Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH STUDI ISLAM TENTANG SUMBER-SUMBER AJARAN

ISLAM DAN POKOK AJARAN ISLAM

Dosen Pengampuh :

Disusun Oleh :

Listiani (..........)

PROGRAM STUDI

FAKULTAS

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QURANIYAH

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis,
sehingga makalah yang disajikan untuk makalah berjudul “Sumber-sumber ajaran
islam dan pokok ajaran islam”, dapat diselesaikan.

Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.................selaku


dosen mata kuliah Studi islam yang telah menjadi pembimbing penulis dalam
penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini
jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Namun demikian, penulis
telah berusaha sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan
kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini penulis mohon maaf. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan pihak lain
pada umumnya.

28 september, 2022

Alpiah Sumarti
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar,

acuan, atau pedoman syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan

agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu

Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama

agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan

akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang

memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni

kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran

Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan

kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.

Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang

berkenaan dengan Islam perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat

menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting

dilakukan, karena kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan

mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman yang

bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan

pemahaman tentang Islam.


B. Rumusan masalah

1. Sumber-sumber ajaran islam?

2. Pokok-pokok ajaran islam?

C. Tujuan

1. Mengetahui berbagai sumber ajaran islam

2. Mengetahui apa saja pokok-pokok ajaran islam


BAB II
PEMBAHASAN

1. Sumber-Sumber Ajaran Islam

1. Pengertian Islam Menurut Al-Quran

untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga

akhir zaman Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir.Pengertian Islam

secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata

Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim)

yang bermakna dasar “selamat” (Salama).

1) Al-Quran.

Pendapat para ahli mendifinisikan alquran:

a.Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur’an sebagai

berikut:– “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di

mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya

termasuk ibadah”.

b.Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur’an

sebagai berikut:–“Al-Qur’an adalah firman Allah yang tiada

tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat

Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian

disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan


mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat

Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas”

Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u,

qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-

jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara

terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala atau

mu’jizat yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para

Nabi-Nya.

Keutamaan Al-Qur’an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah,

antara lain:Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang

mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannyaUmatku yang

paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR.

Turmuzi)

Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an adalah beserta

malaikat-malaikat yang suci dan mulia, sedangkan orang

membaca Al-Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat dan sulit

membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR.

Muslim).

Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka

pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu

(HR. Bukhari-Muslim).

Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-

Qur’an sebagai penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).


Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai

berikut:

1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan

rohaniah manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang

berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin

dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu

Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.

2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara

lahiriah hubungan manusia dengan Allah SWT, antara

manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan

lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam

Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat. Adapun ilmu

yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.

3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan

perilaku normal manusia dalam kehidupan, baik sebagai

makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini tercermin

dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya

disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.

Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yakni:

1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan

manusia dengan Allah SWT, misalnya salat, puasa, zakat, dan

haji
2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia

dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Termasuk ke

dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:

• Hukum munakahat (pernikahan).

• Hukum faraid (waris).

• Hukum jinayat (pidana).

• Hukum hudud (hukuman).

• Hukum jual-beli dan perjanjian.

• Hukum tata Negara/kepemerintahan

2) Pengertian Hadist

Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa

berarti “adat-istiadat” atau “kebiasaan” (traditions). Sunnah adalah

segala perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta

kebiasaan Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir) adalah

persetujuan atau diamnya Nabi Saw terhadap perkataan dan

perilaku sahabat.

Menurut Etimologi hadist adalah jalan / tradisi, kebiasaan,

adat istiadat, dapat juga berarti undang-undang yang

berlaku.sedangkan Terminologi hadist ialah berita / kabar, segala

perbuatan, perkataan dan takrir ( keizinan / pernyataan ) Nabi

Muhammad saw.
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam

dijelaskan Al-Quran dan sabda Nabi Muhammad Saw.“Demi

Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka

menjadikanmu (Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang

mereka perselisihkan, lalu mereka tidak merasa berat hati terhadap

putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuh hati”

(Q.S. 4:65).

 Kedudukan as-sunnah / hadits

As-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang kedua

sesudah Al-Qur’an.Apabila as-Sunnah / Hadits tidak

berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin

akan mengalami kesulitan-kesulitan seperti :

1. Melaksanakan Shalat, Ibadah Haji, mengeluarkan

Zakat dan lain sebagainya, karena ayat al-Qur’an

dalam hal tersebut hanya berbicara secara global

dan umum, sedangkan yang menjelaskan secara

rinci adalah as-Sunnah / Hadits.

2. Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, untuk

menghindari penafsiran yang subyektif dan tidak

dapat dipertanggungjawabkan.

3. Mengikuti pola hidup Nabi adalah sunnah dalam

perintah al-Qur’an.
4. Menghadapi masalah kehidupan yang bersifat

teknis, karena adanya peraturan-peraturan yang

diterangkan oleh as-Sunnah / Hadits yang tidak

ada dalam al-Qur’an seperti kebolehan memakan

bangkai ikan dan belalang, sedangkan dalam al-

Qur’an menyatakan bahwa bangkai itu haram.

Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai

sumber agama dan ajaran Islam, yakni sebagai berikut :

1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam

al-Quran. Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat tentang sholat

tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.

2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran

Allah memerintah- kan manusia mendirikan shalat. Namun di

dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun

dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil

mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat

mendirikan shalat.

3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak

ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai

contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan

bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan

perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah


larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau

putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat dekat yang

tidak disukai oleh agama Islam.

 Perbedaan al-qur’an dan as-sunnah / hadits sebagai sumber

hukum

Sekalipun al-Qur’an dan as-Sunnah sama-sama

sebagai sumber hukum Islam, namun diantara keduanya

terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil, antara

lain sebagai berikut :

1.Al-Qur’an bersifat Qath’i(mutlak) kebenarannya,

sedangkan As-Sunnah bersifat Dzhanni ( relatif ), kecuali

Hadits Mutawatir.

2. Seluruh ayat al-Qur’an mesti dijadikan sebagai pedoman

hidup,sedangkan Tidak seluruh Hadits dapat dijadikan

pedoman hidup karena disamping ada Hadits Shahih, ada

pula Hadits yang Dhaif .

3.Al-Qur’an sudah pasti autentik lafadz dan

maknanya,sebaliknya As-Sunnah belum tentu autentik

lafadz dan maknanya.

4. Apabila al-Qur’an berbicara tentang masalah-masalah

aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim wajib

mengimaninya,sedangkan Apabila as-Sunnah berbicara

tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib,


maka setiap muslim tidak diharuskan mengimaninya seperti

halnya mengimani al-Qur’an.

5. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka :

#Penerimaan seorang muslim terhadap al-Qur’an

hendaknya didasarkan pada keyakinan yang kuat,

sedangkan;

# Penerimaan seorang muslim terhadap as-Sunnah harus

didasarkan atas keragu-raguan ( dugaan-dugaan ) yang kuat

3) Ra’yu

Ra’yu Sebagai Sumber Hukum Islam. Ra’yu adalah salah satu

cara umat Islam untuk menetapkan suatu hukum dari

permasalahan-permasalahan kontemporer yang belum didapati

dalam Alquran dan Hadis. Manusia memiliki akal yang

mampu berfikir secara komprehensif dengan tetap berpegang

teguh pada Alquran dan Hadis sebagai bukti keabsahan hasil

ra’yu. Namun perlu digaris bawahi bahwa akal dan ra’yu

memiliki perbedaan dalam pengertiannya. Akal adalah subjek

(alat/pelaku yang melakukan pemikiran), sedangkan ra’yu

adalah, suatu hasil/obyek dari proses pemikiran yang bertujuan

untuk mencari kebenaran/solusi dari suatu hukum yang tidak

ada di dalam Alquran dan hadis.


Secara etimologi kata (ra’yu) berasal dari bahasa Arab yang

berarti “melihat”.Menurut Abû Hasan kata ra’yu memiliki arti:

pengelihatan dan pandangan dengan mata atau hati, segala

sesuatu yang dilihat oleh manusia, jamaknya (al-Ara’). Secara

terminologi, ra’yu menurut Muhammad Rowas, yaitu segala

sesuatu yang diutamakan manusia setelah melalui proses

berfikir dan merenung. Dari beberapa definisi di atas dapat

diambil kesimpulan, bahwa ra’yu merupakan “hasil dari suatu

perenungan dan pemikiran yang bertujuan untuk memberikan

solusi terhadap suatu permasalahan hukum yang belum pernah

ada sebelumnya di dalam nas untuk kemaslahatan hidup

manusia dengan menggunakan kaedah yang telah ditetapkan”.

Kata ra’yu adalah bentuk masdar dari kata (ra’â-yarâ-ru‘yan).

Penggunaan kata ra’yu bisa berubah arti sesuai dengan tempat

penggunaannya.

2. Pokok-pokok ajaran islam

1. Iman

Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata

kerja yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram

dan tenang. Imam Al-Ghazali memaknakannya dengan kata tashdiq

yang berarti “pembenaran”.


Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan

dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan. Iman secara bahasa

berasal dari kata Asman-Yu’minu-limaanan artinya meyakini atau

mempercayai. Pembahasan pokok aqidah Islam berkisar pada aqidah

yang terumuskan dalam rukun Iman, yaitu:

1) Iman kepada Allah

2) Iman kepada Malaikat-Nya

3) Iman kepada kitab-kitab-Nya

4) Iman kepada Rasul-rasul-Nya

5) Iman kepada hari akhir

6) ImankepadaTakdir Allah

2. Ihsan

Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi`il) yaitu :

(Perbuatan baik). Para ulama menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian

yaitu:

1) Ihsan kepada Allah

2) Ihsan kepada diri sendiri

3) Ihsan kepada sesama manusia

4) Ihsan bagi sesama makhluk

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ihsan memiliki

satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah swt seakan-akan

engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka


sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan hadits yang

diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dalam

kisah jawaban Nabi saw kepada Jibri ketika ia bertanya tentang ihsan,

maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya,

maka bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah

melihatmu.”

3. Ilmu

Kehidupan kita menjadi mudah, baik untuk melakukan sesuatu

atau mencapainya. Itu sebabnya menuntut ilmu didalam islam tidak

sekedar diwajibkan tapi Rasulullah SAW telah memberikan

rangsangan yang sangat menarik sebagai keutamaan yang besar dalam

menuntut ilmu ,yakni penuntut ilm berada dijalan Allah baik pada

waktu pergi ,saat tiba ,maupun pada waktu

pulang ,sehinggaseandainya seorang muslim meninggal padawaktu

sedang menuntut ilmu ,insya Allah matiya adalah syahid.

Keharusan kita menuntut ilmu juga karena Allah ,Allah tidak

menghendaki kalau kita hanya ikut-ikutan dalam melakukan sesuatu,

padahal kalau kita hanya ikut-ikutan dalam melakukan sesuatu ,pasti

kita akan diminta pertanggung jawaban dari apa yang dilakukan. Oleh

karena itu ,keimanan seorang muslim harus dimantapkan dengan ilmu

yang dibimbing dengan iman. Iman tanpa ilmu akan mudah


digoyahkan ,dan ilmu tanpa bimbingan iman akan membawa

kehancuran. Rasulullah SAW bersabda,

Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu

Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,

dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913)

Berikut beberapa keutamaan dalam Islam berikut dalilnya dari Al

Qur'an:

1. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya

2. Orang Berilmu Takut Kepada Allah SWT

3. Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat

4. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga

5. Orang Berilmu Memiliki Pahala yang Kekal

4. Amal

Amal merupakan perwujudan dari sesuatu yang menjadi harapan

jiwa. Bentuknya bisa berbagai rupa, baik berupa ucapan, perbuatan,

maupun getaran hati. Nilai suatu amal berdasarkan pada niat si pelaku.

Sebab, demikianlah Allah SWT menilainya, yakni amal dari niat

seorang hamba. Ada tiga jenis amal, yaitu amal jariah, amal ibadah,

dan amal saleh.

a. Amal jariah

berarti 'perbuatan yang berkelanjutan.' Nama lainnya adalah wakaf.

Kata itu berasal dari waqafa yang berarti 'menghentikan, mengekang,


atau menahan.' Amal jariah disebut wakaf karena benda yang jadi

objeknya ditujukan bagi kemaslahatan umum dan agama.

b. Amal ibadah

berarti perbuatan pengabdian. Ibadah berasal dari kata abada yang

berarti melayani, mengabdi, dan menyembah. Perintah untuk

beribadah terdapat dalam Alquran surat Adz Dzaariyaat ayat 56 yang

artinya, “Aku tidak jadikan jin dan manusia kecuali agar mereka

mengabdi kepadaku."

c. Amal saleh

Amal saleh meliputi semua perbuatan, lahir maupun batin, yang

berakibat pada hal positif atau bermanfaat. Amal saleh bisa mencakup

pengertian amal jariah dan amal ibadah.Amal bisa diterima dan bisa

pula tidak diterima oleh Allah SWT.

Syarat diterimanya amal ibadah ada dua. Pertama, amal dilakukan

dengan ikhlas tanpa pamrih. Kedua, untuk amal ibadah dalam arti

khusus seperti shalat, zakat, ibadah, haji, puasa, dan sebagainya harus

dilakukan sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadis.


Kesimpulan

Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk,

dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M

(mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama).

Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan

yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu).

Sedangkan secara terminologi (syariat),Alquran adalah Kalam Allah ta’ala

atau mu’jizat yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya.

Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti

“adat-istiadat” atau “kebiasaan” (traditions). Sunnah adalah segala

perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi

Muhammad Saw.

Ra’yu Sebagai Sumber Hukum Islam. Ra’yu adalah salah satu cara

umat Islam untuk menetapkan suatu hukum dari permasalahan-

permasalahan kontemporer yang belum didapati dalam Alquran dan Hadis.

Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata

kerja yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan

tenang.

Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi`il) yaitu :

(Perbuatan baik). Para ulama menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian

yaitu: 1. Ihsan kepada Allah 2. Ihsan kepada diri sendiri 3.Ihsan

kepada sesama manusia 4. Ihsan bagi sesama makhluk.


Kehidupan kita menjadi mudah, baik untuk melakukan sesuatu

atau mencapainya. Itu sebabnya menuntut ilmu didalam islam tidak

sekedar diwajibkan tapi Rasulullah SAW telah memberikan

rangsangan yang sangat menarik sebagai keutamaan yang besar dalam

menuntut ilmu.

Amal merupakan perwujudan dari sesuatu yang menjadi harapan

jiwa. Bentuknya bisa berbagai rupa, baik berupa ucapan, perbuatan,

maupun getaran hati. Nilai suatu amal berdasarkan pada niat si pelaku.

Sebab, demikianlah Allah SWT menilainya, yakni amal dari niat

seorang hamba.
Daftar pustaka

H. Asep Dadang Mulyana.. Disampaikan dalam acara kultum pengadilan agama

Tasikmalaya pada Rabu tanggal 20 Januari 2021/ Jumadil Akhir1442

Abu al-Hasan Ahmad Ibn Faris Ibn Zakariya, Mu’jam Al-Maqayis Fi al- Lugbab

(Bayrut :Dar Al-Fikr,1994),436

Yusuf Rahma, seminar mata kuliah “ penelitian Metedologi Studi Islam”, kamis

13 November 2008. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai