Anda di halaman 1dari 17

Hadits sebagai

Sumber ajaran agama islam

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah : Ulumul Hadits


Dosen : Azhar.Sh.I MA
Jurusan : Tarbiyah - PAI (I-A)

Di susun Oleh :

Nurul Amalia

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH


MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini merupakan makalah Hadis yang
membahas “Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama Islam “ Secara khusus
pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang
disampaikan sesuai dengan mata kuliah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi .
oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak dosen mata kuliah Ulumul Hadis Bapak Azhar.Sh.I MA yang telah
memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan
menyelesaikan tugas makalah ini.

2. Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing, dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.

Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak


kesalahan.Untuk itu kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas
makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang
punya dan maha kuasa .Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat
memberikan manfaat tersendiri bagi generasi muda islam yang akan datang,
khususnya dalam bidang Hadis

Tanjung Pura, Oktober 2016

1
Penyususun

(Nurul Amalia)

DAFTAR IS

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHSAN.........................................................................................................2

A. Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama Islam...............................................2

B. Dalil Kehujjahan Hadits................................................................................3

C. Fungsi Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam................................................7

BAB III....................................................................................................................9

PENUTUP................................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Secara bahasa, hadits dapat berarti baru, dekat dan khabar (cerita).
Sedangkan dalam tradisi hukum Islam, hadits berarti segala perkataan, perbuatan
dan keizinan Nabi Muhammad SAW (aqwal, af’al wa taqrir). Akan tetapi para
ulama Ushul Fiqh, membatasi pengertian hadits hanya pada ”ucapan-ucapan Nabi
Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum”, sedangkan bila mencakup, pula
perbuatan dan taqrir yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka
namai dengan ”Sunnah”.
Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, menarik dibicarakan tentang
kedudukan Hadits dalam Islam. Seperti yang kita ketahui, bahwa Al-Qur’an
merupakan sumber hukum primer/utama dalam Islam. Akan tetapi dalam
realitasnya, ada beberapa hal atau perkara yang sedikit sekali Al-Qur’an
membicarakanya, atau Al-Qur’an membicarakan secara global saja, atau bahkan
tidak dibicarakan sama sekali dalam Al-Qur’an. Nah jalan keuar untuk
memperjelas dan merinci keuniversalan Al-Qur’an tersebut, maka diperlukan Al-
Hadits/As-Sunnah. Di sinilah peran dan kedudukan Hadits sebagai tabyin atau
penjelas dari Al-Qur’an atau bahkan menjadi sumber hukum
sekunder/kedua_setelah Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaiman Hadis sebagai sumber ajaran agama Islam?

b. Bagaimana Dalil-dalil Kehujjahan Hadits?

c. Bagaimana Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an?

1
BAB II
PEMBAHSAN
A. Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama Islam

Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu
sumber ajaran Islam menempati kedudukan setelah Al-Qur’an. Bagi umat Islam
merupakan keharusan untuk mengikuti hadis sama halnya dengan mengikuti Al-
Qur’an baik berupa perintah maupun larangan. Tanpa memahami dan menguasai
hadits, siapapun tidak akan bisa memahami Al-Qur’an. Sebaliknya, siapapun tidak
akan bisa memahami Hadits tanpa memahami Al-Qur’an karena Al-Qur’an
merupakan dasar hukum pertama yang didalamnya berisi garis besar syariat dan
hadits merupakan dasar hukum kedua yang didalamnya berisi penjabaran dan
penjelasan Al-Qur’an. Dengan demikian antara Hadits dan Al-Qur’an memiliki
kaitan yang sangat erat, yang satu sama lain tidak bisa dipisah-pisahkan atau
berjalan sendiri-sendiri.

Ditinjau dari segi kekuatan di dalam penentuan hukum, otoritas Al-Qur’an


lebih tinggi satu tingkat daripada otoritas Hadits, karena Al-Qur’an mempunyai
kualitas qath’iy baik secara global maupun terperinci. Sedangkan Hadits
berkulitas qath’iy secara global dan tidak secara terperinci. Disisi lain karena Nabi
Muhammad SAW, sebagai manusia yang tunduk di bawah perintah dan hukum-
hukum Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW tidak lebih hanya penyampai Al-
Qur’an kepada manusia.1

Rasulullah SAW adalah orang yang setiap perkataan dan perbuatannya


menjadi pedoman bagi manusia. Karena itu beliau ma’shum (senantiasa mendapat
petunjuk Allah SWT). Dengan demikian pada hakekatnya Sunnah Rasul adalah
petunjuk yang juga berasal dari Allah. Kalau Al Qur’an merupakan petunjuk yang
berupa kalimat-kalimat jadi, yang isi maupun redaksinya langsung diwahyukan

1 Hasbi Ash Shiddieqy ,Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits 2,(Jakarta:Bulan


Bintang,1976).hlm.34

2
Allah, maka Sunnah Rasul adalah petunjuk dari Allah yang di ilhamkan kepada
beliau, kemudian beliau menyampaikannya kepada umat dengan cara beliau
sendiri.

‫ت نوالكزبرهر نوأ نن منزل مننا هإل ني منك الكذك منر لهتربني كنن هللكناهس نما ن ركزنل هإل ني مههمم نول ننعل كرهمم ي نتننفك كررونن‬
‫هبال مبني كننا ه‬

“kami telah menurunan peringatan (Al-Qur’an) kepada engkau (Muhammad)


supaya kamu menerangkan kepada segenap manusia tentang apa-apa yang
diturunkan kepada mereka” (QS. An-Nahl 44).

‫عن مره نفان متنرهوا نواتكنرقوا‬ ‫نونما آنتاك ررم ال ك نررسورل نف ر‬....
‫خرذوره نونما ن ننهاك رمم ن‬

“Apa-apa yang didatangkan oleh Rasul kepada kamu, hendaklah kamu ambil dan
apa yang dilarang bagimu hendaklah kamu tinggalkan” (QS. Al-Hasyr 7).
Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa sunnah/ hadits merupakan penjelasan
Al-Qur’an. Sunnah itu diperintahkan oleh Allah untuk dijadikan sumber hukum
dalam Islam.2 Dengan demikian, sunnah adalah menjelaskan Al-Qur’an,
membatasi kemutlakannya dan mentakwilkan kesamarannya. Allah menetapkan
bahwa seorang mukmin itu belum dapat dikategorikan beriman kepada Allah
sebelum mereka mengikuti segala yang diputuskan oleh Rasulullah SAW dan
dengan putusannya itu mereka merasa senang.

B. Dalil Kehujjahan Hadits

Yang dimaksud dengan kehujjahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan


Hadits yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil al-syar’i), sama
dengan Al-Qur’an dikarenakan adanya dalil-dalil syariah yang menunjukkannya.
Sunnah adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang
kedua setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an

2 Muhammad Agus Sholahuddin, Ulumul Hadis,(Bandung:CV Pustaka


Setia,2009).hlm.45

3
sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Sunnah
juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran
Sunnah sebagai sumber hukum Islam, bukan saja memperoleh dosa, tetpai juga
murtad hukumnya. Ayat-ayat Al-Qur’an sendiri telah cukup menjadi alasan yang
pasti tentang kebenaran Al-Hadits, ini sebagai sumber hukum Islam. Di dalam Al-
Quran dijelaskan umat Islam harus kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah,
diantara ayatnya adalah sebagai berikut :3

1)Setiap Mu’min harus taat kepada Allah dan kepada Rasulullah. (Al-Anfal: 20,
Muhammad: 33, an-Nisa: 59, Ali ‘Imran: 32, al- Mujadalah: 13, an-Nur: 54, al-
Maidah: 92).

2)Patuh kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah. (An-Nisa: 80, Ali
‘Imran: 31).

3)Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapatkan siksa. (Al-Anfal: 13, Al-
Mujadilah: 5, An-Nisa: 115).

4)Berhukum terhadap Sunnah adalah tanda orang yang beriman. (An-Nisa: 65).

Alasan lain mengapa umat Islam berpegang pada hadits karena selain
memang di perintahkan oleh Al-Qur’an juga untuk memudahkan dalam
menentukan (menghukumi) suatu perkara yang tidak dibicarakan secara rinci atau
sama sekali tidak dibicarakan di dalam Al Qur’an sebagai sumber hukum utama.
Apabila Sunnah tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum Muslimin
akan mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam berbagai hal, seperti tata cara shalat,
kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain sebagainya. 4

Imam-imam pembina mazhab semuanya mengharuskan kita umat Islam kembali


kepada As-Sunnah dalam menghadapi permasalahannya.
3 Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002).hlm 23
4 Ibid.hlm 24

4
Asy-Syafi’i berkata :

‫إذا وجدتم في كتابي خلف سنة رسول الله ص م فقولوا بسنة رسول الله ص‬
‫م ودعوا ما قلت‬

“Apabila kamu menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlawanan dengan


sunnah Rasulullah Saw. Maka berkatalah menurut Sunnah Rasulullah Saw, dan
tinggalkan apa yang telah aku katakan.”

Perkataan imam Syafi’i ini memmberikan pengertian bahwa segala


pendapat para ulama harus kita tinggalkan apabila dalam kenyataannya
berlawanan dengan hadits Nabi SAW. Dan apa yang dikategorikan pengertian
bahwa segala pendapat para ulama harus kita tinggalkan apabila dalam Asy-
Syafi’i ini juga dikatakan oleh para ulama yang lainnya.

Tetapi Tidak semua perbuatan Nabi Muhammad merupakan sumber hukum yang
harus diikuti oleh umatnya, seperti perbuatan dan perkataannya pada masa
sebelum kerasulannya.

Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadits sebagai sumber hukum


Islam, dapat dilihat dalam beberapa dalil, baik dalam bentuk naqli ataupun aqli :5

1.Dalil Al-Qur’an

Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang kewajiban


mempercayai dan menerima segala yang datng daripada Rasulullah Saw untuk
dijadikan pedoman hidup. Diantaranya adalah :

5 Zufran Rahman, ,Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Ajaran Islam,
(Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya,1995).hlm 27.

5
Firman Allah Swt dalam surah Ali Imran ayat 179 yang berbunyi :

Artinya:

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam


keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari
yang baik (mu'min). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada
kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya
di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya;
dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.”(QS:Ali
Imran:179)

Dalam QS. Ali Imran di atas, Allah memisahkan antara orang-orang


mukmin dengan orang-orang yang munafiq, dan akan memperbaiki keadaan
orang-orang mukmin dan memperkuat iman mereka. Oleh karena itulah, orang
mukmin dituntut agar tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan
pada QS. An-Nisa, Allah menyeru kaum Muslimin agar mereka tetap beriman
kepada Allah, rasul-Nya (Muhammad SAW), al-Qur’an, dan kitab yang
diturunkan sebelumnya. Kemudian pada akhir ayat, Allah mengancam orang-
orang yang mengingkari seruan-Nya.

Selain Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam agar percaya kepada
Rasulullah Saw. Allah juga memerintahkan agar mentaati segala peraturan dan
perundang-undangan yang dibawanya. Tuntutan taat kepada Rasul itu sama
halnya dengan tuntutan taat dan patuh kepada perintah Allah Swt. Banyak ayat al-
Qur’an yang mnyerukan seruan ini.

6
Perhatikan firman Allah SWT. Dalam surat Ali-Imran ayat 32 dibawah ini:

Artinya:

“Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka


sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS:Ali Imran : 32).

2. Dalil Hadits

Dalam salah satu pesan yang disampaikan baginda Rasul berkenaan


dengan kewajiban menjadikan hadits sebagai pedoman hidup disamping Al-
Qur’an sebagai pedoman utamanya, adalah sabdanya:

(‫تركت فيكم أمرين لن تضلوا أبداما إن تمسكتم بهما كتاب الله وسنة رسوله)رواه الحاكم‬

Artinya :

“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, dan kalian tidak akan tersesat
selam-lamanya, selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”

(HR. Malik).
Hadits di atas telah jelas menyebutkan bahwa hadits merupakan pegangan
hidup setelah Al-Qur’an dalam menyelesaikan permasalahan dan segalah hal yang
berkaitan dengan kehidupan khususnya dalam menentukan hukum.6

3.Kesepakatan Ulama’ (Ijma’)

6 Ibid.hlm.28

7
Umat Islam telah sepakat menjadikan hadits menjadi sumber hukum kedua
setelah Al-Qur’an. Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai, menerima,
dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadits telah
dilakukan sejak jaman Rasulullah, sepeninggal beliau, masa khulafaurrosyidin
hingga masa-masa selanjutnya dan tidak ada yang mengingkarinya.

Banyak peristiwa menunjukkan adanya kesepakatan menggunakan Hadits sebagai


sumber hukum Islam

4.Sesuai dengan Petunjuk Akal (Ijtihad)

Kerasulan Muhammad SAW, telah diakui dan dibenarkan oleh umat Islam.
Di dalam mengemban misinya itu kadangkala beliau menyampaikan apa yang
datang dari Allah SWT, baik isi maupun formulasinya dan kadangkala atas
inisiatif sendiri dengan bimbingan wahyu dari Tuhan. Namun juga tidak jarang
beliau menawarkan hasil ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak
dibimbing oleh wahyu. Hasil ijtihad ini tetap berlaku hingga akhirnya ada nash
yang menasakhnya.7

C. Fungsi Hadits sebagai Sumber Ajaran Islam

Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran
dalam islam, antara satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan. Keduanya
merupakan satu kesatuan. Al-qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak
memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh karena itu kehadiran
hadis, sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan keumuman isi al-
Qur’an tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :8

7 Ibid.hlm 29-30
8 Bisr Affandi,Ilmu Tafsir dan Hadits,(Surabaya:CV Aneka Bahagia Offset,1993). hlm
76

8
Artinya :

Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada


umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.

(QS. An-Nahl : 44)

Dalam hubungan dengan Al-Qur’an, hadis berfungsi sebagai penafsir,


pensyarat dan penjelas dari ayat-ayat Al-Qur’an. Apabila disimpulkan tentang
fungsi hadis dalam hubungan dengan Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

a.Bayan At-Tafsir

Yang dimaksud dengan bayan At -Tafsir adalah menerangkan ayat- ayat


yang sangat umum, mujmal, dan musytarak. Fungsi hadist dalam hal ini adalah
menerangkan perincian ( tafshil ) dan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
yang masih mujmal, memberikan taqyid ayat-ayat yang masih muthlaq, dan
memberikan takhshish ayat-ayat yang masih umum. 9

b.Bayan At-Taqrir

Bayan At-Taqrir atau sering juga disebut bayan at-ta’kid dan bayan al-
itsbat adalah hadist yang berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat
pernyataan Al-Qur’an. Dalam hal ini, hadis hanya berfungsi untuk memperkokoh
isi kandungan Al-Qur’an.

9 Ibid.hlm.77

9
c.Bayan At-Tasyri’

Yang dimaksud dengan bayan at-tasyri’ adalah mewujudkan sesuatu


hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam Al-Qur’an. Bayan ini juga
disebut dengan bayan zaid ‘ala Al-Kitab Al-Karim. Hadits merupakan sebagai
ketentuan hukum dalam berbagai persoalan yang tidak ada dalam Al-Qur’an.

Hadits bayan at-tasyri’ ini merupakan hadits yang diamalkan sebagaimana dengan
hadits-hadits lainnya. Ibnu Al-Qayyim pernah berkata bahwa hadits-hadits
Rasulullah Saw itu yang berupa tambahan setelah Al-Qur’an merupakan
ketentuan hukum yang patut ditaati dan tidak boleh kitaa tolak sebagai umat
Islam.

d.Bayan An-Nasakh

Menurut Ulama’ mutaqaddimin, yang dimaksud dengan bayan an-nasakh


adalah adanya dalil syara’ yang datang kemudian. Dan pengertian tersebut
menurut ulama’ yang setuju adanya fungsi bayan an nasakh, dapat dipahami
bahwa hadis sebagai ketentuan yang datang berikutnya dapat menghapus
ketentuan-ketentuan atau isi Al-Qur’an yang datang kemudian.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut, dapat kami simpulkan bahwa :

1.Hadis merupakan salah satu sumber hukum dan sumber ajaran Islam yang
menduduki urutan kedua setelah Al-Qur’an.

2.Hadits yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum sama dengan Al-Qur’an
dikarenakan adanya dalil-dalil syariah yang menunjukkannya. Al-Qur’an dan
hadist sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam, antara
yang satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan. Al-Qur’an itu adalah pokok
hukum syari’at, pegangan umat Islam yang secara rinci menerima penjelasan dari
sunnah.

3.Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an adalah sebagai :

a.Bayan al-Taqrir (penjelasan memperkuat apa yang telah ditetapkan dalam Al-
Qur’an.

b.Bayan al-Tafsir (menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat yang terdapat dalam


Al-Qur’an).

c.Bayan al-Tasyri’ (mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak


didapati dalam Al-Qur’an hanya terdapat pokok-pokoknya (ashl) saja).

d.Bayan al-Nasakh (menghapus, menghilangkan, dan mengganti ketentuan yang


teradapat dalam Al-Qur’an).

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Shiddieqy, Hasbi Ash, 1976.Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits 2.Jakarta:Bulan

Bintang

Sholahuddin,Muhammad Agus, 2009.Ulumul Hadis,(Bandung:CV Pustaka Setia,

Suparta, Munzier, 2002.Ilmu Hadis.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Affandi,Bisri, 1993.Ilmu Tafsir dan Hadits.Surabaya:CV Aneka Bahagia Offset.

Rahman,Zufran. 1995.Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Ajaran

Islam.Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya.

13

Anda mungkin juga menyukai