Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengambil materi dari buku-
buku yang berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan dalam Islam, terutama
yang berkaitan dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Penulisan dan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Demikian makalah ini penulis buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya dalam meningkatkan pemahaman tentang menggunakan akal kita untuk
berpikir. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaannya, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
2.
A. Tujuan pembelajaran
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HADIS
Kata Hadits dalam bahasa Arab berasal secara literal berarti baru (jadid)
lawan dari lama (qadim), berita atau sesuatu yang diperbincangkan (khabar).
Dalam konteks Al-Qur'an atau Hadis, Hadits bisa bermakna komunikasi
religius (QS. az-Zumar [39]:23), cerita tentang masalah umum atau sekuler
(QS. al-An'aam [6]: 68), cerita historis (QS. Taha [20]:9), dan cerita atau
perbincangan yang masih hangat (QS. at-Tahriim [66]: 3).
2. Al-Qur'an
Di dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan umat
Islam untuk beriman kepada Rasulullah (QS. an-Nuur [24]: 63; QS.
alA'raaf[7]: 158), menaatinya dan mengembalikan segala permasalahan
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya (QS. an Nisaa' [4]: 59; QS. al-Maaidah
[5]:92; QS. an Nuur [24]: 56). Al-Qur'an menerangkan bahwa menaati
Rasul berarti menaati Allah SWT (QS. an-Nisa [4]: 80; QS. al-Fath [48]:
10), dan memerintahkan untuk mengikuti apa-apa yang datang dari Rasul
dan meninggalkan apa yang dilarangnya (QS.al Hasyr [59]: 7). Al-Qur'an
juga menjelaskan bahwa orang Islam tidak dianggap beriman hingga
menjadikan Rasulullah SAW sebagai hakim bagi perkara yang
diperselisihkan (QS. an-Nisa' [4]: 65). Kecintaan seseorang kepada Allah
SWT diukur dengan kecintaannya kepada Rasulullah SAW (QS. Ali Imran
[3]: 31). Allah SWT mengancam orang-orang yang menyalahi perintah
Rasulullah dengan azab yang pedih (QS. an Nuur [24]: 63). Al-Qur'an juga
menjelaskan bahwa Allah SWT telah mengutus seorang Rasul dengan
membawa dan mengajarkan kitab (Al-Qur'an) dan hikmah sebagai
petunjuk (QS. al-Jumu'ah [62]:2).
Keseluruhan ayat di atas menunjukkan bahwa umat Islam wajib
menaati Rasulullah SAW dan memedomani Hadis-hadis Beliau. Hal ini
merupakan dasar yang kuat terhadap kedudukan Hadis sebagai sumber
ajaran Islam dan dalil dalam penetapan hukum Islam sesudah Al-Qur'an.
4. Ijma'
Para ulama telah ijma' dalam menerima dan mengamalkan Hadis
sebagaimana penerimaan mereka terhadap Al-Qur'an. Keduanya
merupakan sumber hukum syara'. Sejumlah ayat Al-Qur'an telah
mengukuhkan kedudukan Hadis sebagai sumber ajaran dan penetapan
hukum syara'. Kesepakatan umat Islam untuk menerima, memercayai, dan
mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam Hadis berlaku
sepanjang zaman, sejak Rasulullah SAW masih hidup dan sepeninggalnya,
masa sahabat, tabi'in dan tabi tabi'in serta masa-masa selanjutnya sampai
sekarang dan masa yang akan datang.
1. Al Qur'an bersifat qat'i sedangkan Hadis bersifat zanni, oleh karena itu
didahulukan Al-Qur'an daripada Hadis.
3. Keterangan yang bersumber dari khabar dan asar Nabi SAW, tentang
pertanyaan Nabi SAW kepada Mu'az bin Jabal ketika Rasulullah SAW
akan mengutusnya ke Yaman. Di mana ketika itu dengan tegas Mu'az
mengatakan apabila akan menetapkan hukum dia akan mendahulukan Al-
Qur'an, kemudian Sunnah (Hadis), kemudian baru ijtihad.
Sebagai penguat hukum yang ada dalam Al-Qur'an (bayan taqrir). Fungsi
Hadis dalam hal ini yaitu sebagai penguat hukum atau menegaskan kembali
hukum yang sudah ada dalam Al-Qur'an. Dalam hal ini Hadis datang dengan
keterangan yang sejalan dengan kandungan Al-Qur'an. Dengan demikian,
hukum tersebut mempunyai dua sumber dan terdapat dua dalil. Menjelaskan
apa yang ada dalam Al-Qur'an (bayan tafsir) Adakalanya Hadis berfungsi
sebagai penafsir atau pemerinci AlQur'an. Fungsi Hadis yang kedua ini ada
tiga bentuk, yaitu: - Menjelaskan ayat-ayat Al Qur'an yang mujmal seperti
Hadis-hadistentang tata cara jual beli, cara dan ketentuan zakat, ibadah haji,
dan lain-lain. - Memberikan taqyid terhadap ayat-ayat yang bersifat mutlak.
Men-taqyid ayat-ayat yang mutlak maksudnya membatasi ayat-ayat yang
mutlak dengan sifat, keadaan, atau syarat-syarat tertentu. - Memberikan
takhsis (kekhususan) terhadap ayat-ayat AlQur'an yang bersifat umum.
Misalnya QS. an-Nisaa' [4]: 11 yang menjelaskan kewarisan setiap anak
terhadap orangtuanya. - Menetapkan hukum yang tidak ditetapkan dalam Al
Qur'an (bayan tasyri'). Adakalanya Hadis menetapkan dan membentuk hukum
yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an. Di antara hukum-hukum tersebut adalah
haramnya menyatukan seorang perempuan dengan bibinya secara bersama-
sama, haramnya binatang buas yang memiliki taring, burung yang memiliki
kuku tajam dan lain-lain.
Dalam konteks ekonomi, ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam
sehingga ekonomi Islam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari agama
Islam. Sebagai bagian yang takterpisahkan, ekonomi Islam akan mengikuti
segala aspek yang ada pada ajaran Islam. Ekonomi Islam dengan falah sebagai
tujuannya tidak akan mungkin tercapai jika mengabaikan sumber utama, yaitu
Al-Qur'an dan Hadis yang berlaku untuk setiap aspek kehidupan pada ruang
dan waktu. Kedua sumber ini adalah dasar pengambilan keputusan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir, Haji, Ushul Fiqh – Cet. 1. Jakarta : Logos Wacana Ilmu 1997
Pulungan, Suyuthi, Fiqh Siyasah : ajaran, sejarah dan pemikiran Cet. 5. Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 2002
Al-Shiddieqie, T.M. Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqh, Bulan Bintang, Jakarta, 1999