah Ali Imran
ayat 141 sebagai berikut: ‫ اطيعوا هللا والرسول‬Maksud ayat tersebut adalah
kewajiban untuk taat kepada Rasul hanya kepada hal-hal yang tertentu
seperti mentaati sunnahnya. Dengan melihat beberapa penjelasan ayat-ayat
tersebut di atas. dapat dipahami bahwa fungsi hadis dalam menjelaskan
wahyu sangat dibutuhkan karena banyak ayat al-Qur'an yang sulit untuk

3
dimengerti maksud dan kandungannya tanpa penjelasan dari hadis. Oleh
karena itu, untuk mengungkap rahasia kandungan al-Qur’an, hadis sangat
dibutuhkan, baik pada masa kini maupun masa yang akan datang.
Sebagian ulama memberi istilah untuk Hadis Nabi saw dengan wahyu
al- gair al-matlu, sebagai imbangan terhadap istilah untuk Alquran yang
disebutnya dengan wahyu al-matlu. Pendapat itu memang mengundang
masalah, sebab dengan menyatakan bahwa seluruh Hadis Nabi sebagai
wahyu, maka berarti semua jenis Hadis atau apa saja yang disandarkan
kepada Nabi, sebagaimana pengertian sunnah menurut ulama Hadis,1
adalah wahyu. Jika demikian, apakah tertawa dan warna rambut Nabi
adalah wahyu juga? Dalam hubungan ini, perlu ditegaskan bahwa ulama
usul fiqh memberi batasan yang disebut sunnah Nabi adalah segala
pernyataan, perbuatan dan taqrir Nabi yang berkaitan dengan hokum
(syara').2 Apabila pengertian istilah tersebut dihadapkan dengan pernyataan
bahwa sunnah Nabi adalah wahyu gair al-matlu, maka apakah ijtihad Nabi
yang dikoreksi oleh Alquran termasuk juga wahyu?
Terlepas dari tepat atau tidak tepatnya pernyataan bahwa Sunnah Nabi
adalah wahyu gair al-matlu, maka yang pasti bahwa Allah swt telah
memberi kedudukan kepada Nabi Muhammad saw sebagai Rasulullah
yang berfungsi atau tugas antara lain untuk (1) menjelaskan Alquran, (2)
dipatuhi oleh orang-orang yang beriman; (3) menjadi uswah hasanah dan
rahmat bagi sekalian alam.7. Dalam pada itu, beliau adalah juga manusia
biasa," seorang suami, ayah, anggota keluarga, teman, pengajar, pendidik,

1
Lihat, misalnya; Ali bin Sultan al-Harawi al-Qari, Syarh Nukhbah al-Fikr, (Beirut : Dar
alKutub al-„Ilmiyah, 1978), h.16; Muhammad as-Sabbag, al-Hadis an-Nabawi, (T.tp : al-
Maktab alIslami, 1972), h.14, 16-17.
2
Ibid. juga lihat; Muhammad „Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis, Dar al-fikr, 1989, hlm. 18-19
dan 26-28. juga lihat; Abdul wahhab Khallaf, „Ilmu Usul al-Fiqh, Dar al-Qalam, al-
Kuwait,1978, hlm.36

4
mubalig, dan seorang kepala negara.3 Selain itu, ada pula hal-hal khusus
yang oleh Allah swt hanya diperuntukkan bagi Nabi sendiri dan tidak untuk
umatnya, misalnya berpoligami lebih dari empat orang istri. 4

B. Kehujjahan Hadis dalam Ajaran Islam


Hadis kedudukannya sebagai hujjah dalam ajaran Islam dapat
dikemukakan dalil-dalilnya sebagai berikut;
a. Dalil Alquran
Banyak ayat Alquran yang menjelaskan tentang kewajiban untuk tetap
teguh beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Iman kepada Rasul saw,
sebagai utusan Allah swt merupakan satu keharusan dan sekaligus
kebutuhan setiap individu. Dengan demikian Allah swt akan memperkokoh
dan memperbaiki keadaan mereka. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. surat Ali
Imran/3:17 dan an-Nisa'/4:136.
Selain itu, Allah swt memerintahkan umat Islam agar percaya kepada
Rasul saw. juga menyerukan agar mentaati segala bentuk peraturan-
undangan dan peraturan yang dibawanya, baik berupa perintah maupun
larangan. Tuntutan taat dan taat kepada Rasul saw. ini sama halnya tuntutan
taat taat kepada Allah swt. Banyak ayat Alquran yang berkaitan dengan
masalah ini, antara lain;
1. Firman Allah swt Q.S. Ali Imran/3: 32

‫ٱلرسُو َل ۖ فَإِن ت ََولَوا فَإِ َن ٱّللَ َ َل يُحِ ب ٱل َٰ َكف ِِري َن‬


َ ‫قُل أَطِيعُوا ٱّللَ َ َو‬
Katakanlah! Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu menginginkannya
maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.

3
Sa‟id Ramadan al-Buti, Fiqh as-Sirah, hlm. 18; Philip K. Hitti, History of the Arabs, The
Macmillan Press, London, 1974, hlm., 139
4
Irsyad al-Fuhul, Salim bin Sa‟ad Nabhan wa Akhuhu Ahmad, Surabaya,tt, hlm.31 dan al-
Amidi, al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, juz 1,Muhammad „Ali Sabih wa Auluduh, Mesir, 1968,
hlm. 130

5
Menurut penjelasan ulama, ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa
bentuk ketaatan kepada Allah adalah dengan mematuhi petunjuk Alquran,
sedang bentuk ketaatan kepada Rasul saw, adalah dengan mengikuti sunnah
beliau.5
2. Q.S. al-Hasyr/59:7;

‫سبِي ِل‬
َ ‫ِين َوٱب ِن ٱل‬
ِ ‫سك‬ َ َٰ ‫ِلرسُو ِل َو ِلذِى ٱلقُربَ َٰى َوٱليَ َٰتَ َم َٰى َوٱل َم‬
َ ‫ِلَف َول‬ ِ َ ِ َ ‫علَ َٰى َرسُو ِل ِهۦ مِن أَه ِل ٱلقُ َر َٰى‬
َ ُ َ‫َما أَفَا َء ٱّلل‬
‫عنهُ فَٱنتَ ُهوا َوٱتَ ُقوا‬ َ ‫ٱلرسُو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َه َٰىكُم‬ َ ‫كَى َل يَكُو َن دُو َلة بَي َن ٱْلَغنِيَا ِء مِنكُم َو َما َءاتَ َٰىكُ ُم‬
ِ ‫شدِيدُ ٱل ِعقَا‬
‫ب‬ َ َ َ‫ٱّللَ َ ۖ ِإ َن ٱّلل‬
Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di
antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarang bagimu maka
tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat
keras hukuman-Nya.
Ayat di atas dijelaskan oleh ulama bahwa ayat tersebut memberi
petunjuk secara umum, yakni bahwa semua perintah dan larangan berasal
dari Nabi saw 12 wajib dipatuhi oleh orang-orang yang beriman.6 Dengan
demikian, kewajiban patuh kepada Rasul saw. merupakan konsekuensi
logis dari keimanan seseorang.

5
Asy-Syaukani, Fath al-Qadir, Dar al-Fikr, 1973 , juz 1, hlm. 333; lihat juga; Muham mad
Rasyid Ridha., Tafsir al-Manar, juz III, Dar al-Ma‟arif, Beirut, 1973 , hlm.285
6
Qurtubi, al-Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an, Dar al-Kitab al-„Arabi, 1967, juz XVII, hlm, 17; az-
Zamakhsyari, al-Kasysyaf „an Haqa‟iq at-Tanzil wa „Uyun al-Aqawil, Mustafa al-Babi
alHalabi wa Auluduhu, Mesir, tt, juz IV, hlm. 82; al-Alusi, Ruh al-Ma‟ani fi Tafsir al-
Qur‟an al- „Azim as-Sab‟ al-Masani, Dar Ihya‟ at-Turas al-„Arabi, Beirut, tt., juz XXVII,
hlm. 50; Abu al- Fida‟ „Ismail Ibn Kasir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azim, Sulaiman Mar‟iy,
Singapura, t.t., juz IV, hlm. 336

6
b. Dalil Hadis Nabi Saw
Selain berdasarkan ayat-ayat Alquran di atas, kedudukan Sunnah ini
juga dapat dilihat melalui sunnah-sunnah Rasul saw. itu sendiri. Banyak
Sunnah yang menggambarkan hal ini dan menunjukkan perlunya ketaatan
kepada perintahnya. Dalam salah satu pesannya, bekenaan dengan
keharusan menjadikan Sunnah sebagai pedoman hidup selain Alquran,
Rasul saw. Bersabda sebagai berikut;

‫سلَ َم قَا َل ت ََركتُ فِيكُم أَم َري ِن‬ َ ُ‫صلَى ال َل ه‬


َ ‫علَي ِه َو‬ ِ َ ‫عن َمالِك أَنَهُ بَلَغَهُ أَ َن َرسُو َل‬
َ ‫َللا‬ َ ‫ و َحدَثَنِي‬- 333
‫َاب َللاَ ِ َوسُنَ َة نَ ِب ِِّي ِه‬ ِ ‫َلن ت‬
َ ‫َضلوا َما تَ َمسَكتُم ب ِ ِه َما ِكت‬

Telah menceritakan kepadaku dari Malik bahwasannya dia menyampaikan


bahwa Rasulullah saw bersabda: "Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian.
Jika kalian berpegang kepada keduanya, nisacaya tidak akan tersesat, yaitu
kitab Allah (Alquran) dan Sunnah Rasul-Nya." (H. R. Malik).

c. Dalil ijma' Sahabat


Pada masa Nabi saw masih hidup para sahabat melaksanakan hukum-
hukumnya dan menjalankan segala perintah serta larangannya. Di antara
para sahabat misalnya, banyaka peristiwa yang menunjukkan adanya
kesepakatan menggunakan Sunnah sebagai sumber hukum Islam, antara
lain dapat diperhatikan peristiwa di bawah ini;
1. Ketika Abu Bakar di bai'at menjadi khalifah, ia pernah berkata, "Saya
tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan/dilaksanakan oleh
Rasul sesungguhnya saya takut kehilangan bila meninggalkan perintahnya.7
2. Pada saat Umar berada di depan Hajar Aswad ia berkata; "Saya tahu

7
Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 1, al-Maktabah alIslami,
Beirut, t.t., hlm. 164.

7
bahwa Anda adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasul melihat,
menciummu, saya tidak akan menciumnya".8
3. Pernah ditanya kepada Abdullah bin Umar tentang ketentuan salat safar
dalam Alquran. Ibnu Umar menjawab: “Allah swt telah mengutus Nabi
Muhammad saw kepada kita dan kita tidak mengetahui sesuatu. Maka
sesungguhnya kami melakukan sebagaimana Rasul SAW berbuat.9
4. Diceritakan dari Sa'id bin al-Musayyab bahwa Usman bin Affan berkata;
"Saya duduk sebagai mana duduknya Rasul saw., saya makan sebagai mana
makannya Rasul saw., dan saya salat sebagai mana salatnya Rasul saw. 10
Apa yang dikemukakan di atas tentu hanya contoh sebagian kecil saja
dari sikap dan pandangan para ulama tentang Sunnah, yang
menggambarkan betapa perhatian dan pandangan mereka yang sangat
tinggi terhadap Sunnah Nabi saw sebagai sumber ajaran Islam. Dalam
sejarah dan bahkan hingga saat ini, ada memang sekelompok kecil orang-
orang yang mengaku diri mereka sebagai orang Islam, tetapi mereka
menolak sunnah Rasul saw. sebagai hujjah hukum Islam. Mereka dikenal
sebagai orang-orang yang berpaham inkarus-sunnah.
Cukup banyak alasan yang mereka ajukan untuk menolak sunnah Nabi
saw sebagai hujjah hukum Islam. Alasan- alasan yang mereka ajukan itu
ada yang berupa dalil-dalil naqli, dalil-dalil ‘aqli, argumen-argumen sejarah
dan lain-lain. Semua alasan yang mereka ajukan itu ternyata sangat lemah.
Orang yang berpaham inkarus-sunnah itu pada umumnya orang-orang yang
tidak memiliki pengetahuan yang kuat tentang bahasa Arab, 'Ulum at-
Tafsir, 'Ulum ah-Hadis, khususnya berkenaan dengan sejarah

8
Ibid., hlm. 194 dan 213.
9
Ibid., juz VIII, hlm. 67.
10
Ibid., juz 1, hlm.378.

8
penghimpunan Sunnah dan metodologi penelitian Sunnah, pengetahuan
sejarah Islam, dan bahkan dasar-dasar pokok dari pengetahuan Islam.11
C. Urgensi Hubungan Hadist dengan Al-Qur’an
Dasar kedudukannya Alquran dan Sunnah/Hadis sebagai pedoman
hidup dan sumber ajaran Islam, antara satu dengan yang lainnya jelas tidak
dapat dipisahkan. Alquran sebagai sumber pertama memuat ajaran-ajaran
yang bersifat umum, yang perlu dijelaskan lebih lanjut adan terperinci. Di
sinilah Sunnah menduduki dan menempati fungsinya sebagai ajaran kedua.
Sunnah Nabi saw menjadi penjelas bagi Alquran. Berikut ini, dikemukakan
setidaknya ada empat hal fungsi sunnah terhadap Alquran.
1. Bayan at-Taqrir/at-Ta'kid/al-Isbat
Bayan at-taqrir disebut juga dengan bayan at-ta'kid dan bayan al-isbat.
Maksud dari bayan at-taqrir ini adalah mematikan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan dalam Alquran. Fungsi Sunnah dalam hal ini hanya
memperkokoh isi kandungan Alquran. Sebagai contoh Q.S. al-Maidah/5;6
tentang urusan wudu' sebelum salat, yang bunyinya:

‫س ُحوا‬ ِ ِ‫صالةِ فَاغ ِسلُوا ُو ُجوهَكُم َوأَيدِي كُم إِلَى ال َم َراف‬


َ ‫ق َوام‬ َ ‫يَأَي َها الَذِين فاضلوا إِذا قُمتُم إلى ال‬

...‫بر ُءو ِسكُم َوأَر ُجلَكُم إِلَى الكَعتَن‬


ُ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,


maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.
Ayat di atas di-taqrir oleh Sunnah riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah
yang berbunyi:

11
M. Syuhudi Ismail,.Hadits Nabi Menurut Pembela Pengingkar dan Pemalsunya, Penerbit
Gema Insani Press, Jakarta, 1995,

9
َ ‫حدثنا إسحاق بن إب َراهِي َم الخلفي قال أخبرنا عبد الرزاق قَا َل أَخبَ َرنَا َمع َمر‬
‫عن هَ َم ام بن منبه أنه‬
‫َحتَى يَت ََوضا سمع أبا هريرة يقول قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ل تقبل صالة من أحدث‬
َ ‫ساء أَو‬
-‫رواه البخاري‬- ‫ض َراط‬ َ َ‫ضر َموتَ َما ال َحدَث يَا أبَا ه َُري َرةَ قَا َل ف‬
َ ‫قَا َل َر ُجل مِن َح‬

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim al-hanzaliy berkata


dia telah mengkhabarkan kepada kami Abdurrazaq berkata dia telah
mengkhabarkan kepada kami Ma'mar dari Hammam bin Munabbih
bahwasannya dia telah mendengar Abu Hurairah berkata: celaka Rasul
saw.: Tidak diterima salat seseorang yang berhadas sebelumnya dia
berwudu, seseorang berkata dari Hadramaut, apa itu hadas? Ya Abu
Hurairah, lalu beliau menjawab: buang angin (baik yang berbunyi atau
tidak). (H.R.al-Bukhari).

Menurut sebagian ulama, bahwa bayan at-taqrir atau bayan at-ta'kid ini
disebut juga dengan bayan al-muwafiq li nas al-Kitab al-Karim. Hal ini
karena, munculnya sunnah-sunnah itu sesuai dan untuk memperkokoh nas
Alquran.12

2. Bayan at-Tafsir
Bayan at-tafsir adalah penjelasan sunnah Nabi saw terhadap ayat-ayat
yang memerlukan perincian atau penjelasan lebih lanjut, seperti pada ayat-
ayat yang mujmal, mutlaq, dan 'am. Maka fungsi Sunnah dalam hal ini,
memberikan perincian (tafsil) dan mengamankan terhadap ayat-ayat
Alquran yang masih mujmal, memberikan taqyid ayat-ayat yang masih
mutlaq, dan memberikan takhsis ayat-ayat yang masih umum.
a. Memerinci ayat-ayat yang mujmal
Mujmal, artinya yang ringkas atau singkat. Dari ungkapan yang
sinagkat ini terkandung banyak makna yang perlu dijelaskan. Hal ini
karena, belum jelas makna mana yang dimaksudkannya, kecuali setelah

12
Abbas Mutawalli Hamadah, As-Sunnah an-Nabawiyah wa Makanatuha fi Tasyri‟. h.143

10
adanya penjelasan atau perincian. Dengan kata lain, ungkapannya masih
bersifat umum yang memerlukan nubayyin.
Dalam Alquran banyak sekali ayat-ayat yang mujmal, yang
memerlukan perincian. Misalnya, ayat-ayat tentang perintah Allah swt
untuk mengerjakan shalat, puasa, zakat, jual beli, nikah, qisas dan hudud.
Ayat-ayat tentang hal itu masih bersifat umum, meskipun di antaranya ada
beberapa perincian, tetapi masih memerlukan uraian lebih lanjut secara
pasti. Hal ini karena ayat-ayat tersebut tidak dijelaskan misalnya,
bagaimana mengerjakannya, apa alasannya, apa syarat-syaratnya, atau apa
halangan-halangannya. Maka Rasul saw. di sini kabut secara rinci. Di antara
contoh perincian itu ada yang bisa dilihat pada Sunnah di bawah ini yang
berbunyi:
345/ 2 - ‫السنن الكبرى للبيهقي وفي ذيله الجوهر النقي‬
‫وب أَخبَ َرنَا‬
َ ُ‫ َم َح َمدُ ب ُن يَعق‬: ‫ أخبرنا أبو زكريا بن أبي إسحاق ال ُمز َكى خلتنا أب و العباس‬-4022
‫عن أَ ِبي‬
َ ‫وب‬ َ ‫عن أَي‬
َ ‫عبد الوهاب التَقِي‬ َ ‫شافِعِي أَ خبَ َرنَا‬
َ ‫ق َِالبَة الربيع من سُلَي َما ُن المرادي الخنزنَا ال‬
‫صلى هللا‬- ‫َللا‬ِ َ ‫عنهُ قَا َل قَا َل َلنَا َرسُو ُل‬
َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬ ِ ‫م َا ِلكُ ب ُن ال ُح َوي ِر‬: ‫عليه وسلم َحدَثَنَا أَبُو سُ َلي َما َن‬
ِ ‫ث َر‬
22 ‫ب‬
ِ ‫عب ِد ال َوهَا‬ َ ‫عن ُم َح َم ِد ب ِن ال ُمثَنَى‬
َ ‫عن‬ َ ‫يح‬ ِ ‫صلَى َر َوا ُه ال ُب خ‬
ِ ِ‫َاري فِي الصَح‬ َ َ‫صلوا كما رأيت ُ ُمونِي أ‬:

Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Zakariya bin Abi Ishaq al-
Muzakkkiy telah menceritakan kepada kami Abu al-'Abbas: Muhammad
bin Ya'kub, telah mengkhabarkan kepada kami ar-Rabi bin Sulaiman al-
Maradiy, telah mengkhabarkan kepada kami asy-Syafi'iy , telah
mengkhabarkan kepada kami Abdul Wahhab as-Saqafiy dari Ayyub dari
Abi Qilabah, telah menceritakan kepada kami Abu Sulaiman: Malik bin al-
Huwairis r.a. berkata dia: merindukan Rasulullah kepada kami: "Salatlah
sebagaimana kalian melihat aku salat". (H.R.al-Baihaqiy dan juga al-
Bukhariy).Dari perintah mengikuti salatnya, sebagaimana dalam sunnah
tersebut Rasul saw, kemudian memberinya contoh salat dimaksud secara
sempurna.

11
b. Mentaqyid ayat-ayat yang mutlaq
Mutlaq artinya kata yang menunjukkan pada hakikat kata itu sendiri ada
adanya, dengan tanpa melihat kepada jumlah maupun sifatnya. Mentaqyid
yang mutlaq artinya membatasi ayat-ayat yang mutlaq dengan sifat,
keadaan atau syarat-syarat tertentu. Contohnya, Sabda Rasul saw;

ُ‫ش َجاع َوال َل فظُ لِل َولِي ِد َو َح ُر َملَه‬ َ ‫ وحدثني أبو ال‬- 3190
َ ‫طاه ِِر َو َحر َملَةُ ب ُن يَحيَى َو َحدَثَنَا ال َولِيدُ ب ُن‬
‫عن َرسُول‬
َ ُ‫شه‬
َ ِ‫عائ‬
َ ‫عن‬
َ َ‫عم َرة‬
َ ‫عن عُر َوة َو‬
َ ‫عن ابن ِ ِش َهاب‬ ُ ‫َللاَ ِ قالُوا َحدَثَنَا اب ُن َوهب أخبَ َرنِي يُون‬
َ ‫ُس‬
‫رواه مسلم‬. ‫ط ُع يد السارق إل في ربع دينار فضاعِدا‬ َ ‫سلَ َم قَا َل ل تَق‬ َ ُ َ‫صلَى َللا‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َ

Telah menceritakan kepribadian Abu at-Tahir dan Harmalah bin Yahya dan
telah menceritakan kepada kami al-Walid bin Syuja dan lafalnya berasal
dari al- Walid dan harmalah berkata mereka, telah menceritakan kepada
kami Ihn Wahab, telah mengkahabarkan kisah Yunus dari Ibn Syihab dari
Urwah dan Amrah dari 'Aisyah dari Rasulullah melihat kekasihnya: Pencuri
tangan tidak boleh dipotong melainkan pada (pencurian nilai) seperempat
dinar atau lebih. (H.R.Mutafaq 'alaih, menurut lafal Muslim).Sunnah di atas
men-taqvid ayat Alquran surat al-Maidah/5:38, yang berbunyi:
َ ُ َ‫َللا َوَللا‬
‫ع ِزيز َحكِيم‬ َ ‫طعُوا أَي ِديَ ُه َما َجزَ اء بِ َما َك‬
ِ َ َ ‫سبَا نكَال مِن‬ َ ‫َارقَةُ فَ اق‬
ِ ‫َار ُق َوالس‬
ِ ‫َوالس‬

Artinya: laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah


tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
c. Menta-zakhsis ayat yang 'Am
Ami, adalah kata yang menunjukkan atau memiliki makna dalam
jumlah yang banyak. Sedang kata takhsis atau khas, adalah kata yang
menujuk arti khusus, tertentu, atau tunggal. Yang dimaksud dengan men-
takhsis yang 'am di sini adalah membatasi keumuman ayat Alquran,
sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu. Mengingat fungsinya

12
ini, maka ulama berbeda pendapat apabila mukhasis-nya dengan hadis
Ahad. Menurut asy-Syafi'i dan Ahmad bin Hunbal, keumuman ayat bisa di-
takhsis oleh Sunnah yang Ahad yang menunjuk pada sesuatu yang khas,
sedang menurut ulama Hanafiah sebaliknya.13 Contoh Sunnah yang
berfungsi untuk men-takhsis keumuman ayat-ayat Alquran, adalah sabda
Rasul saw, yang berbunyi:

َ ‫عن أَبِي ِه‬


‫عن‬ َ ‫شعَيب‬
َ ‫عمر ِو ب ِن‬
َ ‫عن‬
َ ‫جاج‬ َ ُ‫ َحدَثَنَا أَبُو ال ُمنذ ِِر إِس َماعِي ُل ب ُن عُ َم َر أَ َراه‬- 328
ِ ‫ع ِن َح‬
‫علَي ِه ِمائَة مِن‬
َ ‫عنهُ فَ َجعَ َل‬
َ ُ َ‫ي َللا‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ب َر‬ َ ‫فرفِ َع ِإ لَى عُ َم َر ب ِن ال َخ‬
ِ ‫طا‬ َ ُ‫َجد ِه قَا َل قَتَ َل َر ُجل ابنَه‬
ُ ‫عمدا‬
َ ‫رث القَاتِ ُل َولَو َل أَ ِّن ِي‬
‫سمِ عتُ َرسُو َل‬ ُ ‫عة َوأَر َبعِي َن ثَنِيَة َوقَا َل ل َي‬
َ ‫اْلبل ثَالث ِي َن َجنَةَ َوثَالثِي َن َجد‬ ِ
. ‫س َل َم َيقُو ُل ل يُقتل والد بولده لقتلتك‬ َ ُ َ‫ص َلى َللا‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َ ِ َ‫َللا‬

Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Nu'aim, telah menceritakan


kepada kami Sufyan dari Lais dari Mujahid dari Ibn Abbas berkata dia:
"Pembunuh tidak berhak menerima harta warisan" (HR.ad-Darimiy)
Sunnah di atas men-taksis keumuman firman Allah swt pada surat an-
Nisa /4:11, yang berbunyi:
..‫ُوصيكُ ُم َللاَ ُ فِي أَو َل ِدكُم للذكر مثل حظ اْلنثيين‬
ِ ‫ي‬
Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu bahagian anak laki-laki sama dengan bahagian dua
orang anak perempuan.
3. Bayan at-Tasyri
Al-Tasyri, artinya pembuatan, mewujudkan, atau menetapkan aturan
atau hukum. Maka yang dimaksud dengan bayan at-tasyri adalah penjelasan
sunnah yang berupa mewujudkan, mengadakan, atau menetapkan suatu
hukum atau aturan-aturan syara' yang tidak didapati nas-nya dalam
Alquran. Rasul saw. dalam hal ini, berusaha menunjukkan suatu kepastian

13
Muham mad Abu Zahra, usul al-Fiqh, Dar al-Fikr al-„Arabi, Beirut,t.t.,hlm.159

13
hukum terhadap beberapa persoalan yang muncul pada saat itu, dengan
sabdanya sendiri.Contoh hadis Nabi berkenaan dengan penetapan hukum
poligami yang terlarang.
4. Bayan an-Nasakh
Di antara ulama, baik mutaakhirin maupun mutagad dimin terdapat
perbedaan pendapat dalam mendefenisikan bayan an-nasakh ini. Perbedaan
pendapat ini terjadi karena perbedaan mereka dalam memahami arti nasakh
dari sudut kebahasaan. Menurut ulama mutaqaddimin, bahwa yang disebut
bayan an-nasakh, adalah adanya dalil syara' yang datang kemudian.14
Dari pengertian di atas, bahwa ketentuan yang datang kemudian dapat
menghapus ketentuan yang datang terdahulu. Sunnah sebagai ketentuan
yang datang kemudian dari Alquran dalam hal ini dapat menghapus
ketentuan atau isi kandungan Alquran. Demikian menurut pendapat ulama
yang menganggap adanya fungsi bayan an-nasakh.15
Salah satu contoh yang bisa diajukan oleh ulama adalah sabda Rasul
saw. dari Abu Umamah al-Bahili, yang berbunyi:
‫عيَاش َحدَثَنَا ش َُر َح ِبي ُل ب ُن ُمسلِح الخَو َلنِي قَا َل‬ َ ‫ َحدَثَنَا أَبُو ال ُمغ‬21263 -
َ ‫ِير ِة َحدَثَنَا ِإس َماعِي ُل ب ُن‬
َ ‫سلَ َم فِي ُخطبَتِ ِه‬
‫عام َحجَ ِة‬ َ ُ‫صلَى هللا‬
َ ‫علَي ِه َو‬ َ ِ‫س ِم عتُ َرسُو َل هللا‬ َ ‫س ِمعتُ أَبَا أَ َما َمة ال َجا ِهلِي يَقُو ُل‬َ
- ‫رواه أحمد واْلربعة إل انسان‬- ‫صيَة ل َِو ِارت‬ ِ ‫طى كُ َل ذِي َحق َحقَهُ فَال َو‬ َ ‫َاع إِ َن َللاَ َ قَد أَع‬
ِ ‫ال َود‬

Telah menceritakan kepada kami. Abu al-Mugirah, telah menceritakan


kepada kami Ismail bin Abbas, telah menceritakan kepada kami Syurahhil
hin Muslim al-Khaulaniy berkata dia aku telah mendengar Aba Amamah
al-Bahiliy berkata aku telah mendengar Rasulullah saw dalam khutbahnya
pada Haji Wada: Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada tiap-tiap
orang haknya (masing-masing). Maka, tidak ada wasiat bagi ahli waris.

14
Abbas Mutawalli Hamadah, op.cit. hlm.169
15
Mustafa as-Siba‟i, op.cit. hlm. 360

14
(HR. Ahmad dan juga al-Arba'ah, kecuali an-Nasa'i) Sunnah di atas
menurut ulama men-nasakh isi Alquran surat al-Baqarah/2:180, yang
berbunyi:
‫للوا ِلدَي ِن َواْلَق َر ِبي َن ِبال َمع ُروفِ َحقًّا‬
َ ُ ‫صيَة‬ َ ‫ض َر أَ َحدَكُ ُم ال َموتُ ِإن ت ََركَ خَيرا‬
ِ ‫الو‬ َ ‫علَيكُم ِإذَا َح‬ َ ‫كُت‬
َ ‫ِب‬
‫على التلفين‬
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-
bapa dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-
orang yang bertakwa.
Kewajiban melakukan wasiat kepada kaum kerabat terdekat
berdasarkan surat al-Baqarah ayat 180 di atas, di-nasakh hukumnya oleh
Sunnah yang menjelaskan, bahwa kepada ahli waris tidak boleh melakukan
wasiat.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedudukan dan fungsi hadis dalam prespektif wahyu, telah
terungkap dalam berbagai ayat di antaranya adalah pada surat Ali Imran
ayat 179; an-Nisa ayat 136; al-Ma'idah ayat 92; an-Nur ayat 54 dan an-
Nahl ayat 44.Dari beberapa ayat yang telah dikemukakan tersebut, jelas
bahwa otoritas Nabi Muhammad saw. sebagai penerima wahyu telah
memiliki kemampuan untuk menjelaskan makna-makna yang
tekandung di dalam al-Qur'an. Terbukti bahwa dalam al-Qur'an, setiap
ayat yang turun bertepatan dengan peristiwa yang dialami oleh Nabi
saw. pada saat itu juga lahir hadis Nabi Muhammad saw. dan itulah
yang disebut asbabun nuzul.
Hadis kedudukannya sebagai hujjah dalam ajaran Islam dapat
dikemukakan dalil-dalilnya yaitu : dalil Al-Qur'an, dalil hadist nabi
Muhammad Saw, dalil ijma' sahabat. Banyak ayat Alquran yang
menjelaskan tentang kewajiban untuk tetap teguh beriman kepada
Allah swt dan Rasul-Nya. Iman kepada Rasul saw, sebagai utusan
Allah swt merupakan satu keharusan dan sekaligus kebutuhan setiap
individu.Selain berdasarkan ayat-ayat Alquran di atas, kedudukan
Sunnah ini juga dapat dilihat melalui sunnah-sunnah Rasul saw. itu
sendiri. Banyak Sunnah yang menggambarkan hal ini dan
menunjukkan perlunya ketaatan kepada perintahnya. Para sahabat juga
banyak yang menggunakan sunnah sebagai sumber hukum Islam.
Alquran dan Sunnah/Hadis sebagai pedoman hidup dan sumber
ajaran Islam, antara satu dengan yang lainnya jelas tidak dapat
dipisahkan. Alquran sebagai sumber pertama memuat ajaran-ajaran
yang bersifat umum, yang perlu dijelaskan lebih lanjut adan terperinci.
Di sinilah Sunnah menduduki dan menempati fungsinya sebagai ajaran

16
kedua. Sunnah Nabi saw menjadi penjelas bagi Alquran. Adapun
fungsi Sunnah terhadap Al-Qur'an yaitu: Bayan at-Taqrir/at-Ta'kid/al-
Isbat, Bayan at-Tafsir, Bayan at-Tasyri, Bayan an-Nasakh.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sadar bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna masih banyak kekurangan yang
ada dalam makalah yang kami buat. Oleh karena itu kritik dan saran
sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah kami. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bermanfaat bagi kami.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ali bin Sultan al-Harawi al-Qari, Syarh Nukhbah al-Fikr, Beirut : Dar
al-Kutub al-„Ilmiyah, 1978.
Muhammad „Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis, Dar al-fikr, 1989.
Muhammad as-Sabbag, al-Hadis an-Nabawi, T.tp : al-Maktab al-
Islami, 1972.
Abdul Wahhab Khallaf, „Ilmu Usul al-Fiqh, Dar al-Qalam, al-
Kuwait,1978.
Sa‟id Ramadan al-Buti, Fiqh as-Sirah,.
Philip K. Hitti, History of the Arabs, The Macmillan Press, London,
1974.
Irsyad al-Fuhul, Salim bin Sa‟ad Nabhan wa Akhuhu Ahmad,
Surabaya,tt.
Al-Amidi, al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, juz 1,Muhammad „Ali Sabih
wa Auluduh, Mesir, 1968.
Asy-Syaukani, Fath al-Qadir, Dar al-Fikr, 1973 , juz 1.
Muham mad Rasyid Ridha., Tafsir al-Manar, juz III, Dar al-Ma‟arif,
Beirut, 1973.
Qurtubi, al-Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an, Dar al-Kitab al-„Arabi, 1967,
juz XVII.
Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 1,
alMaktabah al-Islami, Beirut, t.t.
M. Syuhudi Ismail, Hadits Nabi Menurut Pembela Pengingkar dan
Pemalsunya, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 1995.
Abbas Mutawalli Hamadah, As-Sunnah an-Nabawiyah wa
Makanatuha fi Tasyri‟, ad-Dar al-Qaumiyyah, Kairo, t.t.
Muhammad Abu Zahra, usul al-Fiqh, Dar al-Fikr al-„Arabi, Beirut,t.t.

18

Anda mungkin juga menyukai