ISLAM
SUNNAH/HADITS
Disusun oleh :
1. Elvin Kinanti Paramuditha (2021143583)
2. Mutiara Friskilia (2021143577)
3. Septiani (2021143589)
4. Septiana (2021143588)
5. Ulfa Rizqiyatul Izzah (2021143590)
6. Rizki Veronica (2021143579)
KELAS:2.O PGSD
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang
“SUNNAH/HADITS”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM. Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu
pedoman dalam proses pembelajaran.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.
Penyusun
Kelompok 7
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................2
1.1.Latar Belakang.............................................................................................2
1.2.Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3. Tujuan.........................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................5
BAB III................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................14
Kesimpulan......................................................................................................14
Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Seiring dengan datangnya era zaman yangdisebut dimana menyebarkan ilmu
yang mehidupkan islam tidak kalah nilainya dengan jihad fi sabilillah, disaat ilmu
pendekatan pada agama ini tidak mendapat respon karena situasi dankondisi, seperti
ilmu mustalah hadits. Padahal ilmu ini tumbuh di zamanya atau atas
dasarMahabbatun Nabi yang kuat dan menunjukan nilai keimanan yang tinggi,
tumbuh dari tandakecintaan pada nabi yang beragam dan berbeda-beda sampai
menjadi sebuah disiplin ilmutersendiri dari sekian disiplin ilmu islam yang lain.
Tetapi ilmu Mustalah Hadits akhirnya hanyamenjadi sebuah kenangan bukan
renungan, karena tidak bias lagi di operasionalkan seperti dizamanya yang
menyimpulkan di jaganya hadits-hadits rosululloh SAW pleh Allah sepertidijaganya
Al-qur’an sebagai sumber kebenaran yang mutlak. Oleh karena itu untuk menjaga
hadits-hadits di perlukannya sebuah ilmu untuk memahami hadits secara mendalam
yaitu denganadanya Ulumul Hadits.
Ḥadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua, setelah Al-Qur’an. Hal
ini dikarenakan ḥadiṡ merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktik atau penerapan
ajaran Islam secara faktual dan ideal. Mengingat bahwa pribadi Nabi merupakan
perwujudan dari Al-Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang
dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari periwayatannya, ḥadiṡ berbeda
dengan Al-Qur’an.
4
1.2.Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu hadits
5
BAB II
PEMBAHASAN
1.Sanad
Al-Bukhari > Musaddad> Yalya Syu'bah Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW
6
Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi
bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thaqabah.
Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thaqabah sanad akan menentukan
derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Al Hadits terkait dengan sanadnya ialah:
Keutuhan sanadnya
Jumlahnya
Perawi akhirnya
2. Matan
Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh sebelumnya maka matan hadits
bersangkutan ialah: "tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia
cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya".
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam
memahami hadits ialah:
a. ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad
atau bukan,
b. Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadist lain yang lebih
kuat sandalnya ( apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan
selanjutnya dengan ayat dalam Al-Qur'an.
7
2.3 Klasifikasi Hadits
• hadits marfu adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi
Muhammad SAW ( Contoh: hadits sebelumnya)
• hadist mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa
ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat
marfu: contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris) menyampaikan
bahwa abu bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "kakek adalah
(diperlakukan seperti) ayah". Kami dilarang untuk....", "Kami terbiasa... Jika sedang
bersama Rasulullah" maka derajat hadits tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara
dengan marfu.
• hadits Maqtu adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus).
Contoh hadist ini adalah: Iman Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahilnya
bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "pengetahuan ini (hadits) adalah agama, maka
berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu"
Keaslian hadist yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa
faktor lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturannya. Namun klasifikasi ini
tetap sangat penting mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan
Rasullullah SAW dari ucapan para sahabat maupun Tabi'in dimana hal ini sangat
membantu dalam area perdebatan dalam fikih (Subaib Hasan, science of hadist).
Ilustrasi sanad: pencatat hadist > penutur 4 > penutur 3 > penutur 2 ( tabi'in) >
penutur 1 ( para sahabat) > Rasulullah SAW.
• Hadist musnad, sebuah hadist tergolong musnad apabila urutan sunad yang
dimiliki hadist tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Yakni urutan penutur
memungkinkan terjadinya transfer hadist berdasarkan waktu dan kondisi.
• Hadist mursal, bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in
menisbatkan langsung kepada Rasullulah SAW (contoh :seorang tabi'in (penutur 2)
mengatakan "Rasullulah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang
menuturkan kepadanya).
•Hadist munqati'. Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3
• Hadist mu'dal bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
• Hadist mu'allaq bila sanad terputus pada penutur 4 hingga penutur 1 (contoh:
"seorang pencatat hadists mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa rasullulah
mengatakan tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga rasullulah).
Jumlah penutur yang dimaksud ialah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari
sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadist tersebut.
Berdasarkan klasifikasi ini hadist dibagi atas hadist Mutawatir dan hadist Ahad.
• Hadist mutawatir, adalah hadist yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari
beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk
berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadist mutawatir memiliki beberapa sanad dan
jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang. Para ulama berbeda
pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadist mutawatir (sebagian menetapkan
20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). Hadist mutawatir sendiri dapat dibedakan
antara dua jenis yakni mutawatir lafzhy (redaksional sama pada tiap riwayat) dan
9
ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna sama pada tiap
riwayat).
• Hadist Ahad, hadist yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak
mencapai tingkatan mutawatir. Hadist ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis
antara lain:
a. Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat
hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur).
b. Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan)
c. mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad(tiga atau lebih penutur pada
salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.
Kategorisasi tingkat keaslian hadist adalah klasifikasi yang paling penting dan
merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadist
tersebut. Tingkatan hadist pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih,
hasan, da'if, dan maudu'.
• hadist shahih, yakni tingkatkan tertinggi penerimaan pada suatu hadist. Hadist
shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sanadnya bersambung;
• Hadist Hasan, bila hadist yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya,serta matanya tidak syadz serta
cacat.
10
• Hadist Dhaif (lemah), ialah hadist yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa
mursal, mu'allaq,mudallas,munqati' atau mu'dal) dan diriwayatkan oleh orang yang
tidak adil atau tidak kuat ingatannya,mengandung kejanggalan atau cacat.
• Hadits Maudu', bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam sanadnya
dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.
1. Hadits Matruk, yang berarti hadits yang ditinggalkan yaitu Hadits yang hanya
dirwayatkan oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.
2. Hadits Mungkar, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi
yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi
yang terpercaya/jujur.
3. Hadits Mu'allal, artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang
didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al
Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi
setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut Hadits
Ma'lul (yang dicacati) dan disebut Hadits Mu'tal (Hadits sakit atau cacat)
4. Hadits Mudlthorib, artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan
oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau
tidaksama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan
5. Hadits Maqlub, yakni hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan ileh
perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau
sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi)
7. Hadits Mudraj, yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya
11
8. Hadits Syadz, Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi
orang yang terpercaya yang bertentangan dengan hadits lain yang
diriwayatkan dari perawi-perawi yang lain.
8. Imam Malik
9. Ad-Darimi
12
2.6. Pembentukan dan Sejarahnya
Hadist sebagai kitab berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi
Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut didapat dari para sahabat pada saat
bergaul dengan Nabi. Selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain yang tidak
mengetahui berita itu, atau disampaikan kepada murid-muridnya dan diteruskan
kepada murid-murid berikutnya lagi hingga sampai kepada pembuku Hadist.
Masa pembentukan hadist tiada lain masa kerasukan Nabi Muhammad itu
sendiri, ialah lebih kurang 23 tahun. Pada masa ini Al Hadist belum ditulis, dan
hanya berada dalam benak atau hafalan para sahabat saja.
Masa Penggalian adalah masa pada sahabat besar dan taba'in, dimulai sejak
wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 H atau 632 M. Pada masa ini Al Hadist
belum ditulis ataupun dibukukan. Seiring dengan perkembangan dakwah, mulailah
bermunculan persoalan baru umat Islam yang mendorong para sahabat saling
bertukaran Al Hadist dan menggali dari sumber-sumber utamanya.
Masa Penghimpunan adalah masa ditandai dengan sikap para sahabat dan
tabi'in yang mulai menolak menerima Al Hadist baru, seiring terjadinya tragedi
perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser ke bidang syari'at dan 'aqidah
dengan munculnya Al, Hadist palsu. Para sahabat dan tabi'in ini sangat mengenal
betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan terlibat dalam permusuhan tersebut,
sehingga jika ada Al Hadist baru yang belum pernah dimiliki sebelumnya diteliti
secermat-cermatnya siapa-siapa yang menjadi sumber dan pembawa Al hadist itu
maka pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Al Aziz sekaligus salah
satu seorang tabi'in memerintahkan perhimpunan Al hadist. Masa ini terjadinya pada
masa abad 2 H, dan Al hadist terhimpun belum terpisahkan mana yang merupakan
Al hadist marfuh dan mana yang mauquf dan mana yang maqthu.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kedudukan Sunnah dalam sumber ajaran Islam adalah sangat penting dalam
menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum, yang mana ayat-ayat tersebut
membutuhkan penjelasan yang rinci dari Hadith atau Sunnah. Oleh karena itu dalam
hal ini Sunnah berfungsi sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, bayan taqyid, bayan
nasakh dan bayan tasri.
Sunnah adalah segala yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw, baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup, baik
sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya.
Secara Struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad
( rantai penutur), Matan ( Redaksi hadits), dan mukharrij (Rawi), Sanad ialah rantai
penutur/isi dari hadits. Mukhrij atau mukharrij adalah orang yang berperan dalam
pengumpulan hadits.
Fungsi Hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Bila kita
lihat dari fungsinya hubungan hadits dengan Al-Qur’an sangatlah berkaitan. Karena
pada dasarnya hadits berfungsi menjelaskan hukum-hukum dalam Al-Qur’an dalam
segala bentuknya sebagaimana disebutkan Allah SWT menetapkan hukum dalam Al-
Qur’an adalah untuk diamalkan, karena dalam pengalaman itulah terletak tujuan
yang digariskan.
15
Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini kami berharap dapat menambah
wawasan para pembaca mengenai Sunnah/Hadits, kami sadar makalah ini jauh dari
kata sempurna karenanya kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah kami berikutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Jabir Al-Jaza'iri, Minhajul Muslim, Insan Kamil, Surakarta, 2009.
Bahrun Abu Bakar, et.al., Tafsir Jalalain, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2003.
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Tanjung Mas lati, Semarang,
1992.
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dolam Islam, Jakarta, Bulan Bintang,
1983.
Hossein Bahreisj, Menengok Kejayaan Islam, PT. Bina Imu, Surabaya, 1995.
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008.
Muhammad Husain Hackal, Sejarah Hidup Muhammad, Litera Antar Nusa, Jakarta,
1996.
Musannif Effendie, Berita Alam Gaib Sebelum dan Sesudah Hari Kemudian, M.A.
Jaya,Jakarta, 1979.
M. Natsir Arsyad, Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah: Dari Jabir Hingga Abdus
Salam Penerbit Mizan, Bandung, 1992.
Nurchalis Bakry dkk., Bioteknologi dan Al-Qur'an Referensi Dakwah Dai Modern,
Gema Insani Press, Jakarta, 1996.
17
Nazwar Syamsu, Alquran Dasar Tanya Jawab Ilmiah, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1980.
Shabir Ahmed dkk., Islam dan Ilmu Pengetahuan, Al-Izzah, Bangil, 1999.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menurut Al-Qur'an dan As-
Sunnah yang Shahih, Pustaka At-Taqwa, Bogor, 2001
Yusuf Al-Qardhawy, Fiqih Daulah dalam Perspektif Alquran dan Hadis, Pustaka
Al-Kautsar, 2006.
18