Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH FIQIH

HADITS SEBAGAI SUMBER


HUKUMI SLAM KEDUA
XII IPA 6

Disusun oleh :
ADITYA PRIYATNO(03)
AHMAD DANIEL IRSYAD(04)
AKHMAD ULUL AZMI(06)
CHATABELL NAYLA PUTRI(08)
INTAN PERMATA GADING(17)
LAELA NUR KHOFIFAH(20)
MELDA MELINDA(23)
NUGRAHAENI ZUL’IZZA PRASTIWI(27)
TIARA DINDA ARUMNINGTYAS(35)

MADRASAH ALIYAH NEGERI 01 CILACAP


Tahun Pelajaran 2022/2023

PENDAHULUAN
Al-Hadits didefinisikan pada umunya oleh ulama seperti definisi Al-Sunnah yaitu
sebagai segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Muhammad SAW, baik ucapan, perbuatan
maupun taqrir (ketetapan), Sifat fisik dan psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi atau sudah
menjadi nabi. Ulama ushul fiqih membatasi pengertian hadits hanya pada ucapan-ucapan
Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum"; sedangkan bila mencakup perbuatan
dan taqrir beliau yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan
sunnah. Pengertian hadits seperti yang dikemukakan oleh ulama ushul fiqih tersebut, dapat
dikatakan sebagai bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak berbeda dari segi kewajiban
menaatinya dan ketetapan-ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu Al-Quran.'
Imam Syafi'i sebagai ulama fiqih dalam karya-karyanya banyak menulis tentang ilmu hadits,
misalnya dalam kitab al risalah dan al-umm yang menarik untuk dikaji secara mendalam,
salah satunya yakni tentang hadits mukhtalif yang banyak diperdebatkan oleh para muhadits.
Tulisan ini akan mengurai soal penetapan keshahihan hadits sebagai sumber hukum dalam
Islam menurut Imam Syafi'i.
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… ii

HADITS SUMBER HUKUM ISLAM KEDUA ……………………………………. 1


A. Pembahasan……………………………………………………………………… 1
1. Fungsi dan kedudukan hadist……………………………………………....… 1
2. Dalil…………………………………………………………………………… 1
3. Kesepakatan Ulama Ijma’…………………………………………………….… 3
4. Fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an…………………………………………..... 4
B. Kesimpulan……………………………………………………………………… 5

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 6


HADITS
SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM KEDUA

A. PEMBAHASAN
1. Fungsi dan kedudukan hadist
Sekiranya hadis Nabi hanya berkedudukan sebagai sumber sejarah, niscaya perhatian ulama
terhadap penelitian kesahihan hadis akan lain daripada yang ada sekarang ini. Kedudukan
hadis, menurut kesepakatan mayoritas ulama, adalah sebagai salah satu sumber ajaran Islam.
Akan tetapi, terdapat juga sekelompok kecil dan kalangan "ulama" dan umat Islam telah
menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Mereka ini biasa dikenal sebutan inkar
al-Sunnah.
Pada zaman Nabis (w. 632 M.), belum atau tidak ada bukti sejarah yang menjelaskan bahwa
telah ada dari kalangan umat Islam yang menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran
Islam. Bahkan pada masaal-Khulafa' al-Rasyidin (632 M.-661 M.) dan Bani Umayyah
(661M.750M.), belum terlihat jelas adanya kalangan umat Islam yang menolak hadis sebagai
salah satu sumber ajaran Islam. Mereka yang berpaham inkar al-Sunnah, sebagaimana yang
diidentifikasikan oleh Syuhudi Ismail,barulah muncul pada awal masa 'Abbasyiah (750 M.-
1258 M.). Mereka juga dikenal dengan sebutan munkir al-Sunnah.
Adanya kelompok yang menolak/badis itu diketahui melalui tulisan-tulisan alSyafi'iy.
Mereka itu oleh al-Syafi'iy dibagi tiga golongan, yakni: (1) golongan yang menolak seluruh
sunnah;4 (2) golongan yang menolak sannah, kecuali 'bila sunnah itu memiliki kesamaan
dengan petunjuk Alquran; (3) golongan yang menolak sunnah yang berstatus ahad Dua
golongan yang disebutkan pertama sekali, sebagaimana dijelaskan Ahmad Yusuf, sebenarnya
dapat dikelompokkan menjadi satu, karena kedua-duanya sama-sama menolak kewajiban-
kewajiban yang timbul dari hadis.
2. Dalil
Banyak ayat Al Qur'an dan hadits yang memberikan pengertian bahwa hadits itu merupakan
argumen (hujjah) selain Al Qur'an yang wajib diikuti, baik dalam bentuk perintah maupun
lrangannya. Uraian di bawah ini merupakan paparan tentang kedudukan Hadits sebagai
argumentasi dasar dalam hukum Islam setelah Al Qur'an.
1. Dalil Al-Qur’an
Banyak ayat Al Qur'an yang menjelaskan tentang kewajiban memepercayai dan menerima
segala yang disampaikan Rasulullah Muhammad SAW baik berupa perintah maupun
larangan, khabar nikmat surga dan tentang siksa neraka.Allah SWT berfirman dalam surat An
nur ayat 54 Artinya:Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika
kamu berpaling.Maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalahapa yang dibebankan
kepadanya, dan kewajibankamu sekalian adalah semata-mata apa yang ditetapkan. dan jika
kamu taatkepadanya, pasti kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu
melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".(QS. An Nur (24): 54)Kemudian
dalam ayat lain, Allah SWT juga berfirmanArtinya: Apa yang diberikan Rasul, Maka
terimalah. Danapayangdilarangnya bagimu,Maka tinggalkanlah.dan bertakwalah untuk Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya. (QS. Al Hsyr (59): 7).Artinya: Dan taatlah
kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-fotografi. (QS. Al
Maidah (5): 92).Dari tiga ayat di atas tergambar bahwa setiap ada perintah taat kepada Allah
SWT dalam AlQur'an selalu diiringi dengan perintah taat kepada Rasul-Nya. Demikian pula
peringatan(ancaman) karena durhaka kepada Allah SWT, sering disejajarkan dengan
ancaman karena durhaka kepada Rasul SAW.Bentuk-bentuk ayat seperti ini menunjukkan
peningkatan penting penentuan penetapan kewajiban taat kepada semua yang disampaikan
oleh Rasulullah SAW.Dari sini sebenarnya dapat dinyatakan bahwa ekspresi wajib taat untuk
Rasul dengan larangan mendurhakainya, merupakan merupakan kesepakatan yang tidak
diperselisihkan oleh umat Islam.
2. Dalil hadits
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW tentang suatu keharusan menjadikan Hadits
sebagai pedoman hidup, di samping sebagai Al Qur'an pedoman utamanya,beliau
mengatakan: aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat
selagikamu teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah SWT (Al Qur'an) dan Sunnah Rasul-
Nya(Hadits). (HR.Malik)
Hadits tersebut di atas, menunjukkan kepada kita bahwa berpegang teguh pada Hadits atau
menjadikan Hadits sebagai pedoman dan pedoman hidup itu adalah wajib, sebagaimana
wajibnya perpegang teguh terhadap Al Qur'an.
3.Kesepakatan ulama ijma’
Para ulama telah menjadikan hadits sebagai salah satu dasar hukum berama,sesuai dengan
yang di kehendaki oleh Allah SWT. Penerimaan mereka terhadap Hadits sama seperti
penerimaan mereka terhadap Al Qur'an, karena keduanya sama-sama dijadikan sebagai
sumber hukum islam.Kesepakatan umat muslimin dalam memepercayai, menerima dan
mengamalkan segala ketentuan yang terkandung dalam Hadits ternyata sejak Rasulullah
SAW masih hidup. Sepeninggal beliau,semenjak masa
Khulafah Ar-Rasyid hingga masa masa selanjutnya, tidak ada yang mengingkarinya. banyak
diantara mereka yang tidak hanya memahami dan mengamalkan isi kandungannya, akan
tetapi bahkan mereka menghafal, memelihara dan menyebarluaskan kepada generasi-generasi
selanjutnya.Banyak peristiwa yang menunjukkan kesepakatan menggunakan Hadits sebagai
sumber hukum Islam, di antaranya adalah:
a) Ketika Abu Bakar di bai'at menjadi khalifah, ia pernah berkata: "saya tidak meninggalkan
sesuatu yang diamalkan/dilaksanakan oleh Rasulillah, sesunggunya saya takut tersesat bila
meninggalkan perinta hnya".
b.) Saa tUmar tempat sampah Khattab berada depan hajar aswa dia berkata:"saya tahu bahwa
engkau adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu, maka saya tidak
akan menciummu".
c.) Pernah ditanya kepada Abdullah bin Umar tenteng ketentuan shalat safar dalam Al-
Qur'an.Ibnu Umar menjawab: “Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad SAW kepada
kita dan kita tidak mengetahui sesuatu. Maka sesungguhnya kami melakukan sebagai
duduknya Rasulullah SAW, saya makan sebagaimana makannya Rasulullah dan saya shalat
sebagaimana shalatnya Rasul".
d.) Diceritakan dari sa'id bin musayyab bahwa Utsman bin Affan berkata: "saya duduk
sebagaimana duduknya Rasulullah, saya makan sebagaimana makanya rasulullah dan saya
shalat Sesungguhnya shalatnya Rasulullah”.
4.Fungsi Hadits Terhadap Al Qur'an
a. Hadits sebagai bayan tafsil
Yang dimaksud bayan tafsil adalah bahwa kehadirannya bekerja untuk memberikan
rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al Qur'an yang masih bersifat global (mujmal) Atau
dengan kata lain adalah penjelasan hadits terhadap ayat-ayat yang memerlukan perincian atau
penjelasan lebih lanjut, seperti pada ayat-ayat mujmal, mutlaq, dan 'aam. Maka fungsi hadits
dalam hal ini memberikan perincian (tafshil).
b. Hadits sebagai bayan takhsis
Bayan takhsis, yaitu menghususkan Al Qur'an, maka yang 'amm kemudian untuk
memberikan takhsis (penentuan khusus) ayat-ayat Al Qur'an yang masih umum. Misalnya
perintah mengerjakan shalat, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji didalam Al Qur'an
tidak dijelaskan jumlah rakaat dan bagaimana cara-cara shalat, tidak diperincikan nisab-nisab
zakat dan juga tidak dijelaskan cara melakukan ibadah haji. Tetapi semuanya telah diuraikan
secara rinci dan jelas oleh Hadits.
c. Hadits sebagai bayan taqyid
Bayan taqyid, membatasi ayat-ayat mutlaq dengan sifat, keadaan, atau syarat-syarat
tertentu. Sedangkan mutlaq artinya kata yang menunjukkan pada hakekat kata itu sendiri apa
adanya, tanpa memandang jumlah maupun sifatnya.
d. Hadits sebagai bayan ta'kid
Bayan ta'kid disebut juga dengan bayan taqrir atau bayan itsbat. Yang di maksud bayan
ta'kid adalah menetapkan dan memperkuat apa yang diterangkan dalam Al Qur'an. Bayan al-
Ta‟kid, yaitu penjelasan untuk memperkuat pernyataan al-Alquran.
e. Hadist sebagai bayan tasyri’
Dasar tasyri (syari'at Islam) menunjuk asing bagi kaum muslimin dan tidak diragukan lagi
bahwa As-Sunnah merupakan salah satu sumber hukum Islam disamping Al-Qur'an dan dia
memiliki cabang- cabang yang sangat luas, hal ini disebabkan karena Al-Qur'an kebanyakan
hanya dahulu kaidah-kaidah yang bersifat umum serta hukum-hukum yang sifatnya global
yang mana penjelasannya didapatkan dalam As-Sunnah An-Nabawiyah.

B. KESIMPULAN
Hadits merupakan hujah dasar bagi setiap muslim setelah Al Qur'an, maka menta'aati
Hadits merupakan kewajiban sebagai mana mengikuti Al Qur'an yang menjadi pedoman
hidup manusia. Sedangkan fungsi hadits adalah:
1. Sebagai bayan tafsil Adalah sebagai perinci atau penjelas ayat Al Qur'an yang sifatnya
masih mujmal.
2. Sebagai bayan takhsis Adalah sebagai penghususan terhadap ayat-ayat yang masih 'aam.
3. Sebagai bayan taqyid Adalah membatasi ayat-ayat yang mutlak dengan keadaan, sifat dan
waktu-waktu tertentu.
4. Sebagai bayan ta'kid Atau disebut juga bayan taqrir adalah untuk menetapkan dan
memperkuat apa yang diterangkandalam Al Qur'an.
5. Sebagai bayan tasyri' Adalah untuk menyebutkan suatu hukum yang tidak terdapat dalam
Al Qur'an.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35253254/
HADITS_SEBAGAI_SUMBER_HUKUM_ISLAM_KEDUA_SETELAH_AL_QURAN
Modul FIQIH_12_MA_Semester Ganjil_WTA

Anda mungkin juga menyukai