Oleh:
2021/ 2022
i
KATA PENGANTAR
Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah mata kuliah Studi Hadits tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
Penulisan makalah berjudul “Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an” dapat diselesaikan dari
hasil kerjasama kami. Kami berharap makalah Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an ini dapat
menjadi referensi dan pembelajaran bagi teman-teman semua. Selain itu, kami juga berharap
agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
Kedudukan Hadits Sebagai Bayan Terhadap Al-Qur`an........................................................3
2.1 Bayan Taqrir................................................................................................................4
2.2 Bayan Tafshil...............................................................................................................6
2.3 Bayan Taqyid...............................................................................................................8
2.4 Bayan Takhsis...........................................................................................................10
2.5 Bayan Tasyri..............................................................................................................12
2.6 Bayan Nasakh............................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................18
3.2 Saran..........................................................................................................................18
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Islam sebagai agama yang sempurna ajarannya diperuntukan bagi seluruh manusia di
muka bumi. Sebagai agama, Islam mempunyai sumber ajaran. Sumber ajaran Islam adalah
asal atau tempat ajaran Islam itu diambil sebagai sumber mengindikasikan makna bahwa
ajaran Islam berasal dari suatu yang dapat digali dan dipergunakan untuk kepentingan
operasionalisasi ajaran Islam dan pengembangannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan
yang dihadapi oleh umat Islam. Setiap perilaku dan tindakan umat Islam baik secara individu
maupun kelompok harus dilakukan berdasarkan sumber tersebut. Oleh karena itu, sumber
ajaran Islam berfungsi pula sebagai dasar pokok ajaran Islam. Sebagai dasar, maka sumber
itu menjadi landasan semua prilaku dan tindakan umat Islam sekaligus sebagai referensi
Sebagaimana yang disepakati oleh pakar-pakar hukum Islam bahwa sumber pertama
dalam Islam adalah Al-Qur`an dan kemudian hadits Nabi. Penetapan hadits Nabi sebagai
sumber hukum kedua dalam Islam ini ditetapkan berdasarkan Al-Qur`an, Sunnah, Ijma`
Sebagaimana yang diketahui pada masa Nabi, bahwa Al-Qur`an merupakan sumber yang
dipegang oleh para sahabat dan Nabi sebagai penjelas Al-Qur`an melalui sabda-sabdanya.
Dengan demikian hadits Nabi memiliki fungsi guna untuk memberikan pemahaman terhadap
1
Al-Qur`an. Namun, dalam perkembangannya para ulama mencoba merumuskan fungsi hadits
dalam ajaran Islam ini dengan membagi fungsi hadits tersebut ke dalam beberapa bentuk.
Dengan demikian melalui tulisan ini penulis akan mencoba untuk menjelaskan
mengenai fungsi hadits dalam ajaran Islam. yang akan penulis paparkan pada bab
selanjutnya.
1) Bayan Taqrir
2) Bayan Tafshil
3) Bayan Taqyid
4) Bayan Takhsish
5) Bayan Tasyri
6) Bayan Nasakh
1) Bayan Taqrir
2) Bayan Tafshil
3) Bayan Taqyid
4) Bayan Takhsish
5) Bayan Tasyri
6) Bayan Nasakh
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagian besar umat Islam sepakat menetapkan sumber ajaran Islam itu adalah Al-
Qur`an, sunnah (hadits) dan ijtihad. Sunnah (hadits) yang mempunyai pengertian menurut
ulama hadits sebagai segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad saw, baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, budi pekerti, perjalanan hidup, baik sebelum menjadi rasul
maupun sesudah menjadi rasul,1 inilah yang menjadikan kedudukan sunnah (hadits) menjadi
Rasulullah SAW, tidak ada sumber hukum selain Al-Qur`an dan Sunnah. Di dalam
Kitabullah terdapat pokok-pokok yang umum bagi hukum-hukum syari`at, tanpa pemaparan
(hadis) sebagai penjabar (bayan) dari ayat-ayat Al-Qur`an.3
Menurut Muhammad `Ajaj Al-Khatib bahwa secara global, sunnah sejalan dengan Al-
Dengan demikian fungsi sunnah sangat kuat dalam hal sebagai bayan terhadap Al-
Qur`an. Sehingga sunnah menempati posisi sebagai sumber ajaran dalam Islam yang kedua
setelah Al-Qur`an.
1
Mudatsir, Ilmu Hadits, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), hal. 23
2
Muhammad `Ajaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits,..., hal. 31
3
Shuhudi Ismail, Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya (Jakarta : Gema Insani Press,
1995), hal. 1
4
Muhammad `Ajaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits,..., hal. 31
3
Menurut A. Rahman Ritonga dalam bukunya Studi Ilmu-Ilmu Hadits, bahwa ada lima
mengokohkan apa yang telah ditetapkan al-Qur`ân, sehingga maknanya tidak perlu
dipertanyakan lagi. Ayat yang ditaqrir oleh al-Hadits tentu saja yang sudah jelas maknanya
hanya memerlukan penegasan supaya jangan sampai kaum muslimin salah menyimpulkan.
Bayan taqrir bukan kapasitasnya untuk menguatkan ayat Al-Qur`an, karena Al-Qur`an
memiliki kebenaran yang cukup kuat. Hadits hanya bersifat konfrmatif terhadap makna ayat
atau memberitahukan mengenai hukum yang sudah ada di dalam ayat Al-Qur`an.6 Contoh
bahwa hadits berfungsi sebagai bayan taqrir terhadap Al-Qur`an adalah sebagai berikut :
َأ ْخبَ َرنِي:ال
َ َ ق،ب ُ َح َّدثَنِي اللَّي:ال
ٍ َع ِن ا ْب ِن ِشهَا،^ َع ْن ُعقَي ٍْل،ْث َ َ ق،َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن بُ َكي ٍْر
ِ ْت َرسُو َل هَّللا ِ َأ َّن اب َْن ُع َم َر َر،َسالِ ُم ب ُْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ُع َم َر
َ َ ق،ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما
ُ َس ِمع:ال
فَِإ ْن ُغ َّم، َوِإ َذا َرَأ ْيتُ ُموهُ فََأ ْف ِطرُوا، «ِإ َذا َرَأ ْيتُ ُموهُ فَصُو ُموا:ُصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُول
َ
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukairin, dia berkata : telah
menveritakan kepadaku Al-Laits, dari `Uqail, dari Ibn Syihab, dia berkata : Salim bin Abdull
bin Umar memberi kabar kepada bahwa Ibnu Umar semoga Allah meridhoi keduanya, dia
5
Rahman Ritonga, Studi Ilmu-ilmu Hadits,..., hal. 214
6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta : Hamzah, 2012), Edisi Kedua, hal. 18-19
7
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ja`fi, Shahih Bukhari Juz III¸ Muhaqqiq : Muhammad bin
Nasir An-Nasir, (Dar Thuq An-Najah, 1422 H), hal. 25. Lihat Juga Muslim, Shahih Muslim Juz II, Muhaqqiq :
Muhammad Fuadi Abdul Al-Baqi, (Beirut : Dar Ihya` At-Tirats Al-Arabi), hal. 759
4
berkata : aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Apabila Kamu melihat anak
bulan (awal Ramadhan) berpuasalah dan apabila kamu melihat anak bulan (awal Syawal)
Dalam hal ini hadits di atas berfungsi sebagai bayan taqrir terhadap ayat Al-Qur`an
yang berbicara mengenai perintah puasa di bulan Ramadhan dalam surat Al-Baqarah 185 :
ُ ان َم ِريضًا َأ ْو َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن َأي ٍَّام ُأ َخ َر ي ُِري ُد هَّللا ُ ََش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّشه َْر فَ ْلي
َ ص ْمهُ َو َم ْن َك
بِ ُك ُم ْاليُس َْر َواَل ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هَّللا َ َعلَى َما هَ َدا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم
َ تَ ْش ُكر
)185( ُون
Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulanyang di
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-
hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa hadits mempunyai fungsi sebagai bayan
memperkuat ayat Al-Qur`an mengenai kewajiban puasa, yang mana kewajiban puasa tersebut
8
Al-Qur`an Karim
5
ditandai dengan sudah terlihatnya hilal awal Ramadhan. Dengan demikian kewajiban puasa
tersebut jelas baik dari segi awal pelaksanaannya dan berkahirnya kewajiban puasa tersebut.
hakekat dari bayan tafsir itu ialah suatu penjelasan terhadap nash yang lazim disebut dengan
Dengan demikian Bayân tafsir berarti menjelaskan yang maknanya samar, merinci
ayat yang maknanya global atau mengkhususkan ayat yang maknanya umum agar dapat
Penafsiran atau perincian yang didatangkan oleh hadis merupakan penjelasan maksud
terhadap sesuatu yang datang dalam Al-Qur`an. Karena sebenarnya Allah SWT telah
9
Lowes Ma’luf, al-Munjid fi al-Lugah. (Beirut: Dar al-Masyriq, 1973), hal. 881
10
Muhammad Adib Shalih, Tafsir al-Nushush fi al-Fiqh al-Islamy Juz I, (Beirut: al-Maktabah al-Islami, 1984),
hal.59
11
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Terjemahan : Moh. Zuhri dan Ahmad Qarib, (Semarang : Toha Putera
Group, 1994), hal. 47
6
Artinya : “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan kepadamu
Al-Qur`an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
Menurut Faturrahman Djamil fungsi ini merupakan fungsi yang paling dominan,
misalnya hadits-hadits yang berhubungan dengan tata cara salat, zakat, puasa, dan haji.
Praktik Rasul merupakan penjabaran lebih lanjut dari ayat-ayat Al-Qur`an yang
bersifat mujmal.13
sebagai berikut :
Artinya : “Dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku melaksanakan salat” (H.R
Bukhari).
Hadits di atas berfungsi untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan salat yang
kewajibannya telah disampaikan melalui Al-Qur`an yang terdapat dalam surat Al-Baqarah
ayat 43 :
Artinya : “Dan dirikanlah salat dan bayarkanlah zakat dan rukuklah bersama orang yang
7
Secara fi`li (hadis fi`li) Nabi SAW, mendemosntrasikan tata cara pelaksanaan salat di
hadapan para sahabat, mulai dari yang sekecil-kecilnya, seperti kapan dan cara mengangkat
tangan ketika bertakbir, sampai kepada hal-hal yang yang harus dilakukan dan merupakan
rukun dalam pelaksanaan salat, seperti membaca surat Al-Fatihah, sujud, rukuk, serta jumlah
Salah satu yang menyebabkan sulitnya memahami ayat Al-Qur`an dikarenakan sifatnya
yang mutlak atau absolut. Maksudnya ialah makna yang terkandung di dalam ayat itu tidak
Dengan keterangan di atas semakin jelas bahwa makna mutlak itu adalah makna hakikat.
Makna hakikat itu hanya satu, tetapi untuk menentukan mana yang satu dari sekian banyak
jenis-jenis yang dicakupnya itu tidak ada penjelasan. Semua satuan yang dicakupnya itu
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi makna hakikat. Apabila ditentukan satu di
antaranya maka dengan sendirinya satuan yang lain keluar dari cakupannya ayat tersebut.17
Dengan demikian hal yang dapat dipahami adalah, hadits diperlukan untuk memahami
ayat-ayat dalam Al-Qur`an, khususnya dalam kemutlakan ayat dalam konteks ini. Sehingga
Salah satu contoh fungsi hadits sebagai bayan taqyid terhadap Al-Qur`an adalah firman
16
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, (Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 71
17
Rahman Ritonga, Studi Ilmu-ilmu Hadits,..., hal. 218
8
ِ َّارقَةُ فَا ْقطَعُوا َأ ْي ِديَهُ َما َجزَا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِمنَ هَّللا ِ َوهَّللا ُ ع
َزي ٌز َح ِكي ٌم ُ َّار
ِ ق َوالس ِ َوالس
Artinya : “Laki-Laki ayng mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Pemotongan tangan pencuri dalam ayat di atas secara mutlak nama tangan, tanpa
dijelaskan batas tangan yang harus dipotong apakah dari pundak, sikut, dan pergelangan
tangan. Kata tangan mutlak meliputi hasta dari bahu, pundak, lengan, dan sampai telapak
tangan. Selain itu pencuri di atas adalah mutlak semua pencuri tanpa ada sifat yang
َ َواللَّ ْفظُ لِهَ^^ار، َوَأحْ َم ُد ب ُْن ِعي َسى،ُون ب ُْن َس ِعي ٍد اَأْل ْيلِ ُّي
،ُون ُ َوهَار،وح َّدثَنِي َأبُو الطَّا ِه ِر
َ
^ار فَ َم^^ا ِ ^ «اَل تُ ْقطَ ُع ْاليَ ُد ِإاَّل فِي ُر ْب:ُصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُول
ٍ ^َ^ع ِدين َ ُِول هللا ْ َس ِم َع
َ ت َرس
Artinya : Telah menceritakan kepadaku Abu Thahir, dan Harun bin Sa`id Ailiyu, dan Ahmad
bin Isa, dan lafaz dari Harun dan Ahmad, telah berkata Abu Thahir : Telah mengkabarkan
kepada kami, dan berkata dua orang yang lain : telah menceritakan kepada kami Ibn Wahab,
telah mengkabarkan kepadaku Makhramah dari Ayahnya, dari Sulaiman bin Yasar, dari
9
telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Jangan engkau potong tangan (pencuri) kecuali
)الترم^ذي ص^ ِحي ٌح "(رواه ٌ » هَ َذا َح ِد، يَ ْعنِي التَّيَ ُّم َم،« الوجْ هُ َوال َكفَّا ِن
َ يث َح َس^ ٌن َ هُ َو 18
Artinya : “ Dan firman Allah : (pencuri laki-laki dan pencuri perempuan maka potonglah
tangan keduanya), maka sunnah pada potong kedua telapak tangan yaitu hanya satu bagian,
dan dua telapak tangan yaitu tayammum”. Ini hadis hasan shahih (H.R At-Tirmdhzi)
Kedua Hadits di atas menjelaskan kemutlakkan ayat pada surat Al- Maidah ayat 38
yang tidak menjelaskan batasannya, maka kedua hadits di atas, yang pertama menjelaskan
satu tangan.
Selain bersifat umum mujmal (global), Al-Qur`an juga memiliki ayat-ayat yang bersifat
umum, dari sini fungsi sunnah adalah mengkhususkan. Perbedaannya dengan bayan tafshil
ialah kalau bayan tafshil, sunnah berfungsi sebagai penjelas yang kelihatan tidak ada
pertentangan, sedangkan pada bagian takhsish ini di samping sunnah sebagai bayan, juga
18
At-Tirmdhzi, Sunan Tirmidhzi Juz I, Muhaqqiq dan Mu`aliq : Ahmad dan Mustafa Adzahabi, (Kairo : Darul
Hadis, 2010), hal. 272
19
Relit Nur Edi, ”As-Sunnah (Hadits) Suatu Kajian Aliran Ingkar Sunnah”, Vol.6 No.2 ASAS 2014, hal. 137
10
Dalam konteks keumuman suatu ayat ini ialah kalimat yang mengandung makna yang
mencakup kepada semua jenis dan nau` (macam) yang dapat ditampung oleh makna ayat.
Misalnya kalimat al-insan, kata ini bermakna umum karena maknanya mencakup semua jenis
manusia, tanpa ada petunjuk manusia mana yang dimaksud oleh kata tersebut.20
Dengan demikian dapat dipahami bahwa hadits juga berfungsi sebagai takhsis terhadap
lafaz-lafaz ayat yang umum. Meskipun hampir mirip dengan fungsi hadis sebagai tafshil
namun sebenarnya ada perbedaan yang membuat antara tafshil dan takhsis ini sangat berbeda
dalam aplikasinya sebagai bayan terhadap Al-Qur`an. Contoh bahwa hadits berfungsi
َع ْن َأبِي،ج
ِ َع ِن اَأل ْع َر،الزنَا ِد
ِّ َع ْن َأبِي،ك
ٌ ِ َأ ْخبَ َرنَا َمال،ُف
َ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ ب ُْن يُوس
«الَ يُجْ َم ُع بَي َْن:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َ َأ َّن َرس:ُض َي هَّللا ُ َع ْنه
َ ِ ُول هَّللا ِ هُ َري َْرةَ َر
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah mengkabarkan kepada
kami Malik, dari Abu Az-Zinaad, dari `Araj, dari Abi Hurairah RA : Sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda : tidak boleh seseorang mengumpulkan (memadu) seorang wanita
dengan `ammah (saudara bapaknya), dan seorang wanita dengan khallah (saudara
ibunya)” (H.R Bukhari).
Al-Qur`an tentang kebolehan poligami yang terdapat dalam surat An-Nisa` ayat 3:
20
Rahman Ritonga, Studi Ilmu-ilmu Hadis,..., hal. 217
21
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ja`fi, Shahih Bukhari Juz VII,..., hal. 12
11
َ اب لَ ُك ْم ِم َن النِّ َسا ِء َم ْثنَى َوثُاَل
ث َ َوِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َأاَّل تُ ْق ِسطُوا فِي ْاليَتَا َمى فَا ْن ِكحُوا َما
َ ط
Artinya : “Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu tidak dapat berlaku adil, maka
kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
adalah bahwa dalam surat An-Nisa` ayat 3 berbicara mengenai adanya indikasi kebolehan
untuk berpoligami. Dalam ayat tersebut tampak bahwa poligami di atas bersifat umum
dengan memahami boleh berpoligami dengan wanita siapa saja yang bukan mahram.
ataupun khallah (saudara ibunya).
Bayan at-tasyri’ adalah penjelasan hadis yang berupa penetapan suatu hukum atau aturan
syar’i yang tidak didapati nashnya dalam Al-Qur’an. Menurut Abbas Muthawali Hamadah
bayan at-tasyri’ disebut dengan bayan zaid ‘ala al-Kitab al-Karim, yaitu penjelasan
sunnah/hadits yang merupakan tambahan terhadap hukum-hukum yang terdapat dalam Al-
Qur’an. Hadits yang berfungsi sebagai bayan al-tasyri’ ini sangat banyak jumlahnya. Contoh
12
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan
Ramadhan atas orang-orang sebesar 1 sha’ kurma, atau 1 sha’ gandum, wajib atas orang
merdeka, hamba sahaya, laki-laki dan perempuan, dari kaum muslimin.” (HR. Muslim, Shahih
Muslim, II:678, No. hadis 984, Malik, Al-Muwatha, I:284, No. hadis 626, An-Nasai, As-Sunan Al-Kubra,
II:25, No. 2282, Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘Alas Shahihain, I:569, No. hadis 1494, Al-Baihaqi, As-Sunan
Al-Kubra, IV:161, No. hadis 7476, IV:166, No. hadis 7492; Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah,
IV:83, No. hadis 2399, Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, VIII: 94, No. hadis 3301)
Menurut sebagian ulama bahwa zakat fitrah itu ditetapkan oleh sunnah/ hadits sebagai
tambahan atas Al-Qur’an. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa zakat itu penjabaran
dari Al-Qur’an. Mereka mengambil dari hadits tersebut dalil yang menjadi rincian dari Al-
Qur’an, karena Rasulullah Saw tidak mewajibkan zakat kecuali kepada orang Islam. Dengan
demikian sesuai dengan Al-Qur’an, karena zakat itu sebagai pembersih (mensucikan),
Artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
13
Sunnah/ hadits Rasulullah Saw. sebagai bayan at-tasyri’ ini wajib untuk ditaati dan
diamalkan berdasarkan perintah Allah Swt dalam Al-Qur’an sebagaimana wajibnya mentaati
Pada dasarnya nasakh lebih populer dalam bidang ilmu ushul fiqh yang mana nasakh
tersebut didefinisikan dengan pembatan pemberlakuan hukum syari` dengan dalil yang
baik secara terang-terangan atau secara kandungannya saja, baik pembatalan secara umum
atau pun pembatalan sebagian saja karena suatu kemashlahatan yang menghendakinya, atau
nasakh ialah menyatakan dalil susulan yang mengandung penghapusan pemberlakuan dalil
yang terdahulu.23
Hadits menghapus (nasakh) hukum yang diterangkan dalam Al-Qur`an. Menurut ulama
Hanafiyah dengan syarat hadits mutawatir atau masyhur.24 Sedangkan sebagaimana yang
penulis kutip dari buku Studi Ilmu-ilmu Hadits yang ditulis oleh A. Rahman Ritonga bahwa
para ulama sepakat membolehkan hadits yang mutawattir untuk menasakh Al-Qur`an, karena
hadits mutawattir memiliki kebenaran yang qath`i (pasti), setara dengan Al-Qur`an. Dalil
Hal ini juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf
bahwasanya nash tidaklah dinasakhkan kecuali dengan nash yang sejajar kekuatannya atau
lebih kuat daripadanya. Sehingga beradasarkan prinsip umum tersebut selain nash-nash Al-
22
https://www.bacaanmadani.com/2018/04/fungsi-hadis-pengertian-bayan-tasyri.html
23
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Terjemahan : Moh. Zuhri dan Ahmad Qarib,..., hal. 356
24
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits,..., hal. 21
25
Rahman Ritonga, Studi Ilmu-ilmu Hadits,..., hal. 219
14
Qur`an yang dapat menasakhkan satu sama lain terkadang ayat Al-Qur`an juga dinasakhkan
dengan hadits yang mutawattir.26 Hal ini dikarenakan dari segi wurudnya antara Al-Qur`an
Salah satu contoh hadits menasakhkan hukum yang terdapat dalam ayat Al-Qur`an adalah :
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa`id, dia berkata : telah
menceritakan kepada kami Abi Awanah, dari Qatadah, dari Syahri bin Hausyab, dari
Abdurrahman bin Ghunmi, dari Amr bin Khaarijah, dia berkata : Rasulullah berkhutbah dan
beliau bersabda: Sesungguhnya Allah memberikan hak kepada setiap yang mempunyai hak
Hadits di atas menasakhkan kewajiban wasiat yang diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat
180 :
26
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Terjemahan : Moh. Zuhri dan Ahmad Qarib,..., hal. 356
27
An-Nasa`i, Sunan Sughra li An-Nas`i Juz 6, Muhaqqiq : Abdul fatah Abu Ghaddah, (Hilbi : Maktabah Matbu`at
Al-Islamiyah, 1986), Cetakan Kedua, hal. 247
15
َ ِصيَّةُ لِ ْل َوالِ َد ْي ِن َواَأْل ْق َرب
ين ِ ك َخ ْيرًا ْال َو ُ ض َر َأ َح َد ُك ُم ْال َم ْو
َ ت ِإ ْن تَ َر َ ب َعلَ ْي ُك ْم ِإ َذا َح
َ ُِكت
Artinya : “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”.
Sedangkan yang menjadi pertentangan dalam permasalahan ini adalah ketika hadits
ahad yang menasakh ayat Al-Qur`an, maka ada beberapa pendapat, di antaranya :
Masa berlaku hukum bukan sesuatu yang qath`i sebab hukum bisa berubah sesuai dengan
antara Al-Qur`an dan hadits memiliki kesetaraan sehingga hadits ahad dianggap dapat
menasakhkan ayat Al-Qur`an, hal ini sebagaimana yang terdapat dalam surat An-Najm ayat
dengan mentaati Rasul-Nya. Jika ketaatan kepada Allah setara dengan mentaati Rasul-Nya,
Sedangkan ulama yang tidak menerima hadits ahad sebagai penasakh terhadap Al-
Qur`an berargumen dengan beberapa alasan yaitu : Pertama, Para ulama sepakat bahwa Al-
Qur`an dilihat dari segi kebenarannya sebagai yang bersumber dari Allah dan
bersifat qath`i, sedangkan hadits ahad dilihat dari segi kebenarannya sebagai yang bersumber
dari Nabi bersifat zhanni. Kedua, Adanya indikasi yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat
106 bahwa penasakh atau pengganti harus lebih kuat atau minimal sama dengan ayat yang
16
dinasikh atau diganti. Sedangkan dari segi wurud hadits ahad tidak setara dengan Al-
Qur`an.28
BAB III
PENUTUP
28
Rahman Ritonga, Studi Ilmu-ilmu Hadits,..., hal. 220-221
17
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas hadist Rasulullah SAW telah menetapkan hukum baru yang tidak
ditetapkan oleh al-Qur`an. Karena dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan
kepada orang-orang beriman untuk taat secara mutlak kepada apa yang diperintahkan dan
dilarang Rasulullah SAW, serta mengancam orang yang menyelisihinya. Fungsi hadits
terhadap al-Quran adalah sebagai bayan (penjelas) bagi Al-Quran. Karena hukum merupakan
produk hadits yang tidak ditunjukan oleh al-Qur’an secara langsung. Oleh karena itu, hadits
berperan sebagai penjelas dan penguat Al-Qur’an seperti kewajiban puasa, tata cara
3.2 Saran
Setelah melihat dari isi makalah kami tentang Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an kami
berharap semoga pembaca khususnya kami sendiri dapat memahami dan mengerti tentang
Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an agar nantinya dapat menambah wawasan atau
DAFTAR PUSTAKA
18
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Terjemahan : Moh. Zuhri dan Ahmad
An-Nasa`i, Sunan Sughra li An-Nas`i Juz 6, Muhaqqiq : Abdul fatah Abu Ghaddah, (Hilbi :
At-Tirmdhzi, Sunan Tirmidhzi Juz I, Muhaqqiq dan Mu`aliq : Ahmad dan Mustafa Adzahabi,
Al-Qur`an Karim
al-Islami, 1984)
III¸ Muhaqqiq : Muhammad bin Nasir An-Nasir, (Dar Thuq An-Najah, 1422 H),
Relit Nur Edi, ”As-Sunnah (Hadits) Suatu Kajian Aliran Ingkar Sunnah”, Vol.6 No.2 ASAS
2014
19
Shuhudi Ismail, Hadits Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya (Jakarta : Gema
Insani Press, 1995)
https://www.bacaanmadani.com/2018/04/fungsi-hadis-pengertian-bayan-tasyri.html
20