Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SUMBER-SUMBER AL – QUR’AN DAN HADITS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Cholidi, M.A

Disusun Oleh:
Riptaliza (23021040017)
Tria Keysa Salsabila (23021040018)
Rachel Alia Noviyanti (23021040024)

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang


Tahun 2024
KATA PENGANTAR

Assalamu a’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang "Sumber-Sumber Al-Qur’an dan Hadits" ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Ushul Fiqh. Kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memdukung makalah ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf jika di dalam
makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik
Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI

Judul ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR .................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................ Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

C. Tujuan Penulis ....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 6

A. Al’Qur’an sebagai sumber hukum islam ............................................................. 6

1. Pengertian Al-Qur’an .................................................................................... 6

2. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hukum islamError! Bookmark not


defined.

3. Kandungan hukum dalam Al-Qur’an ............................................................. 7

B. Hadits sebagai sumber hukum islam.................................................................... 7

1. Pengertian hadits ............................................................................................. 7

2. Kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam ............................................ 8

3. Fungsi hadits terhadap Al-Qur'an…………………………………..………..9


BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 10

Kesimpulan .............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 11


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Sumber hukum dalam agama Islam yang paling utama dan pokok dalam
menetapkan hukum dan memecah masalah dalam mencari suatu jawaban adalah al-Qur’an
dan al-Hadis. Sebagai sumber paling utama dalam Islam, al-Qur'an merupakan sumber
pokok dalam berbagai hukum Islam. Al-Qur’an sebagai sumber hukum isinya merupakan
susunan hukum yang sudah lengkap. Selain itu juga al-Qur`an memberikan tuntunan bagi
manusia mengenai apa-apa yang seharusnya ia perbuat dan ia tinggalkan dalam kehidupan
kesehariannya. Sedangkan al-Hadis merupakan sumber hukum yang kedua setelah al-
Qur’an. Disamping sebagai sumber ajaran Islam yang secara langsung terkait dengan
keharusan mentaati Rasulullah Saw, juga karena fungsinya sebagai penjelas (bayan) bagi
ungkapan-ungkapan al-Qur’an mujmal, mutlak, amm dan sebagainya. Al-Qur’an
merupakan hidayah Allah yang melengkapi segala aspek kehidupan manusia.

Sumber paling utama dalam Islam adalah al-Qur’an, yang merupakan sumber pokok
bagi aqidah, ibadah, etika, dan hukum. al-Qur’an merupakan sumber primer karena tidak
lepas dari apa yang dikandung oleh alQur’an itu sendiri. Di dalam al-Qur’an sendiri di
jelaskan segala sesuatu yang berkenaan dengan segala kebutuhan manusia demi
kelangsungan hidupnya. Meskipun al-Qur’an itu bukanlah ilmu pengetahuan dan bukan
pula ilmu filsafat. Tetapi didalamnya terkandung pembicaraan-pembicaraan yang penuh
isyarat untuk ilmu pengetahuan dan ilmu kefilsafatan. Sejak pertama kali di turunkan, al-
Qur’an telah merubah arah dan paradigma bangsa Arab dan manusia pada umumnya.
Berbagai sisi kehidupan manusia mengalami pergeseran arah yang lebih baik dengan
hadirnya al-Qur’an.

Hal ini merupakan salah satu pengaruh ajaran dan ilmu pengetahuan yang
terkandung dalam alQur’an. Sementara itu, ada yang mengatakan bahwa semua ilmu dan
pengetahuan yang ada di dunia dan akhirat sudah terangkum semua di dalam al-Qur’an.
Dalam al-Qur’an Allah Swt. berfirman, “… barangsiapa tidak memutuskan dengan apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.” (Q.S. al-Ma’idah/5:44).
Ayat tersebut mendorong manusia, terutama orang-orang yang beriman agar menjadikan
al-Qur’an sebagai sumber hukum dalam memutuskan suatu perkara, sehingga siapa pun
yang tidak menjadikannya sebagai sumber hukum untuk memutuskan perkara, maka
manusia dianggap tidak beriman. Hukum-hukum Allah Swt. yang tercantum di dalam al-
Qur’an sesungguhnya dimaksudkan untuk kemaslahatan dan kepentingan hidup manusia
itu sendiri. Allah Swt. sebagai Pencipta manusia dan alam semesta Maha Mengetahui
terhadap apa yang diperlukan agar manusia hidup damai, aman, dan sentosa.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan
masalah, antara lain, yaitu :
1. Bagaimana kedudukan Al-Qur'an sebagai sumber hukum islam?
2. Bagaimana kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam?
3. Bagaimana kedudukan ijtihad sebagai upaya dalam memahami Al-Qur'an dan
Hadits?

C. Tujuan Penulis

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran untuk
lebihmemahami sumber-sumber hukum islam. Melalui makalah ini diharapkan dapat
menjadipenambah wawasan agar lebih mengetahui apa saja sumber hukum islam itu.
Selain itu penulisanmakalah ini ditujukan pula untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
ekonomi syari'ah.
BAB II PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam

Setiap ajaran tentunya terdapat hukum-hukum yang mengikat para pemeluknya. Dalam
agama Islam, terdapat beberapa sumber hukum yang mengatur tindak-tanduk pemeluknya
(muslim) dalam kegiatannya menjadi seorang hamba dan khalifah di Bumi. Sumber
hukum Islam merupakan dasar utama untuk mengambil istinbat hukum. Oleh karenanya
segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan haruslah berdasarkan pada sumber
hukum tersebut.

Sumber hukum pertama adalah al- Qur’an, yaitu wahyu atau kalamullah yang sudah
dijamin keontentikannya dan jugaterhindar dari intervensi tangan manusia. Sehingga
dengan penyucian tersebut meneguhkan posisi al-Qur’an sebagai sumber hukum yang
utama.

Oleh karena itu, sebagai sumber utama hendaklah ia memiliki sifat dinamis, benar, dan
mutlak. Sudah selayaknya jika al-Qur’an bersifat dinamis, benar, dan mutlak. Dinamis
dalam arti al-Qur’an dapat diterapkan di manapun, dan kapanpun, serta kepada siapapun.
Kebenaran al-Qur’an dapat dibuktikan dengan realita atau fakta yang terjadi sebenarnya.
Terakhir, al-Qur’an tidak diragukan kebenarannya serta tidak akan terbantahkan.

Dalam eksistensinya, sumber hukum dalam Islam tidak hanya al-Qur’an saja,
melainkan juga Hadis, Ijma’ dan Qiyas. Ketiganya hanyalah sebagai sumber skunder
hukum-hukum Islam, sumber-sumber ini bukan berfungsi sebagai penyempurna al-Qur’an
melainkan sebagai penyempurna pemahaman manusia akan maqasid al-syari’ah. Karena
al-Qur’an telah sempurna sedangkan pemahaman manusia yang tidak sempurna, sehingga
dibutuhkan penjelas (bayan) sebagai tindakan penjabaran tentang sesuatu yang belum
dipahami secara seksama.

1. Pengertian Al-Qur’an

Secara bahasa (etimologi) Al-qur’an merupakan bentuk masdar (kata benda) dari
Kata kerja Qoro-a yang bermakna membaca atau bacaan. Ada yang berpendapat bahwa
Qur’an adalah masdar yang bermakna isim maf’ul, karenanya ia berarti yang dibaca
atau maqru’. Menurut para ahli bahasa, kata yang berwazan fu’lan memiliki arti
kesempurnaan. Karena itu Al-qur’an adalah bacaan yang sempurna. Sedangkan
pengertian menurut istilah (terminologi) Al-qur’an adalah:” kitab Allah yang
diturunkan kepada utusan Allah, Muhammad SAW. Yang ter maktub dalam mushaf,
dan disampaikan kepada kita secara mutawatir, tanpa ada keraguan”.

Secara mutawatir, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surah Al-Fatihah dan
Diakhiri dengan surah An-nas. Membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai
Mukjizat Nabi Muhammad saw. Dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat Manusia.
Allah Swt. Berfirman:

۹: ‫ﺖ ا َ ﱠن ﻟَ ُﮭ ْﻢ اَﺟْ ًﺮا َﻛ ِﺒﯿ ًْﺮ ۙا‬ ‫ﺸ ُِﺮ ْاﻟ ُﻤﺆْ ﻣِ ﻨِﯿْﻦَ اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦَ َﯾ ْﻌ َﻤﻠُ ْﻮنَ اﻟ ﱣ‬
ِ ٰ‫ﺼ ِﻠﺤ‬ ْ ‫ا ﱠِن ٰھﺬَا ْاﻟﻘُ ْﺮ ٰانَ َﯾ ْﮭﺪ‬
َ ‫ِي ِﻟﻠﱠﺘِ ْﻲ ھ‬
ّ ‫ِﻲ ا َ ْﻗ َﻮ ُم َوﯾُ َﺒ‬

“Sungguh, al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa
mereka akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S. Al-Isra/17:9)

2. Kedudukan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam

Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat tinggi.
Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan harus
merujuk dan berpedoman kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. Dalam
Al-Qur’an:

‫ﺳ ْﻮ ِل ا ِْن‬
ُ ‫اﻟﺮ‬
‫� َو ﱠ‬ َ ‫ﺳ ْﻮ َل َواُوﻟِﻰ ْاﻻَ ْﻣ ِﺮ ﻣِ ْﻨ ُﻜ ۚ ْﻢ ﻓَﺎ ِْن ﺗَﻨَﺎزَ ْﻋﺘ ُ ْﻢ ﻓِ ْﻲ‬
ِ ‫ﺷ ْﻲءٍ ﻓَ ُﺮد ْﱡوهُ اِﻟَﻰ ﱣ‬ ‫� َواَطِ ْﯿﻌُﻮا ﱠ‬
ُ ‫اﻟﺮ‬ َ ‫ٰﯾٓﺎَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦَ ٰا َﻣﻨُ ْٓﻮا اَطِ ْﯿﻌُﻮا ﱣ‬
ࣖ ‫ﺴ ُﻦ ﺗ َﺄ ْ ِوﯾ ًْﻼ‬
َ ‫اﻻﺧِ ۗ ِﺮ ٰذﻟِﻚَ َﺧﯿ ٌْﺮ ﱠوا َ ْﺣ‬
ٰ ْ ‫ﺎ� َو ْاﻟﯿَ ْﻮ ِم‬
ِ ‫ُﻛ ْﻨﺘ ُ ْﻢ ﺗُﺆْ ﻣِ ﻨُ ْﻮنَ ِﺑ ﱣ‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya


(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Swt. (al-
Qur’an) dan Rasul-Nya (sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-
Nisa’/4:59)

3. Kandungan Hukum Dalam Al-Qur’an

Para ulama mengelompokkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an ke dalam


tiga bagian, yaitu seperti berikut:

a. Akidah atau keimanan. Akidah atau keimanan adalahkeyakinan yang tertancap


kuat di dalam hati. Akidah terkait dengan keimanan terhadap hal-hal yang gaib
yang terangkum dalam rukun iman (arkanul iman), yaitu iman kepada Allah Swt.
Iman kepada malaikat, iman kepada kitab suci, iman kepada para rasul, iman
kepada hari kiamat, dan iman kepada qada/qadar Allah Swt.
b. Syari’at atau ibadah. Hukum ini mengatur tentang tata cara ibadah baik yang
berhubungan langsung dengan al-Khaliq (Pencipta). Yaitu Allah Swt. Yang
disebut. Ibadah mahdah, maupun yang berhubungan dengan sesama makhluknya
yang disebut dengan ibadah gairu mahdah. Ilmu yang mempelajari tata cara
ibadah dinamakan ilmu fikih.

Selain itu, adapula beberapa ulama yang mengelompokkan kandungan hukum


dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

a. Hukum ibadah.
Hukum ini mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah yang sesuai
dengan ajaran Islam. Hukum ini mengandung perintah untuk mengerjakan salat,
haji, zakat, puasa, dan lain sebagainya.
b. Hukum muamalah.
Hukum ini mengatur interaksi antara manusia dan sesamanya, seperti hukum
tentang tata cara jual beli dalam Islam, hukum pidana, hukum perdata, hukum
warisan, pernikahan, politik, dan lain sebagainya

B. Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam

1. Pengertian Hadits

Secara bahasa, hadis berarti perkataan atau ucapan. Sedangkan menurut istilah,
hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (takrir) yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad saw. Hadis juga dinamakan sunnah. Namun demikian, ulama hadis
membedakan hadis dengan sunnah. Hadis adalah ucapan atau perkataan Rasulullah
saw.. sedangkan sunnah adalah segala apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Yang
menjadi sumber hukum Islam. Sedangkan hadits menurut istilah para ahli hadits adalah

ٍ‫ أَ ْو َوﺻْﻒ‬،‫ أ َ ْو ﺗَ ْﻘ ِﺮﯾ ٍْﺮ‬،‫ أ َ ْو ﻓِ ْﻌ ٍﻞ‬،‫ﺳﻠﱠ َﻢ ﻣِ ْﻦ ﻗَ ْﻮ ٍل‬ َ ُ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲ‬


َ ‫ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو‬ ّ ِ‫ْﻒ إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺒ‬
َ ِ‫ﻲ‬ ِ ُ ‫َﻣﺎ أ‬
ُ ‫ﺿﯿ‬

Adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi


wasallam baik ucapan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat.

Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik, maupun kepribadiannya. Hingga gerak dan diamnya ketika
terbangun maupun tertidur juga disebut sebagai hadits. Maka dari itu pengertian ini juga
mencakup setiap keadaan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam menurut para
ahli hadits. Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw, terdiri atas beberapa
bagian yang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain
sebagai berikut :

a. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis dari
Rasulullah saw. Sampai kepada kita sekarang ini.
b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw. Hadis.
c. Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadis.

2. Kedudukan Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam

Al-Qur’an dan Hadist merupakan dua sumber hukum syariat Islam yang tetap,
yang mana orang Islam tidak mungkin memahami syariat Islam secara mendalam dan
lengkap tanpa kembali kepada kedua sumber Islam tersebut.

Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist yang memberikan pengertian bahwa hadist itu
merupakan sumber hukum Islam selain Al-Qur’an yang wajib diikuti, baik dalam
perintah. Maupun larangannya. Pada umumnya Al-Qur’an membawa keterangan-
keterangan yang bersifat mujmal, sehingga banyak hukum yang tidak dapat dijalankan
tanpa syarah dari Nabi Muhammad saw. Jumhur (mayoritas) ulama telah sepakat bahwa
dasar hukum Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Dari segi urutan tingkatan dasar
Islam ini, hadist mempunyai kedudukan sebagai sumber hukum islam kedua setelah Al-
Qur’an karena beberapa alasan, sebagai berikut:

1. Sunnah sebagai penjelas terhadap Al-Qur’an. Kedudukan penjelas berada satu


tingkat di bawah pihak yang dijelaskan. Teks Al-Qur’an sebagai pokok asal,
sedang Sunnah sebagai penjelas (tafsir) yang dibangun karenanya.
2. Mayoritas Sunnah relatif kebenarannya (zhanniy ats-tsubut). Sehingga derajatnya
lebih rendah dari al-Quran yang berfaedah qath’i ats-tsubut.

3. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an

Pada dasarnya, Hadist memiliki fungsi utama menegaskan, memperjelas dan


menguatkan hukum-hukum dan hal lain yang ada di Al-Qur’an. Para ulama sepakat
setiap umat islam diwajibkan untuk mengikuti perintah yang terdapat pada hadist-hadist
shahih. Dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist, niscaya hidup kita
dijamin tidak akan tersesat. Hadist memiliki peranan penting dalam menjelaskan
(bayan) firman-firman Allah SWT didalam Al-Qur’an. Secara lebih rinci dijelaskan
fungsi-fungsi hadist dalam islam, sebagai berikut:

1. Bayan Al-Taqrir (Memperjelas isi Al Quran)

Fungsi Hadist sebagai bayan al-Taqrir berarti memperkuat atau


memperjelas isi dari Al-Qur’an. Sebagai contoh hadist yang diriwayatkan oleh
H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu, yakni: “Rasulullah SAW
bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai ia berwudhu”
(HR. Bukhori dan Abu Hurairah). Hadits tersebut mentaqrir dari Surat Al-Maidah
ayat 6 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,


maka basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (QS.Al-Maidah:6)

2. Bayan At-Tafsir (Menafsirkan isi Al Quran).

Fungsi Hadist sebagai bayan at-tafsir berarti memberikan tafsiran


(perincian) terhadap isi Al-Qur’an yang masih bersifat umum (mujmal) serta
memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat mutlak
(taqyid). Contoh Hadist sebagai bayan At tafsir adalah penjelasan Nabi
Muhammad SAW mengenai hukum pencurian, yakni:

“Rasulullah SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri, maka beliau


memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan” Hadist tersebut
menafsirkan Surat Al-Maidah ayat 38:

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan


keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah” (QS.Al-Maidah:38)

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan hukuman bagi seorang


pencuri dengan memotong tangannya. Ayat ini masih bersifat umum, kemudian
Nabi Muhammad SAW memberikan batasan bahwa yang dipotong dari
pergelangan Tangan.
3. Bayan at-Tasyri (Memberi kepastian hukum islam yang tidak ada di Al -Qur’an)

Hadist sebagai bayan At tasyri ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau
ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an. Biasanya Al Qur’an
hanya menerangkan pokok-pokoknya saja. Sebagaimana contohnya Hadist
mengenai zakat fitrah, dibawah ini:

“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan
Ramadhan satu sha kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau
hamba, laki-laki atau perempuan”(HR. Muslim).

4. Bayan Nasakh (Mengganti ketentuan terdahulu)

Secara etimologi, An-Nasakh memiliki banyak arti diantaranya at-taqyir


(mengubah), al-itbal (membatalkan), at-tahwil (memindahkan), atau ijalah
(menghilangkan). Para ulama mendefinisikan Bayan An-nasakh berarti ketentuan
yang datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu, sebab
ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan lingkungannya dan lebih luas.
Salah satu contohnya yakni : “Tidak ada wasiat bagi ahli waris”. Hadits tersebut
menasakh Surat Al-Baqarah ayat 180:

“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan


(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-
bapak dan karib kerabat secara ma’ruf. (ini adalah kewajiban atas orang-orang
yang bertaqwa” (QS.Al-Baqarah: 180)

Untuk fungsi Hadist sebagai Bayan Nasakh ini masih terjadi perdebatan di
kalangan ulama. Para ulama Ibn Hazm dan Mutaqaddim membolehkan menasakh
Al- Qur’an dengan segala hadits walaupun hadits ahad. Kelompok Hanafiyah
berpendapat boleh menasakh dengan hadist masyhur tanpa harus matawatir,
Sedangkan para mu’tazilah membolehkan menasakh dengan syarat hadist harus
mutawatir. Selain itu, ada juga yang berpendapat Bayan Nasakh bukanlah fungsi
hadist.”
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. (wahyu) yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. melalui malaikat Jibril dan diajarkan kepada umatnya, dan membacanya
merupakan ibadah. AL-Qur’an adalah sumber hukum utama selain sebagai kitab suci. Oleh
karena itu, semua ketentuan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan hukum-
hukum yang terdapat dalam al-Qur’an. Hadis atau sunnah adalah segala ucapan atau perkataan,
perbuatan, serta ketetapan (takrir) Nabi Muhammad saw. yang terlepas dari hawa nafsu dan
perkara-perkara tercela. Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. dengan
demikian, hadis memiliki fungsi yang sangat penting dalam hukum Islam. di antara fungsi
hadis, yaitu untuk menegaskan ketentuan yang telah ada dalam al-Qur’an, menjelaskan ayat
al-Qur’an (bayan tafsir), dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum (bayyan
takhsis).

B. Saran

Merealisasikan dan menerapkan hukum-hukum Islam dalam kehidupan akan membawa


manfaat besar bagi manusia. Semua aturan atau hukum yang bersumber dari Allah Swt. dan
Rasul-Nya merupakan suatu aturan yang dapat membawa kemaslahatan hidup di dunia dan
akhirat.
DAFTAR PUSTAKA

As Suyuthi, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani
Press.

Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Kementerian Agama
RI.

Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian


Agama RI.

Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’an Tematik. Jakarta: Kementerian Agama
RI.

Mu’thi, Fadlolan Musyaffa’. 2008. Potret Islam Universal. Tuban: Syauqi Press.

Anda mungkin juga menyukai