TENTANG
ULUMUL QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
DOSEN PEMBIMBING :
GUSNANDA, M.Ag
DISUSUN OLEH :
NAMA : 1. AHMAD SYAROFA (2115060003)
2. DAHYAN (2115060019)
3. LALA MELDA SRIANI (2115060018)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat
dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam
menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran pada
Program Studi Ilmu Hadist dengan ini penulis mengangkat judul “Ulumul Quran
dan Perkembangannya”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran
yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
Ujung Gading, September 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Betapa pun awamnya seorang muslim/muslimat, niscaya is tahu dan
memang memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama
yang dianutnya (Islam) ialah al-Qur’an al-Karim. Baru kemudian didikuti dengan
al-Hadsits/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari
menjelang wafatnya, Nabi Muhammad SAW berwasiat kepada umatnya supaya
berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut (al-Qur’an dan al-
Sunnah).
Mempelajari buku-buku keagamaan yang lain semisal kalam, fiqih, dan
khususnya hadits juga penting, tetapi betapa pun banyaknya buku-buku
keagamaan dan keislaman yang tumbuh dan berkembang dewasa ini, semangat
untuk mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an janganlah diabaikan. Inilah beberapa
pokok pikiran yang menjadi dasar utama bagi penulis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua
mahasiswa pada umumnya mampu memahami Ulumul quran dan
perkembangannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
القرآن هو كالم هللا المنزل على محمد عليه السالم المتعبد بتالوته
2
Artinya : Quran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada
Muhamad saw. Yang pembacanya merupakan suatu ibadah`.
Untuk mendapatkan penjelasan Arti Quran secara istilah (etimologi), maka
dikemukakan pengertian-pengertian sebagai berikut :
a. Definisi `kalam` (ucapan) merupakan kelompok jenis yang meliputi segala
kalam. Dan dengan menghubungkannya dengan Allah ( kalamullah ) berarti
tidak semua masuk dalam kalam manusia, jin dan malaikat.
b. Batasan dengan kata-kata (almunazzal) `yang diturunkan` maka tidak
termasuk kalam Allah yang sudah khusus menjadi milik-Nya. Sebagaimana
disebutkan dalam Firman Allah :
Artinya : Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku,
.meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu `.(al-Kahfi: 109)
c. Batasan dengan definisi hanya `kepada Muhammad saw` tidak termasuk yang
diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti taurat, injil dan yang lain.
d. Sedangkan batasan (al-muta'abbad bi tilawatihi) `yang pembacanya
merupakan suatu ibadah` mengecualikan hadis ahad dan hadis-hadis qudsi .
Al-Qur’an sebagai Kalamullah meliputi pengertian kalam Nafsi dan
kalam Lafzhi. Kalam Nafsi adalah kalam dalam pengertian abstrak, ada pada Zat
(Diri) Allah, bersifat qadim dan azali tidak berubah oleh adanya perubahan ruang,
waktu dan tempat, dengan demikian Kalamullah bukanlah makhluk. Sedangkan
kalam Lafzhi dalam pengertian yang sebenarnya (hakikat), dapat ditilis, dibaca
dan disuarakan oleh makhluqNya, yakni berupa al-Qur’an yang biasa dibaca
sehari-hari oleh kaum muslimin, dengan demikian kalam Lafzhi
bersifat hadits (baru) dan termasuk makhluk.
Al-Qur’an merupakan formulasi kalam Nafsi Allah ke dalam kalam Lafzhi
dan menempatkannya di Lauh Mahfuzh, sebagaimana firman Allah yang tertuang
dalam QS al-Buruj (85) ayat 21-22. Artinya : 21. Bahkan yang didustakan mereka
itu ialah Al Quran yang mulia, 22. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
3
Setelah itu Allah mewahyukan kepada Malaikat Jibril untuk diturunkan ke
Langit Dunia (Baitul Izzah) dengan penurunan yang sekaligus, setelah itu Jibril
menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW. secara berangsur-angsur.
Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat dengan karena kejadiannya luar
biasa, redaksinya indah dan akurat, banyak memberitakan hal ghaib dan memiliki
isyarat keilmuan (ilmiah).
3. Arti Ulumul Qur’an
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham
dan menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang
beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu
dengan pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran,
adapun definisi al-Qur’an secara terminologi menurut Abu Syahbah, adalah :
‘Sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan
al-Qur’an, mulai proses penurunan, urutan penulisan, penulisan, kodifikasi, cara
membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-mansukh, muhkam-mutayabih,
sampai pembahasan-pembahasan lain’.
Jadi, yang dimaksud dengan u`lumul-Qu`ran ialah ilmu yang membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi asbaabu
nuzuul."sebab-sebab turunnya al-Qur`an", pengumpulan dan penertiban Qur`an,
pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah, An-Nasikh wal mansukh,
Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
Qur`an.
Terkadang ilmu ini dinamakan juga ushuulu tafsir (dasar-dasar tafsir)
karena yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui
oleh seorang Mufassir sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur`an.
4
maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an.
Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya. Dalam
kitab Al- Itqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap
cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu
Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari 77450
ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-qur’an
dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna
Dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan inimasih dilihat dari sudut
mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka
jumlahnya menjadi tidak terhitung. Firman Allah :’ Katakanlah: Sekiranyalautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan
itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula).(Q.S. Al-Kahfi :109).
Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangat luas al-Imam al-Sayuthi dalam
bukunya ‘al-Itqan fi ’Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang, dan
setiap cabang masih dapat diperinci lagi menjadi beragam cabang lagi. Menurut
Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi cakupan ‘Ulum fsirt al-Qur’an dapat dibagi
dalam 4 (empat) komponen :
1. Pengenalan Terhadap Al-Qur’an
2. Kaidah-kaidah tafsir
3. Metode-metode tafsir
4. Kitab-Kitab tafsir dan para mufassir.
Komponen pertama (Pengenalan terhadap al-Qur’an) mencakup : (a) Sejarah
al-Qur’an, (b) Rasm al-Qur’an, (c) I’jaz al-Qur’an, (d) Munasabah al-Qur’an, (e)
qushah al-Qur’an, (f) jadal al-Qur’an, (g) aqsam al-Qur’an, (h) amtsal al-Qur’an,
(i) nasikh dan mansukh, (j) muhkam dan mutasyabih, (k) al-qiraat, dan
sebagainya.
Komponen kedua (Kaida-kaidah tafsir) mencakup : (a) ketentuan-
ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan al-Qur’an, (b) sistematika
yang hendaknya ditempuh dalam menguraikan penafsiran, dan (c) patokan-
patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat al-Qur’an,baik dari ilmu-
5
ilmu bantu, seperti bahasa dan ushul fiqhi, maupun yang ditarik langsung dari
penggunaan al-Qur,an. Sebagai contoh, dapat dikemukakan kaidah-kaidah berikut
: (a) kaidah ism dan fi’il, (b) kaidah ta’rif dan tankir, (c) kaidah istifham dan
macam-macamnya, (d) ma’aniy al-huruf seperti : asa; la’alla, in, iza; dan lain-
lain, (e) kaidah su’al dan jawab, (f) kaidah pengulangan, (g) kaidah perintah
sesudah larangan, (h) kaidah penyebutan nama dalam kishah, (j) kaidah
penggunaan kata dan uslub al-Qur’an, dan lain-lain.
Komponen ketiga (metode-metode tafsir) mencakup metode-metode tafsir
yang dikemukakan oleh ulama mutaqaddim dengan ketiga coraknya : al-ra’yu, al-
ma’tsur, al-isyariy, disertai penjelasan tentang syarat-syarat diterimanya suatu
penafsiran serta metode pengembangannya, dan juga mencakup juga metode
mutaakhir dengan keempat macamnya : tahliliy, ijmaliy, muqarran, maudhu’iy.
Komponen keempat (kitab tafsir dan para mufassir) mencakup
pembahasan tentang kitab-kitab tafsir baik yang lama maupun yang baru, yang
berbahasa arab, inggris, atau indonesia, dengan mempelajari biografi, latar
belakang dan kecenderungan pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip yang
digunakan, serta keistimewaan dan kelemahannya.
Dari uraian diatas menggambarkan bahwa “ulumul al-Qur”an mencakup
bahasan yang sangat luas, antara lain ilmu nuzul al-Qur’an, asbab al-nuzul,
qiraat, ilmu an-nasikh wa al-mansukh dan ilmu fawatih as-suwar serta masih
banyak yang lainnya. Karena begitu luasnya cakupan kajian ‘Ulumul Qur’an,
maka para ulama harus mengakhiri definisi yang mereka buat dengan ungkapan
“dan lain-lain”. Ungkapan ini menunjukkan, kajian ulumul quran tidak hanya hal-
hal yang disebutkan dalam definisi itu saja, tetapi banyak hal yang secara
keseluruhan tidak mungkin disebutkan dalam definisi. Ibnu Arabi (w 544 H),
seperti yang dikutip oleh Az-Zarkasyi, menyebutkan, Ulumul Qur’an mencakup
77.450 ilmu sesuai dengan bilangan kata-katanya. Hal itu sesuai dengan pendapat
sebagian kaum salaf, yang melihat bahwa setiap kata dalam Al-Quran mempunyai
makna lahir dan bathin, selain itu terdapat pula hubungan-hubungan dan susunan-
susunannya. Maka dengan demikian, ilmu ini tidak terkira banyaknya dan Allah
sajalah yang mengetahuinya secara pasti.
6
Sedang pemilihan kitab atau pengarang disesuaikan dengan berbagai corak
atau aliran tafsir yang selama ini dikenal, seperti corak : Fiqhi, sufi; ‘ilmi, bayan,
falsafi, adabi, ijtima’iy, dan lain-lain.”
Objek Ulumul-Qur’an
Objek ulumul-Qur’an adalah al-Qur’an itu sendiri dari seluruh segi-segi kitab
tersebut yang meliputi persoalan turunnya, sanad, qiraat penafsirannya dan lain-
lain. Sehubungan dengan hal tersebut Hatta Syamsudin (2008 : 6) mengamukakan
bahwa Objek Pembahasan Ulumul Qur'an dibagi menjadi tiga bagian besar :
1. Sejarah & Perkembangan Ulumul Qur'an
Meliputi : sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah SAW, Sahabat,
Tabi'in, dan perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama dan
karangannya di bidang ulumul quran di setiap zaman dan tempat.
2. Pengetahuan tentang Al-Quran
Meliputi : Makna Quran, Karakteristik Al-Quran, Nama-nama al-Quran, Wahyu,
Turunnya Al-Quran, Ayat Mekkah dan Madinah, Asbabun Nuzul, dst.
3. Metodologi Penafsiran Al-Quran
Meliputi : Pengertian Tafsir & Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan Adab-
adabnya, Sejarah & Perkembangan ilmu tafsir, Kaidah-kaidah dalam penafsiran
Al-Quran, Muhkam & Mutasyabih, Aam & Khoos, Nasikh wa Mansukh, dst.
7
Dari Uqbah bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar Rasulullah SAW
berkata diatas mimbar, "dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang
kamu sanggupi (Anfal :60 ), ingatlah bahwa kekuatan disini adalah
memanah" (HR Muslim)
b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan :
" mereka yang membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan
Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar
dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu
dan amal yang ada didalamnya, mereka berkata 'kami mempelajari qur'an berikut
ilmu dan amalnya sekaligus.'"
c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya menjaga
kemurnian AlQuran.
Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: Janganlah
kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan aku selain qur'an, hendaklah
dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan
barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api
neraka."(HR Muslim)
8
dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu
Rasmil Qur'an.
c. Kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad
Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat
dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut
sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.
3.Ulumul-Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in
a.Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran dan Tokoh-tokohnya.
Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan
makna-makna al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka,
sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan
karena adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah
SAW , hal demikian diteruskan oleh murid-murid mereka , yaitu para tabi'in.
Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah: Empat
orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )
1. Ibnu Masud,
2. Ibnu Abbas,
3. Ubai bin Kaab,
4. Zaid bin sabit,
5. Abu Musa al-Asy'ari dan
6. Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka
tidak berarti merupakan sudah tafsir al-Quran yang sempurna. Tetapi terbatas
hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang masih samar dan
penjelasan apa yang masih global.
b. Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran dan Tokoh-tokohnya
Mengenai para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang
mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-
sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat, yang terkenal di antara
mereka , masing-masing sebagai berikut :
9
1. Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin Jubair,
Mujahid, 'iKrimah bekas sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al
Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah.
2. Murid Ubai bin Kaab, di Madinah : Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan
Muhammad bin Ka'b al Qurazi.
3. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al
Aswad bin Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin
Di'amah as Sadusi.
Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu
Gharibil Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki wal madani dan imu Nasikh
dan Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara
didiktekan (imla).
4. Masa Pembukuan (tadwin)
Perkembangan selanjutnya dalam ulumul-Quran adalah masa pembukuan
ulumul- Quran, pembukuan ini melewati beberapa perkembangan sebagai
berikut :
a. Pembukuan tafsir Al-Quran menurut riwayat dari hadits, Sahabat dan tabi'in
Pada abad kedua hijriah tiba masa pembukuan ( tadwin ) yang dumulai
dengan pembukuan hadist denga segala babnya yang bermacam-macam, dan itu
juga menyangkut hal yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama
membukukan tafsir al-Qur'an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari para
sahabat atau dari para tabi'in.
Diantara mereka yang terkenal adalah Yazid bin Harun as Sulami, ( wafat
117 H ), Syu'bah bin Hajjaj ( wafat 160 H ), Waqi' bin Jarrah ( wafat 197 H ),
Sufyan bin 'uyainah ( wafat 198 H), dan Aburrazaq bin Hammam ( wafat 112 H ).
Mereka semua adalah para ahli hadits, sedangkan tafsir yang mereka susun
merupakan salah satu bagiannya, namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang
sampai ketangan kita.
b. Pembukuan tafsir berdasarkan susunan ayat
10
Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka menyusun
tafsir Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal
diantara mereka ada Ibn Jarir at Tabari ( wafat 310 H ).
Demikianlah tafsir pada awal permulaanya dinukil (dipindahkan) melalui
penerimaan (dari mulut ke mulut) melalui riwatyat, kemudian dibukukan sebagai
salah satu bagian hadits, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka
berlangsunglah proses kelahiran at-Tafsir bil Ma'tsur (berdasarkan riwayat), lalu
diikuti oleh at-Tafsir bir Ra'yi (berdasarkan penalaran ).
c. Munculnya pembahasan cabang-cabang ulumul-Quran selain tafsir
Disamping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai
pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan al-Quran, dan hal
ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir, di antaranya :
1) Ulama abad ke-3 Hijri
a) Ali bin al Madini (wafat 234 H) guru Bukhari, menyusun karangannya
mengenai asbabun nuzul
b) Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam (wafat 224 H) menulis tentang Nasikh
Mansukhdan qira'at.
c) Ibn Qutaibah (wafat 276 H) menyusun tentang problematika al-
Quran (musykilatul quran).
11
a) Abu Bakar al Baqalani (wafat 403 H) menyusun i'jazul-Qur'an,
b) Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi (wafat 430 H) menulis mengenai i'rabul-
Qur'an.
c) Al Mawardi (wafat 450 H) menegenai tamsil-tamsil dalam al-
Qur'an (amsalul-Qur'an).
d) Al Izz bin Abdussalam ( wafat 660 H ) tentang majaz dalam al-Qur'an.
e) Alamuddin Askhawi ( wafat 643 H ) menulis mengenai ilmu qra'at (cara
membaca al-Qur'an ) dan aqsamul-Qur'an.
12
5. Ulumul-Qur’an pada masa modern (kontemporer)
Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ulumul-Quran
pada masa kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau
cabang ilmu al-Quran secara khusus dan terpisah, sebagaimana ada pula yang
kembali membali menyusun atau menyatukan cabang-cabang ulumul-Quran
dalam kitab tersendiri dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari
kitab-kitab klasik terdahulu.
a) Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu Quran atau
pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Quran di antaranya :
1) Kitab i`jaazul quran yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i,
2) Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil
qur`an oleh Sayyid Qutb
3) Tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang
salah satu pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-hatib,
4) Masalatu tarjamatil qur`an oleh Musthafa Sabri,
5) An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad Abdullah Daraz dan
6) Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil oleh Jamaluddin Al-qasimi.
13
4) Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang
disampaikan kepada mahasiswanya di fakultas ushuluddin jurusan
dakwah dan bimbingan masyarakat.
5) Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR Subhi As-Shalih.
Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan u`luumul qur`an, dan kata ini
kini telah menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut.
Kitab Mabahitsul Quran yang ditulis Manna'ul Qattan ini juga termasuk kitab
ulumul quran kontemporer yang banyak mendapat sambutan di universitas-
universitas di Timur Tengah dan Dunia Islam pada umumnya. Kitab ini juga
dijadikan modul untuk perkuliahan Ulumul Quran semester 1 di Universitas
International Afrika, Khartoum Sudan, sebagai mata kuliah umum untuk semua
mahasiswa di berbagai jurusannya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal
idraak (faham dan menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi
permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu
dengan pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran
Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangat luas al-Imam al-Sayuthi dalam
bukunya ‘al-Itqan fi ’Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang, dan
setiap cabang masih dapat diperinci lagi menjadi beragam cabang lagi. Menurut
Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi cakupan ‘Ulum fsirt al-Qur’an dapat dibagi
dalam 4 (empat) komponen :
1. Pengenalan Terhadap Al-Qur’an
2. Kaidah-kaidah tafsir
3. Metode-metode tafsir
4. Kitab-Kitab tafsir dan para mufassir.
Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa fase,
dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya,
hingga ulumul-Qquran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas
secara khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul-Quran.
1. Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW.
2. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah
3. Ulumul-Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in
4. Masa Pembukuan (tadwin)
5. Ulumul-Qur’an pada masa modern (kontemporer)
15
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah,
Oktober 2005.
Anwar R, 2007. Ulum Al-qur’an. Pustaka Setia. Bandung
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV.
Diponegoro, 2005.
Dr. Rosihon Anwar, M.ag, Ulumul Quran. Pustaka Setia, Bandung, 2008
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa,
2000
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. Ulumul Quran I,Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Ahmad Syadali. ‘Ulumul Qur’an I. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Kamaluddin Marzuki, Ulumul Quran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994
Muhammad ali Ash-Shabuuny, Studi Ilmu Al-Quran, Bandung : CV Pustaka
Setia, h. 15
16