Anda di halaman 1dari 12

Al-Quran sebagai Sumber Metodologi Hukum Islam

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh


Dosen Pengampu Bapak Moch. Cholid Wardi, M.H.I

Disusun Oleh

ACHMAD INDRA MUHLISIN (22383021061)


DAFIFUL WIDAD (22383021067)
MOH HILAMAN WAHYUDI (22383021053)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda Rasulullah
SAW yang menjadi teladan untuk seluruh umat.
Alhamdulillah, saya dapat menyelesaikan makalah ini yaitu “Al-Quran
sebagai Sumber Metodologi Hukum Islam” sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Ushul
Fiqh.

Dengan selesainya makalah ini, saya sebagai penulis banyak terima kasih kepada :
1. Bapak  Moch. Cholid Wardi, M.H.I Selaku  Dosen Mata Kuliah Ushul Fiqh
2. Tema-teman kelas B Prodi Perbankan Syari’ah yang telah banyak memberikan
inspirasi dalam penyusunan makalah ini.
Segala daya  dan upaya saya lakukan untuk menyusun  makalah  ini. Akan tetapi dengan
keterbatasan waktu, tenaga  dan  minimnya  pengetahuan tentunya masih banyak  kekurangan
di dalamnya. Untuk itu saya mohon maaf sebesar-besarnya. kritik dan saran sangat say
a
harapkan untuk menyempurnakan langkah saya sebagai penulis kedepannya.
Sekian , semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.
Amiin...

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Pamekasan, 11 Maret 2023

Penulis

KELOMPOK 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii 
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................................................. 1 
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 
B. RumusanMasalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................................... 2 
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
A. Apa yang dimaksud Al-qur’an?...................................................................................... 3
B. Bagaimana cara Al-qur’an dalam menetapkan hukum?................................................. 4
C. Apa saja macam-macam Ahkam dalam Al-qur’an?....................................................... 5
D. Bagaimana tentang  kehujjahan Al-Qur’an?................................................................... 6
E. Apa yang dimaksud Dilalah Al-Qur’an?........................................................................ 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................................................ 7 
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 7 
B. Saran ................................................................................................................................ 7 
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................................................... 8 

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran merupakan sumber utama dan sumber pokok hukum Islam. Bagi orang
Islam, tidak diperkenankan mengambil dasar hukum dan mengambil jawaban untuk
permasalahannya diluar Alquran selama hukum dan jawaban untuk permasalahan
tersebut dapat ditemui dalam nash Alquran. Kesesuaian hukum dengan Alquran adalah
sesuatu yang di inginkan, sehingga manusia dapat mencapai ketenteramannya, dengan
kata lain, bahwa Alquran bukan sekedar untuk dipahami sebagai kalamullah, tapi juga
sebagai pedoman tertinggi bagi kehidupan manusia.
Sumber hukum pertama adalah al- Qur’an, yaitu wahyu atau kalamullah yang
sudah dijamin keontentikannya dan jugaterhindar dari intervensi tangan manusia.
Sehingga dengan penyucian tersebut meneguhkan posisi al-Qur’an sebagai sumber
hukum yang utama. Oleh karena itu, sebagai sumber utama hendaklah ia memiliki sifat
dinamis, benar, dan mutlak. Sudah selayaknya jika al-Qur’an bersifat dinamis, benar, dan
mutlak. Dinamis dalam arti al-Qur’an dapat diterapkan di manapun, dan kapanpun, serta
kepada siapapun. Kebenaran al-Qur’an dapat dibuktikan dengan realita atau fakta yang
terjadi sebenarnya. Terakhir, al-Qur’an tidak diragukan kebenarannya serta tidak akan
terbantahkan.1
Alquran merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan Allah SWT kepada
rasulnya yang terakhir yaitu nabi Muhammad SAW, sekaligus sebagai mukjizat yang
terbesar diantara mukjizat-mukjizat yang lain. Turunnya Alquran dalam kurun waktu 23
tahun, dibagi menjadi dua fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang biasa disebut
dengan ayat-ayat Makiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-
ayat Madaniyah. Alquran sebagai kitab terakhir dimaksudkan untuk menjadi petunjuk
bagi seluruh umat manusia (hudan linnas) sampai akhir zaman, bukan cuma
diperuntukkan bagi anggota masyarakat Arab tempat dimana kitab ini diturunkan akan
tetapi untuk seluruh umat manusia. Di dalamnya terkandung nilai-nilai yang luhur yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Tuhan maupun
hubungan manusia dengan sesama manusia lainnya dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya. 2
1
Septi Aji Fitra Jaya, ”Al-qur’an dan hadis sebagai sumber hukum islam,” INDO-ISLAMIKA, Volume 9,
No. 2 (Juli-Desember 2019). 204. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/indo-islamika/article/download/
17542/7837.
2
M. Thahir, “Kajian Al-qur’an sebagai sumber hukum,” Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman,

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Al-qur’an?
2. Bagaimana cara Al-qur’an dalam menetapkan hukum?
3. Apa saja macam-macam Ahkam dalam Al-qur’an?
4. Bagaimana tentang  kehujjahan Al-Qur’an?
5. Apa yang dimaksud Dilalah Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian Al-qur’an
2. Untuk Mengetahui bagaimana cara Al-qur’an dalam menetapkan hukum
3. Untuk Mengetahui macam-macam Ahkam dalam Al-qur’an
4. Untuk Mengetahui tentang  kehujjahan Al-Qur’an
5. Untuk Mengetahui tentang Dilalah Al-Qur’an

BAB II
PEMBAHASAN
vol 1 no 1 (Februari 2021), 216. https://jurnal.stitbb.ac.id/index.php/al-fathonah/article/download/35/20.

2
A. Pengertian Al-qur’an
Secara etimologis, Al-Qur’an diambil dari asal kata ( ‫ )قَ َرَأ‬mashdarnya (ٌ‫( ) قِ َرا َءة‬
ٌ‫ )تِاَل َوة‬artinya bacaan. Sedangkan ( ‫ ) قِ َرا َءة‬atau (‫ )قُرْ َأ ٌن‬berarti pula ( ٌ‫) ُمطَالَ َعة‬. Qur’an adalah
mashdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu maqru artinya yang dibaca.3
Diterangkan pula Oleh As-Syafi’i bahwa lafazh Al-Qur’an bukan mustaq (tidak
berasal dari akar kata) dan bukan mahmuz akan tetapi nama asal dan dijadikan
sebagaimana atas kalam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Atau tidak
diambil dari qara’a (‫) قَ َرَأ‬, seandainya diambil dari kata qara’a niscaya setiap apa yang
dibaca disebut Qur’an.Secara terminologi, diterangkan sebagai berikut:
‫صاحِفِ ْال َم ْنقُ ْو ُل َع ْن ُه ِبال َّت َوات ِِر ْال ُم َت َع َّب ُد‬ ِ ‫اَ ْلقُرْ َأنُ ه َُو َكاَل ُم‬
َ ‫هللا ْالمُعْ ِج ُز ْال ُم َن َّز ُل َعلَى ال َّن ِبيِّ صلى هللا عليه وسلم اَ ْل َم ْك ُت ْوبُ فِى ْال َم‬
‫ِب ِتاَل َو ِت ِه‬
Al-qur’an adalah firman Allah sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw.Yang ditulis dalam mushaf yang dinukilkan kepada kita dengan
mutawatir dan membacanya adalah ibadah.4
Sedangkan secara terminologi, ada beberapa defenisi yang dikemukakan ulama’
tentang Al-Quran. Berikut ini hanya dikemukakan tiga defenisi saja:
1. Menurut Abdul Wahab Khallaf, al-Qur’an ialah kalam Allah yang diturun kan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat jibril dengan lafaz berbahasa Arab
dengan makana yang benar sebagai hujah dai Rasul, sebagai pedoman hidup,
dianggab ibadah membacanya dan urutannya dimulai dari surat al-Fatihah dan
diakhiri oleh surat an-Nas serta dijamin ke asliannya.
2. Menurut Mahmud Syaltut, al-Qur’an ialah lafaz berbahasa Arab yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang dinukil sampai kepada kita secara mutawatir
3. Menurut Abu Zahra, al-Qur’an ialah Kitab yang diturunkan kepada Nbi Muhammad
SAW berupa ayat yang pertama turun, yaitu ‫ اقرأ باسمربك الذي خلق‬dan ayat yang terakhir
turun, yaitu Arab ‫اليوم أكملت لكم دينكم‬ 5

4. Yang membaca ayat dalam Al-qur’an akan mendapat pahala dari Allah SWT.
5. Al-Qur’an itu dimulai dari surah Al-fatihah dan diakhiri dengan surah An-nas.6
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an
adalah “lafaz berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang

3
Abdul Hayat, Ushul Fiqh (Banjarmasin: LKiS Printing Cemerlang,2010), hlm.117
4
Ibid,hlm.118.
5
Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh (Jakarta:Kencana Prenamadia Group,2014), hlm. 27.
6
Abdul Latif, “AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM UTAMA,” Hukum dan Keadilan, Volume 4
Nomor 1 (Maret, 2017), 64. https://ejurnal.stih-painan.ac.id/index.php/jihk/article/view/76.

3
dinukilkan secara mutawatir, diyulis dalam mushaf dan membacannya dianggab sebagai
ibadah dan yang membacanya mendapatkan pahala serta dimulai dari surah Al-fatihah
dan diakhiri dengan surah An-nas.”
Al-Qur’an dijadikan sumber hukum Islam mengindikasikan bahwa agama Islam
menghendaki agar sifat-sifat yang termaktub dalam ajaran dan kenetuan yang mengatur
perilaku manusia dalam al-Qur’an diterapkan dalam waktu dan kondisi yang tepat.
Misalnya dikehendaki keutamaan sifat pemaat, tetapi juga diwaktu tertentu dikehendaki
pula ketentuan hukum dilaksanakan dengan tegas. Sifat pemberi maaf, tidak
menggampangkan tindak kejahatan mudah dilakukan tetapi menghendaki manusia agar
bersifat jujur dan berani menerangkan yang benar. Al-Qur’an menghendaki manusia agar
selalu berbuat baik, sekalipun terhadap orang yang pernah berbuat jahat kepadanya. Al-
Qur’an mengajarkan manusia untuk tetap suci, tetapi tidak dikebiri. Manusia harus
berbakti kepada Allah ta‟ala, tetapi tidaklah menjadi rahib atau pertapa. Manuasia harus
berendah hati, tetapi jangan melupakan harga diri. Manusia dapat menggunakan hal-
haknya, tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Manusia diwajibkan mendakwahkan
agama dengan jalan hikmah dan kebijaksanaan.7
B. Cara Al-qur’an dalam Menetapkan Hukum
Pedoman Al-qur’an dalam mengadakan perintah dan larangan-nya merupakan
tidak memberatkan dan diturunkan secra berangsur-angsur. Al-Qur’an dalam menetapkan
suatu hukum sesuai dengan pedoman yang Allah wahyukan dan semua hal yang nabi
sampaikan. Hukum harus meliat dan merujuk kepada isi dari ayat Al-Qur’an dan hadits
nabi. Al-qur’an diturunkan untuk memperbaiki sikap hidup manusia. Karena itu, Al-
quran berisi perintah dan larangan, al-quran memerintahkan yang baik dan melarang
yang keji.
Di dalam mengerjakan perintah dan larangan, al quran selalu berpedoman pada
tiga hal, yaitu:
1. Tidak memberatkan atau menyusahkan.
Misalnya, mengqoshar shalat (dari empat rakaat menjadi dua rakaat dalam
perjalanan), tidak berpuasa karena musafir, bertayamum sebagai ganti untuk
berwudhuk, memakan makanan yang terlarang dalam keadaan darurat.
2. Tidak memperbanyak beban atau tuntutan.
Misalnya, zakat karena hanya diwajibkan kepada orang-orang yang mampu
7
Muannif Ridwan, M. Hasbi Umar, Abdul Ghafar, ”Sumber-sumber hukum islam dan implementasinya,”
borneo : Journal of Islamic Studies, Vol. 1 No. 2 (Januari-Juni 2021), 32.
https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/borneo/article/view/404.

4
saja, dan lain-lain.
3. Berangsur-angsur didalam mensyar’iatkan sesuatu.
Misalnya, pengharaman minuman keras prosesnya sampai tiga kali, kemudian
dipituskan tidak boleh. (Lihat Al-baqarah ayat 219, An-nisa’ ayat43, dan Al-maidah
ayat 90-91)8
C. Macam-macam Ahkam dalam Al-qur’an
Hukum sepadan dengan mencegah, karena perintah untuk melakukan sesuatu
berarti cegahan untuk melakukan hal-hal yang bersifat sebaliknya. hukum itu tidak hanya
satu macam karena hukum itu berkaitan dengan perbuatan mukallaf, baik dari aspek
tuntutan, pilihaan, maupun dari segi penetapannya.9
Hukum-hukum dalam Al-Qur’an dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu :
1. Hukum-hukum I’tikad.
Yaitu yang berhubungan dengan apa-apa yang wajib atas mukallaf
mengimaninya, seperti iman kepada Allah, Malikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya dan hari kiamat. Hukum-hukum ini termasuk pembahasan ilmu
tauhid.
2. Hukum-hukum Akhlak .
Yaitu berhubungan dengan sifat-sifat yang baik yang harus dipunyai oleh
mukallaf dari sifat-sifat yang buruk yang harus dijauhinya. Hukum-hukum ini
termasuk pembahasan ilmu akhlak.
3. Hukum-hukum amaliyah.
Yaitu yang berhubungan dengan apa-apa yang berasal dari manusia berupa
perkataan, pebuatan, akad-akad dan tindakan-tindakan mukallaf lainnya. Bagian ini
merupakan pembahasan ilmu Ushul Fiqh yang menghasilkan ilmu Fikik.
Hukum Amaliyah meliputi dua bagian pulan, yaitu:
a. Hukum-hukum Ibadah
Berupa shalat, puasa, zakat, haji, nazar, sumpah dan lain-lainnya dari pada
ibadat. Yang dimaksud dengan hukum-hukum bagian ini ialah untuk mengatur dan
memelihara hubungan manusia dengan Tuhannya.
b. Hukum-hukum Mu’amalat
Yaitu hukum yang mengatur bermacam-macam akad dan tindakan (tasarruf)
mukallaf, kejahatan, hukuman dan sebagainya selain dari pada shalat. Yang
8
Rahmat Dahlan. Ushul Fiqh (Jakarta:Amzah,2014) hlm. 116.
9
Zulhas’ari Mustafa, "Determinasi Al-Ahkam Al-Syar'iyah Dalam Tradisi Hukum Islam," Al-daulah vol. 1
no. 2 (Juni 2013), 31. https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/siyasatuna/article/view/22191/15640.

5
dimaksud dengan hukum bagian ini ialah mengatur hubungan antara sebagian
mukallaf dengan sebagian lainnya, baik mereka sebagai pribadi-pribadi, golongan
maupun bangsa.10
D. Kehujjahan Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam
Para ulama’ sepakat menjadikan Al-Qur’an sebgai sumber pertama dan utama bagi
syariat islam, termasuk hukum islam. Dan menganggapnya Al-Qur’an sebagai hukum
islamkarena di latar belakangi sejumlah alasan diantaranya:
1.    Kebenaran Al-Qur’an
Abdul Wahhab Khallaf mengatakan bahwa kehujjahan Al-Qur’an itu terletak
pada kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan atasnya. Hal
ini sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “kitab Al-Qur’an ini tidak ada
keraguan padanya;petunjjuk bagi mereka yang bertakwa”(Q.S. Al-
Qur’an,2;2)   berdasarkan ayat di atas yang menyatakan bahwa kebenaran Al-Qur’an
itu tidak ada keraguan padanya, maka seluruh hukum-hukum yang terkandung dalam
Al-Qur’an merupakan aturan-aturan Allah yang wajib di ikuti oleh seluruh umat islam
sepanjang masa hidupnya.
2.    Kemukjizatan Al-Qur’an.
Mukjizat berasal dari kata Arab (I’jaz) ,Mukjizat memiliki arti sesuatu yang luar
biasa yang tiada kuasa manusia membuatnya karena hal itu di luar kesanggupannya.
Mukjizat dalah sesuatau kelebihan yang Allah berikan kepada nabi dan rasulnya untuk
menguatkan kenabian dan kerasulan mereka. Dan untuk menunjukan bahwa agama
yang mereka bawa bukanlah buatan mereka sendiri melainklan benar-benar datang
dari AllahSWT. Seluruh nabi dan rasulnya memiliki mukjizat termasuk diantara
mereka termasuk  Rasulullah  SAW yang salah satunya mukjizat nya adalah kitab suci
al-qur’an. Dan dari semua kemukjizatan-kemukjizatan Al-Qur’an kita sangatlah wajib
mengikuti dan menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam pertama karen Al-
Qur”an sebagai petunjuk bagi seluruhumat manusia.11

E. Dilalah Al-Qur’an
Arti dilalah secara umum adalah “Memahami sesuatu atas sesuatu.”Kata
“Sesuatu” yang di sebutkan pertama disebut “Madlul” (yang ditunjuk). Dalam
hubungannya dengan hukum, yang disebut madlul itu adalah “Hukum” itu sendiri. Kata

10
ibid, 116
11
Alaidin koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh(Jakarata: Raja Grafindo Persada, 2014) hlm. 45.

6
“Seuatu” yang disebutkan kedua kalinya disebut “dalil” (yang menjadi petunjuk). Dalam
hubungannya dengan hukum, dalil itu disebut “Dalil hukum”. Pembahasan
tentang “dilalah” ini begitu penting dalam ilmu logika dan ushul fiqh, karena termasuk
dalam salah satu sistem berpikir. Untuk mengetahui sesuatu tidak mesti melihat atau
mengamati sesuatu itu secara langsung, tetapi cukup dengan menggunakan petunjuk
yang ada. Berpikir menggunakan petunjuk dan isyarat disebut berpikir secara dilalah.
Dilalah dalam Pandangan Ulama Hanafiyah,Ulama Hanafiyah
membagi dilalah kepada dua macam, yaitu dilalah lafziyah dan dilalah ghairuh
lafziyah12
a. Dilalah lafziyah dalam pengertian ini, ialah yang menjadi dalil adalah lafaz menurut
lahirnya. Dilalah ghairuh lafziyah ialah yang menjadi dalil bukan
melalui lafaz menurut lahirnya. Dilalah ghairuh lafziyah ini di kalangan Hanafiyah
disebut “dilalah sukut” atau di sebut juga “bayan dharurah”.
b. Dilalah Ghairuh Lafziyah, dilalah ini juga bisa disebut dilalah sukut atau bayan al-
dharurah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber hukum dalam agama Islam yang paling utama dan pokok dalam

12
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 (Jakarta: Prenadamedia Group,2014), hlm.144

7
menetapkan hukum dan memecah masalah dalam mencari suatu jawaban adalah al-
Qur’an dan al-Hadis. Sebagai sumber paling utama dalam Islam, alQur`an merupakan
sumber pokok dalam berbagai hukum Islam. Al-Qur’an sebagai sumber hukum isinya
merupakan susunan hukum yang sudah lengkap. Selain itu juga al-Qur`an memberikan
tuntunan bagi manusia mengenai apa-apa yang seharusnya ia perbuat dan ia tinggalkan
dalam kehidupan kesehariannya. Sedangkan al-Hadis merupakan sumber hukum yang
kedua setelah al-Qur’an. Disamping sebagai sumber ajaran Islam yang secara langsung
terkait dengan keharusan mentaati Rasulullah Saw, juga karena fungsinya sebagai
penjelas.
Tiga prinsip yang melandasi hukum Al-qur'an :
a. Tidak memberatkan, hukum-hukum dalam Al-qur'an bersifat memudahkan,
pelaksanaanya disesuaikan dengan kemampuan seseorang.
b. Menyedikitkan beban, dalam Al-qur'an hukum-hukumnya memperhatikan objek dan
tidak melakukan penambahan dan pengurangan
c. Berangsur-angsur, cara penetapan hukum-hukum dalam islam tidak sekaligus tapi
berangsur-angsur dan bertahap

B. Saran
Demikianlah hasil makalah yang telah disusun Penulis. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca terutama
pada dosen pengampu mata kuliah ini, agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekaligus bagi
saya sebagai penulis.Atas kritik dan sarannya, penulis mengucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan Rahmat.Ushul Fiqh (Jakarta:Amzah,2014)


Hayat Abdul, Ushul Fiqh (Banjarmasin: LKiS Printing Cemerlang,2010)

8
Jaya Septi Aji Fitra, ”Al-qur’an dan hadis sebagai sumber hukum islam,” INDO-
ISLAMIKA, Volume 9, No. 2 (Juli-Desember 2019). 204.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/indo-islamika/article/download/17542/7837.
Koto Alaidin, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh(Jakarata: Raja Grafindo Persada, 2014)
Latif Abdul, “AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM UTAMA,” Hukum dan
Keadilan, Volume 4 Nomor 1 (Maret, 2017), 64.
https://ejurnal.stih-painan.ac.id/index.php/jihk/article/view/76.
Mustafa Zulhas’ari, "Determinasi Al-Ahkam Al-Syar'iyah Dalam Tradisi Hukum Islam," Al-
daulah vol. 1 no. 2 (Juni 2013), 31.
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/siyasatuna/article/view/22191/15640.
Ridwan Muannif, M. Hasbi Umar, Abdul Ghafar, ”Sumber-sumber hukum islam dan
implementasinya,” borneo : Journal of Islamic Studies, Vol. 1 No. 2 (Januari-Juni
2021), 32. https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/borneo/article/view/404.
Shidiq Sapiudin, Ushul Fiqh (Jakarta:Kencana Prenamadia Group,2014)
Syarifuddin Amir, Ushul Fiqh Jilid 2 (Jakarta: Prenadamedia Group,2014)
Thahir M., “Kajian Al-qur’an sebagai sumber hukum,” Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan
Keislaman, vol 1 no 1 (Februari 2021), 216. https://jurnal.stitbb.ac.id/index.php/al-
fathonah/article/download/35/20.

Anda mungkin juga menyukai