Anda di halaman 1dari 12

AL–QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM UTAMA

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh

Dosen Pengampu : Drs. H. Khaeron, M.Ag

Disusun oleh:

Thalia Endang Wulandhani (2284130109)

Betty Fadilah (2284130110)

Futihat (2284130111)

KELAS 2D
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYEKH NURJATI CIREBON
2023

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena rahmat


dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
yang berjudul “Al–Qur‟an Sebagai Sumber Hukum Utama”.

Sholawat serta Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang benderang yang di ridhoi oleh Allah SWT. Yaitu dengan agama
Islam.

Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya


makalah ini penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari
kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan
saran yang sifatnya membangun semangat penulis itu yang sangat penulis
harapkan.

Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Khaeron, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Ushul
Fiqh yang telah membimbing dan mendidik penulis sehingga penulis menjadi
mahasiswa yang berilmu.
2. Teman-teman yang membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis demi terselesainya makalah ini.

Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin Ya Rabbal „Alamin.

Cirebon, 23 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I .................................................................................................................................

PENDAHULUAN .......................................................................................................... iv

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ iv


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... iv
1.3 Tujuann Masalah ..................................................................................................... iv
BAB II ...............................................................................................................................

PEMBAHASAN ............................................................................................................. v

2.1 Pengertian Al-qur’an .............................................................................................. vi


2.2 Penjelasan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Utama ..................................... vii
2.3 Pandangan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Menurut Madzhab .............. viii

BAB III ..............................................................................................................................

PENUTUP ...................................................................................................................... xi

Kesimpulan .................................................................................................................... xi
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... xii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur'an adalah sumber hukum Islam. Kata sumber dalam pengertian


ini hanya bisa digunakan untuk Al-Qur'an dan As-Sunnah karena keduanya
adalah wadah yang bisa didapatkan menurut hukum syariah , tapi tidak bisa
digunakan untuk ijma' & qiyas karena sebenarnya keduanya adalah wadah
yang dapat diperoleh melalui standar hukum. Ijma' & qiyas juga termasuk jalan
menuju penemuan hukum. Sedangkan dalil adalah bukti yang melengkapi atau
memberikan petunjuk dalam Alquran untuk menemukan hukum Allah, yaitu
larangan atau perintah Allah.

Al-Qur'an sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


SAW. merupakan bukti kerasulan yang harus diyakini oleh umat muslim dan
kewajiban beliau adalah menyampaikan hadits-hadits untuk memperjelas dari
ayat-ayat Al-Qur'an. Jadi, Al-Qur'an adalah salah satu pedoman yang paling
utama untuk menjalankan kehidupan agar dapat meraih kebahagiaan di dunia
dan di akhirat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Al-Qur‟an?


2. Apa yang dijelaskan Al-Qur‟an sebagai sumber hukum utama?
3. Apa pandangan yang dikemukakan oleh Imam Madzhab mengenai Al-
qur‟an sebagai sumber hukum utama?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari Al-Qur‟an


2. Untuk mengetahui apa yang dijelaskan Al-Qur‟an sebagai sumber hukum
utama
3. Untuk menerangkan tentang pandangan yang dikemukakan oleh Imam
Madzhab mengenai Al-Qur‟an sebagai sumber hukum utama

iv
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Qur’an

Secara bahasa (etimologi) Al-Qur'an merupakan bentuk masdar (kata


benda) dari kata kerja qoro-a yang bermakna membaca atau bacaan. Menurut
istilah (terminologi) Al-Qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada
utusan Allah, Muhammad SAW. Yang termaktub dalam mushaf, dan
disampaikan kepada kita secara mutawatir (secara bertahap), tanpa ada
keraguan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Al-
Qur'an ialah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi.

Adapun di samping definisi di atas terdapat beberapa definisi yang


pada intinya sama. Hanya terdapat beberapa penambahan penjelasan seperti
penambahan kata Al- muta'abbad bi tilawatih (yang membacanya mendapat
pahala), Al-mu jiz (yang berfungsi melemahkan lawan), Al-mabdu' bi surah
al-fatihah wa al-makhtum bi surah An-nas (yang dimulai dari surah al-
fatihah dan diakhiri surat An-nas) sehingga dari definisi di atas kami dapat
menyimpulkan:

1. Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


SAW. apabila tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW maka
tidak dapat disebut Al-Qur'an, seperti wahyu Allah yang diturunkan pada
Nabi Daud as (zabur), kepada Nabi Musa as (taurot), kepada Nabi Isa as
(injil). Memang itu termasuk kalam Allah tapi tidak bisa disebut Al-
qur'an karena tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Al-Qur'an disampaikan kepada kita semua secara mutawatir, dan tanpa
keraguan sedikitpun. Seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat
(2), Yang artinya: "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak terdapat keraguan
padanya, dan petunjuk bagi orang yang bertakwa”.
3. Yang membaca ayat dalam Al-qur'an akan mendapat pahala dari Allah
SWT.

v
4. Al-Qur'an itu dimulai dari surah Al-fatihah dan di akhiri dengan surah
An-nas.
Selain sebagai firman Allah kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur'an
juga sebagai mukjizat daripada Nabi SAW. Mukjizat sendiri berarti sesuatu
yang melemahkan atau perkara yang keluar dari kebiasaan. Dikatakan sebagai
mujkizat karena pada saat itu masyarakat Arab Jahiliyah pandai dalam
membuat sastra Arab (syair), sastra Arab pada saat itu bearada dalam puncak
kejayaan sehingga membuat manusia berbondong-bondong, berlomba-lomba
dalam membuat syair, dan syair yang terbaik akan ditempel di dinding Ka'bah
dan membuat yang bersangkutan merasa sombong.

Setelah datangnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad, masyarakat


Arab terkagum-kagum dan takjub akan lantunan yang terdapat pada Al-
Qur'an, mereka mengatakan bahwa al-qur'an adalah buatan Nabi SAW.
Bukan firman dari Allah swt, akan tetapi itu semua tidak benar karena Nabi
adalah seorang yang ummi (tidak dapat membaca dan menulis) dan dibantah
oleh al-qur'an. Jika memang benar al-Qur'an adalah syair buatan manusia
(Muhammad SAW) maka masyarakat jahiliyah dituntut untuk membuat syair
yang seindah seperti al-qur'an, dan terbukti mereka tidak sanggup.

Turunnya al-Qur'an tidaklah sekali dalam bentuk mushaf yang


terdapat pada saat ini, melainkan al-Qur'an turun secara periodik atau
bertahap. Tujuan dari turunnya yang bertahap ini dimaksud agar memperbaiki
amat manusia, diantaranya sebagai penjelas. Kabar gembira, seruan,
sanggahan terhadap musyrikin, teguran dan juga ancaman. Akan tetapi ada
perbedaan pendapat dikalangan ulama berkenaan dengan proses turunnya Al-
Qur'an, ada pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qur'an turun pada malam
hari (lailam al-qadar), ada pula pendapat yang mengatakan bahwa turunnya
al-Qur'an melalui tiga proses tahapan. Tahap pertama diturunkan di Lauh al-
Mahfudz, kemudian diturunkan ke langit pertama di Bait al-Izzah dan terakhir
diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur dan sesuai
kebutuhan serta peristiwa yang sedang terjadi atau dihadapi oleh Nabi SAW.

vi
Meskipun terdapat perbedaan mengenai proses turunnya al-Qur'an,
namun pada intinya Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur. Tujuan
dari proses tersebut diantaranya memenuhi kebutuhan nabi dan kaum
muslimin, bentuk keperluan yang dibutuhkan nabi akan proses turunnya Al-
Qur'an secara beransur-ansur diantaranya untuk meneguhkan hati nabi karena
setiap proses turun ayat disertai dengan suatu peristiwa tertentu, dan agar
mudah untuk dihafal. Menurut Ahmad von Denfer, proses turunnya Al-Quran
adalah masalah pengalaman yang sulit bagi Nabi, supaya perintah Allah dapat
diterapkan secara bertahap dan lebih mudah untuk dipahami, ringan
diaplikasikan, mudah diingat atau dihafalkan oleh orang mukmin pengikut
Rasulullah SAW.

2.2 Penjelasan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Utama

Secara garis besar, hukum-hukum yang dikandung Al-Qur‟an dalam


tiga bidang Yaitu aqidah, akhlak dan hukum-hukum amaliyah. Aqidah
mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan keimanan. Seperti iman
kepada Allah, hari akhir dan lain. Masalah ini dibahas secara khusus dalam
ilmu tauhid atau aqo‟id, atau ilmu kalam atau teologi. Akhlak membahas
tentang cara-cara membersihkan dari kotoran-kotoran dosa dan menghiasinya
dengan kemuliaan, secara khusus masalah ini dibahas dalam ilmu akhlak dan
tasawuf. Amaliyah membahas tentang perbuatan orang mukalaf, dan dibahas
dalam ilmu fiqh.

Secara garis besar, hukum-hukum amaliyah dibagi menjadi dua,


yaitu ibadah dan muamalah. Hukum-hukum ibadah didalam Al-Qur‟an
dijelaskan lebih rinci daripada hukum muamalah. Ayat-ayat Al-qur‟an yang
menjelaskan masalah ibada berjumlah 140 ayat.

Cara yang digunakan Al-qur‟an dalam menjelaskan Hukum, AlQur‟an


menempuh dua cara, yaitu:

1. Penjelasan secara global (mujmal). Penjelasan secara global mengambil


dua bentuk, yaitu:

vii
a) Dengan menyebutkan kaidah dan prinsip-prinsip umum, seperti prinsip
musyawarah (QS.Al-Syura :38, Al Imron: 159), prinsip keadilan (Al-
Nahl: 90, Al-Nisa‟: 58) dan lain sebagainya.
b) Dengan menyebutkan ketentuan hukum secara global, seperti perintah
zakat (Al-Taubah: 103), hukuman qishas (Al-baqarah: 178 dan 179).
Ayat-ayat diatas menyebutkan ketentuan hukum secara garis besar,
sedang penjelasan lebih rinci diberikan oleh hadist. Hal ini mengandung
hikmah agar ayat-ayat tersebut mampu menampung dan menjangkau
kasus-kasus baru yang berkembang menyertai kemajuan yang dicapai
umat manusia. Seandainya semua kasus telah diatur secara rinci didalam
Al-qur‟an, niscaya manusia akan terjebak dalam kesempitan, tiap kali
terjadi perkembangan ilmu dan teknologi.
2. Penjelasan secara rinci (tafsil). Hanya sedikit diantara ayat-ayat Al-qur‟an
yang menjelaskan hukum secara rinci, seperti pembagian harta waris, kadar
hukuman had, tatacara dan bilangan talak, cara li‟an, wanita-wanita yang
haram dinikahi dan lain-lain.
Sedangkan cara penunjukan Al-Qur‟an kepada Hukum, dalam hal
penunjukannya kepada makna, ayat-ayat Al-qur‟an terbagi menjadi dua, yaitu
ayatayat qoth‟i dan ayat-ayat zhonni. Ayat-ayat qoth‟i adalah ayat-ayat yang
penunjukannya kepada makna bersifat tegas dan tidak mengandung
kemungkinan arti lain selain arti yang disebutkan secara eksplisit oleh ayat.
Kandungan ayat-ayat qoth‟i bersifat universal dan berlaku abadi dan anti
terhadap perubahan. Contoh ayatayat qoth‟i dalam Al-qur‟an adalah ayat
mawaris dan ayat yang menjelaskan wanitawanita yang haram dinikahi. Sedang
ayat-ayat zhonni adalah ayat-ayat yang penunjukannya kepada makna tidak
tegas dan mengandung kemungkinan arti lebih dari satu. Kandungan ayat-ayat
zhonni bersifat temporal, berwatak lokal dan tidak anti terhadap perubahan.
Contoh ayat-ayat zhonni adalah ayat 228 surat al-Baqarah tentang iddah wanita
perempuan yang dicerai suaminya.

2.3 Pandangan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Menurut Madzhab

1. Pandangan Abu Hanifah

viii
Menurut Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa Al-Qur‟an merupakan
sumber hukum pertama Islam. Beberapa dalil yang menunjukan pendapat
Imam Abu Hanifah bahwa Al-qur‟an hanya maknanya saja, misalkan ia
mengatakan boleh shalat dalam bahasa parsi walaupun tidak dalam keadaan
mudharat, tetapi ini bagi orang yang pemula ataupun seterusnya. Akan tetapi
menurut Imam Syafi‟I sekalipun orang itu bodoh tidak dibolehkan membaca
Al-qur‟an dengan menggunakan bahasa selain Arab.

2. Pandangan Imam Malik

Menurut Imam Malik, hakikat Al-Qur‟an adalah kalam Allah


yang lafadz dan maknanya berasal dari Allah SWT. Sebagai sumber
Islam. Imam Malik juga berpendapat bahwa Al-qur‟an itu bukan
makhluk karena kalam Allah termasuk sifat Allah. Sesuatu yang
termasuk sifat Allah tidak dikatakan makhluk, bahkan dia memberikan
nama kafir zindiq terhadap orang yang menyatakan Al-Qur‟an itu
makhluk. Imam Malik juga sangat menentang orang-orang yang
menafsirkan Al-qur‟an secara murni tanpa memakai atsar. Dalam hal ini
Imam Malik mengikuti ulama‟ salaf (sahabat dan tabi‟in) yang
membatasi pembahasan Al-Qur‟an sesempit mungkin agar tidak terjadi
kebohongan atau tafsir serampangan terhadap Al-qur‟an.

3. Pandangan Imam Syafi‟i

Imam Syafi‟i menetapkan bahwa sumber hukum Islam yang


paling pokok adalah Al-Qur‟an. Imam Syafi‟i senantiasa
mencantumkan nash-nash Al-Qur‟an setiap kali ia mengeluarkan
pendapatnya, sesuai metode yang digunakan yakni deduktif. Namun,
Imam Syafi‟i menganggap bahwa Al-Qur‟an tidak bisa dilepaskan
dari Sunnah. Karena kaitannya sangat erat. Para ulama lain
berpendapat bahwa sumber hukum Islam pertama Al-qur‟an dan
kedua as-sunnah, maka Imam Syafi‟i berpandangan bahwa Al-qur‟an
dan Sunnah berada pada satu martabat (keduanya wahyu ilahi yang
berasal dari Allah).

ix
Sebenarnya, Imam Syafi‟i pada beberapa tulisannya yang lain tidak
menganggap bahwa Al-qur‟an dan Sunnah berada dalam satu martabat
(karena dianggap sama-sama wahyu, yang berasal dari Allah), namun
kedudukan Sunnah tetap setelah Al-qur‟an. Al-qur‟an seluruhnya
berbahasa Arab. Tapi Asy-syafi‟i menganggap bahwa diantara
keduanya terdapat perbedaan cara memperolehnya. Dan menurutnya
Sunnah merupakan penjelas bagi keterangan yang bersifat umum yang
berada didalam Al-Qur‟an.

4. Pandangan Imam Ibnu Hambal


Pandangan Imam Ibnu Hanbal, sama dengan Imam Syafi‟i dalam
memposisikan Al-qur‟an sebagai sumber utama hukum islam dan
selanjutnya diikuti oleh sunnah. Al-qur‟an merupakan sumber dan
tiangnya agama Islam, yang didalamnya terdapat berbagai kaidah
yang tidak akan berubah dengan perubahan zaman dan tempat. Al-
qur‟an juga mengandung hukum-hukum global dan penjelasan
mengenai akidah yang benar, disamping sebagai hujjah untuk tetap
berdirinya agama Islam.

x
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Al-qur'an adalah sumber hukum Islam. Secara garis besar, hukum-hukum yang
dikandung Al-qur’an dalam tiga bidang Yaitu aqidah, akhlak dan hukumhukum amaliyah.

Cara yang digunakan Al-qur’an dalam menjelaskan Hukum, AlQur’an menempuh


dua cara, yaitu:

1. Penjelasan secara global (mujmal)

2. Penjelasan secara rinci (tafsil)

Cara penunjukan Al-qur’an kepada Hukum, dalam hal penunjukannya kepada


makna, ayat-ayat Al-qur’an terbagi menjadi dua, yaitu ayatayat qoth’i dan ayat-ayat
zhonni.

Ada beberapa pandangan Al-Qur'an sebagai sumber hukum menurut mazhab:


1. Pandangan Abu Hanifah

2. Pandangan Imam Malik

3. Pandangan Imam Syafi'I

4. Pandangan Imam Ibnu Hambali

xi
Daftar Pustaka
Fitra Jaya, S. A. (2019). Al-Qur'an Dan Hadist Sebagai Sumber Huku Islam. Indo
Islamika, IX(2), 204-206.
Latif, A. (2017, Maret). Al-Qur'an Sebagai Sumber Hukum Utama. Hukum dan Keadilan,
IV(1), 62-74.
Syafe'i, A. (2018). Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: CV Pustaka Setia.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, "Kamus Besar Bahasa Indonesia",
tersedia di https://kbbi.web.id.

xii

Anda mungkin juga menyukai