Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HADIS MU’DLAL DAN MUNQATHI’


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulum Al-Hadis
Dosen Pengampu: Drs. Harun Rasyid M.Ag.

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD IBNU AL FAJ’RI (11200340000060)
MUHAMMAD KHOIRUL ARIFIN (11200340000061)
MUHAMMAD MUTSAQQIF (11200340000063)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur atas rahmat dan rezeki yang telah diberikan
Allah Swt. kepada kita. Semoga kita selalu dan senantiasa beriman kepada-Nya dan
mendapatkan ridho-Nya dan selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan.
Tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad
Saw. beserta kepada keluarga dan sahabat beliau yang sannatiasa membantu
Rasulullah dalam melaksanakan perintah Allah, yaitu berdakwah kepada seluruh
umat manusia. Yang telah membawa agama islam sebagai agama rahmatan lil
‘aalamiin. Semoga kita bisa mendapatkan syafa’atnya di yaumil qiyamah nanti.
Aamiin ya robbal aalamiin.
Terima kasih kepada Drs. Harun Rasyid, M.A. selaku dosen pengampu yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya. Serta kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini berisi tentang Hadis Dhoif
dari segi keterputusan sanad. Penulis akan membahas tentang Hadis Munqathi’ dan
Mu’dlal. Semoga makalah ini bisa makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin yaa robbal aalamiin.

Jakarta, 13 April 2021


Penyusun
Muhammad Ibnu Al Faj’ri
Muhammad Khoirul Arifin
Muhammad Mutsaqqif

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

ISI..................................................................................................................................3

A. HADIS MUNQATHI’........................................................................................3

B. HADIS MU’DLAL.............................................................................................4

C. CONTOH-CONTOH HADIS MUNQATHI’ DAN MU’DLAL.......................6

BAB III........................................................................................................................10

PENUTUP...................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Hadis sangat penting bagi umat Islam, karena jika hukum yang di cari tidak ada
dalam Al-Qur’an, maka merujuk kepada hadis Rasulullah. Baik itu dari
perkataan, perbuatan, ataupun dari ketetapan Nabi. Tetapi hadis yang diambil
untuk dijadikan hujah ataupun dijadikan rujukan adalah hadis Shahih dan Hadis
Hasan Saja. Adapun hadis Dhoif tidak dapat diambil untuk dijadikan rujukan
ataupun hujjah. Dikarenakan ada kecatatan yang dialami hadis tersebut baik dari
sanadnya ataupun pada matan.
Hadis Dhoif bisa disebabkan karena kecacatan dalam periwayatan ataupun
kecacatan dalam kedhabitan sang periwayat. Hadis Dhoif bisa naik derajat pada
tingkatan Hadis Hasan melalui tahapan dan seleksi yang dilakukan oleh para ahli
hadis dengan sangat ketat. Akan tatapi hadis tersebut dinamakan dengan hadis
Hasan Lighoirihi. Banyak hadis-hadis Dhoif yang tersebar dan yang populer di
kalangan masyarakat , dan itu dijadikan sebagai rujukan untuk berdakwah. Tetapi
pada kesempatan kali ini penulis akan membahas hadis Dhoif dari segi
keterputusan sanad. Yaitu Hadis Munqathi’ dan Mu’dlal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hadis Munqathi’ dan Mu’dlal?
2. Apa hukum dari Hadis Munqathi’ dan Mu’dlal?
3. Apa contoh dari Hadis Munqathi’ dan Mu’dlal?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hadis Munqathi’ dan Mu’dlal
2. Untuk mengetahui hukum dari Hadis Munqathi’ dan Mu’dlal
3. Untuk mengetahui contoh dari Hadis Munqathi’ dan Mu’dlal

2
BAB II

ISI

A. Hadis Munqathi’
1. Pengertian Hadis Munqathi’
Secara bahasa, kata munqati’ berasal dari kata ‫َفُهَو ُم ْنَقِطٌع‬- ‫ َيْنَقِطُع – ِإْنِقَطاًعا‬- ‫ِإْنَقَطَع‬
yang berarti terputus, lawan dari kata muttashil yang berarti bersambung.
Nama inqatha’a atau terputus, karena ada sanad yang tidak bersambung,
ibarat seutas tali atau benang yang terputus dan tidak ada yang
menyambungkannya. Adapun secara istilah, hadis munqathi ada beberapa
pendapat, yaitu:
a. Menurut fuqaha, ushuliyyun, dan segolongan Muhaddisin:

‫َم ا َلْم َيَّتِص ْل ِإْس َنُادُه َعَلى َأِّي َو ْج ٍه َك اَن ِإْنِق َطاُعُه‬
“Munqathi’ adalah hadis yang sanadnya tidak bersambung bagaimanapun
bentuk tidak bersambungnya / di mana saja keterputusan sanadnya.”
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa terputusnya sanad bisa di mana
saja. baik di awal sanad, tengah sanad, ataupun di akhir sanad. Maka menurut
definisi tersebut bahwa hadis mu’allaq, mursal, dan Mu’dlal juga termasuk
bagian dari hadis munqathi’.
b. Menurut mayoritas Muhaddisin:

‫َما َس َق َط ِم ْن ِإْس َناِدِه َر اٍو َأْو َأْك َثُر َقْبَل الَّص َح اِبى اَل َعَلى الَّتَو اِلي‬
“Hadis yang digugurkan dari sanadnya seorang perawi atau lebih
sebelum sahabat, tidak berurutan (berturut-turut).”
Definisi di atas berbeda dengan definisi yang pertama. Definisi
tersebut menjelaskan bahwa terputusnya sanad adalah sebelum sahabat dan

3
yang digugurkan sanadnya yaitu seorang perawi atau lebih dan tidak berturut-
turut. Dan menurut para pakar Hadis kontemporer, mengkhususkan Hadis
Munqathi’, dan tidak terdapat atau berbeda dengan Hadis Mursal (gugur pada
akhir sanad), Mu’allaq (gugur pada awal sanad), dan Mu’dlal (gugur dua rawi
secara berturut-turut di manapun tempatnya).
2. Cara Mengetahui Hadis Munqathi’
Inqatha’ pada sanad atau terputusnya sanad pada hadis tersebut dapat
diketahui karena tidak adanya pertemuan antara perawi dengan orang
yang menyampaikan periwayatan, karena keduanya tidak pernah bertemu
langsung atau tidak hidup semasa antara keduanya. Untuk mengetahui hal
tersebut adalah dengan menganalisis tahun kelahiran dan wafat mereka.
3. Hukum Hadis Munqathi’
Para ulama Hadis sepakat menyatakan bahwa Hadis Munqathi’
hukumnya adalah Dhoif, karena tidak diketahuinya keadaan perawi yang
dihapus atau yang digugurkan.

B. Hadis Mu’dlal
1. Pengertian Hadis Mu’dlal
a. Menurut Dr Mahmud Thahhan, hadis Mu’dlal adalah:

‫ اسم مفعول من " أعضله " بمعني أعياه‬:‫لغة‬


Menurut bahasa: kata Mu’dlal merupakan isim maf’ul dari kata a’dhalahu,
yang berarti tempat yang memberatkan.

‫ ما سقط من إسناده اثنان فأكثر على التوالي‬:‫اصطالحًا‬

4
Menurut istilah: Hadis yang sanadnya gugur dua orang rawi atau lebih
secara berturut-turut.1
b. Menurut Syaikh Shalih Al-Utsaimin, hadis Mu’dlal adalah:

‫ما حذف من أثناء سنده راويان فأكثر على التوالى‬.


Artinya: “Hadis Mu’dlal adalah hadis yang di tengah-tengah sanadnya ada dua
orang rawi atau lebih yang dihapus secara berturut-turut.”2
c. Imam Al-Hakim An-Naisaburi menyebutkan bahwa definisi hadis Mu’dlal
adalah:

‫أن المعضل من الروايات أن يكون بين المرسل إلى رسول اهلل صلى‬

‫اهلل عليه وسلم أكسر من رجل‬.


“Mu’dlal dalam riwayat adalah bahwa terdapat antara seorang Mursil
(orang yang menggugurkan rangkaian sanad hadis sebelum Rasul) kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih dari satu orang.”3
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa hadis Mu’dlal adalah setiap hadis
yang gugur dua orang perawi atau lebih dari sanadnya secara berturut-turut,
baik itu di awal, di tengah, ataupun di akhir.4
2. Hukum Hadis Mu’dlal
Hadis Mu’dlal merupakan hadis Dhoif, yang keadaannya lebih buruk
dibandingkan dengan hadis Mursal amupun hadis Munqathi’. Hal itu karena
banyaknya rawi sanad yang dibuang. Ini merupakan hukum hadis Mu’dlal
berdasarkan kesepakatan ulama.5

1
Mahmud Thahan. Taisir Mushthalah Al-Hadits. (Markz Al-Huda li Ad-Dirasat, Kuwait)
2
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Mushthalah Al-Hadits. (Maktabah Al-Ilm, Kairo)
3
Al-Hakim An-Naisaburi. Ma’rifat ‘Ulumul Al-Hadits.
4
Nawir Yuslem. Ulumul Hadis. (PT. Mutiara Sumber Widya: Jakarta, 1998)
5
Mahmud Thahan. Taisir Mushthalah Al-Hadits. (Markz Al-Huda li Ad-Dirasat, Kuwait)

5
C. Contoh-contoh Hadis Munqathi’ Dan Mu’dlal
1. Contoh Hadis Munqathi’
a. H.R. Abu Dawud No. 1429

‫َح َّد َثَنا ُش َج اُع ْبُن َم ْخ َلٍد َح َّد َثَنا ُه َش ْيٌم َأْخ َبَر َنا ُيوُن ْبُن ُعَبْيٍد َعْن اْلَح َس ِن َأَّن‬
‫ُس‬
‫ِع‬
‫ُعَمَر ْبَن اْلَخ َّطاِب َجَمَع الَّناَس َعَلى ُأَبِّي ْبِن َك ْع ٍب َفَك اَن ُيَص ِّلي َلُه ْم ْش ِر يَن‬

‫َلْيَلًة َو اَل َيْق ُنُت ِبِه ْم ِإاَّل ِفي الِّنْص ِف اْلَباِقي َفِإ َذا َك اَنْت اْلَعْش ُر اَأْلَو اِخ ُر َتَخ َّلَف‬

‫َفَص َّلى ِفي َبْيِتِه َفَك اُنوا َيُقوُلوَن َأَبَق ُأَبٌّي‬


6

Telah menceritakan kepada Kami [Syuja' bin Makhlad], telah


menceritakan kepada Kami [Husyaim], telah mengabarkan kepada Kami
[Yunus bin 'Ubaid] dari [Al Hasan (al-Bashri)] bahwa [Umar bin
Khattab] R.a. mengumpulkan orang-orang untuk melakukan salat di
belakang Ubai bin Kaab, ia melakukan salat sebagai imam mereka
selama dua puluh malam, dan dia tidak melakukan kunut bersama
mereka kecuali pada setengah bulan terakhir. Dan apabila sudah masuk
hari kesepuluh terakhir ia mengundurkan diri dan melakukan salat di
rumahnya, hingga orang-orang mengatakan bahwa Ubai telah kabur.
Sanad hadis ini munqathi’. Al-Hasan al-Bashri dilahirkan pada tahun 21
H, sedangkan Umar bin al-Khattab wafat pada akhir tahun 23 H atau
pada tahun 24 H, maka tidak mungkin Al-Hasan mendengar hadis dari
Umar karena dia masih kecil.7

b. H.R. At-Tirmizi dalam al-‘ilal al-kabir dan Jami’ al-Tirmidzi No.1453

6
Abu Dawud Al-Sajistâniy, Sunan Abi Dawud (jilid 3), al-Dar al-Risalah al-Alamiyyah, Beirut (Lebanon),
2009, hlm. 578-579.
7
Dr. Nuruddin ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi Ulum al-Hadits, Dar Al-Fikr, Damaskus, 1979, hlm. 368.

6
،‫ َعِن اْلَح َّج اِج ْبِن َأْر َطاَة‬، ‫ َح َّد َثَنا ُمَعَّم ُر ْبُن ُس َلْيَم اَن الَّر ِّقُّي‬، ‫َح َّد َثَنا َعِلُّي ْبُن ُح ْج ٍر‬

‫ َقاَل اْسُتْك ِر ِت ا َأٌة َعَلى َعْه ِد‬،‫ َع َأِبيِه‬، ‫َع ِد اْل َّباِر ِن اِئِل ِن ٍر‬
‫َه ْم َر‬ ‫ْن َعْب َج ْب َو ْب ُح ْج ْن‬

‫َرُس وِل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم َفَد َر َأ َعْنَه ا َرُس وُل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم‬

‫ اْلَح َّد َو َأَقاَم ُه َعَلى اَّلِذ ي َأَص اَبَه ا َو َلْم ُيْذ َك ْر َأَّنُه َجَعَل َلَه ا َم ْه ًر ا‬8
Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Hujr], telah menceritakan
kepada kami [Muammar bin Sulaiman Ar Raqqi] dari [Al Hajjaj bin
Arthah] dari [Abdul Jabbar bin Wa`il bin Hujr] dari [ayahnya] ia
berkata; Pada zaman Rasulullah ‫ ﷺ‬ada seorang wanita yang dipaksa
berzina, lalu Rasulullah ‫ ﷺ‬menahan hukuman darinya dan menghukum
orang yang melakukannya, namun tidak disebutkan bahwa ia harus
menyediakan mahar untuk wanita itu.
Sanad hadis ini munqathi’ di dua tempat. Al-Bukhari berkata, “Al Hajjaj
bin Arthah tidak pernah mendengar hadis dari Abdul Jabbar bin Wa`il,
dan Abdul Jabbar tidak pernah mendengar hadis dari ayahnya sebab ia
dilahirkan setelah ayahnya meninggal.9

2. Contoh Hadis Mu’dlal


a. H.R. Al-Hakim dalam Ma’rifatu ‘ulum al-hadits dengan sanad dari al-
Qa’nabiy dari Malik bahwa telah sampai kepadanya suatu hadis bahwa
Abu Hurairah R.a. berkata, bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ِلْلَمْم ُلوِك َطَعاُمُه َو ِكْسَو ُتُه َو اَل ُيَك َّلُف ِم ْن اْلَعَم ِل ِإاَّل َم ا ُيِط يُق‬

8
Muhammad bin Isa At-Tirmizi, Jami’ al-Tirmidzi (Sunan al-Tirmizi), Wizarah asy-Syu`un al-Islamiyyah
wa al-Auqaf wa ad-Da'wah wa al-Irsyad, Riyadh, 2000, hlm. 353
9
Nuruddin ‘Itr, Op. Cit. hlm. 369

7
Seorang budak itu berhak mendapatkan makan dan sandang (dari
tuannya) dan janganlah dia dibebani atas suatu pekerjaan
melainkan sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Imam Al-Hakim, hadis tersebut adalah hadis mu’dlal karena
Imam Malik membuang dua perawi, yakni Muhammad bin ‘Ajlân dan
‘Ajlân. Seharusnya dua nama itu disebutkan sebelum Abu Hurairah R.a.10
b. H.R. Ad-Dailamy dalam al-Firdaus bi ma`tsur al-khatab yang
disebutkan juga oleh Abu Hamid Al-Ghazali dalam Ihya` Ulum ad-Din
pada Kitab al-Mahabbah wa al-Syauq wa al-Ans wa al-Ridla:

‫َال َيْس َتْك ِم ُل َعْبُد اِإْل َمْيان َح ىَّت َيُك ْو َن ِقَّلُة الَّش ْي ِء َأَح َّب ِإَلْيِه ِم ْن َك ْثَر ِتِه َو َح ىَّت َيُك ْو َن َأْن اَل‬

‫ُيْع َر ف َأَح ُّب ِإَلْيِه ِم ْن َأْن ُيْع َر َف‬


Tidaklah sempurna iman seorang hamba hingga keadaan yang
sedikit lebih ia sukai dibandingkan keadaan yang banyak, dan
sampai ketidakterkenalan lebih ia sukai dibandingkan ia dikenal.

‫ رواه الديلمي يف مسند الفردوس من حديث علي بن أيب طلحة وهو إمنا‬:‫قال العراقي‬

‫مسع من التابعني فهو معضل وقد تقدم‬


Imam al-‘Iraqi berkata, “Hadis ini diriwayatkan oleh ad-Dailamiy dalam
Musnad al-Firdaus dari hadis Ali bin Abi Thalhah, dan ia mendengar
dari tabiin yang lain.11 Sehingga, hadis itu terputus sanadnya, tidak
diketahui siapa Sahabat Nabi yang meriwayatkan. Tidak diketahui pula
siapa murid Sahabat (Tabiin) yang menyampaikan kepada Ali bin Abi
Thalhah. Di sini sanadnya terputus dari dua orang rawi.
BAB III
10
Mahmud al-Thalhan, Taisir Musthalah al-Hadits, Markaz al-Huda Li ad-Dirasat, Iskandariyyah, 2008,
hlm. 59
11
Murtadha Zabidi, Kitab Takhrij Ahadits Ihya Ulum ad-Din (jilid 5), Dar al-‘Ashimah Li al-Nasyr,
Riyadh, 1987, hlm. 371 dari al-maktabah.org

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadis Munqathi’ dan Hadis Mu’dlal termasuk Hadis Dhoif dari segi
keterputusan sanadnya. Adapun secara bahasa, hadis Munqathi’ berarti terputus,
lawan dari kata bersambung. Adapun secara istilah ada perbedaan pendapat.
Tetapi pendapat yang paling kuat mengatakan bahwa hadis Munqathi’ adalah
hadis yang terputus sanadnya setelah sahabat, seorang perawi atau lebih dan
tidak berturut-turut. Adapun pengertian hadis Mu’dlal secara bahasa berasal dari
isim maf’ul yang berarti tempat yang memberatkan. Adapun secara istilah
adalah Hadis yang terputus sanadnya di tengah sanad, dan terputusnya adalah
dua orang atau lebih secara berturut-turut.

B. Saran
1. Bagi pembaca, penyusun menyarankan agar membaca makalah ini dengan
cermat, dan semoga makalah ini bisa menambah wawasan pembaca tentang
Hadis Munqathi’ dan Hadis Mu’dlal.
2. Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca membaca langsung pada
literatur terkait dan memperbanyak contoh-contoh hadis munqathi’ dan
mu’dlal secara mandiri.
3. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam makalah ini terdapat kesalahan,
untuk itu penulis menyarankan agar pembaca mengkritisinya dengan baik dan
berkenan mengabarkan kepada penulis jika terdapat kekeliruan dalam
makalah ini, baik kesalahan struktural maupun substansial.

9
DAFTAR PUSTAKA

‘Itr, Nuruddin, Dr., 1979. Manhaj al-Naqd fi Ulum al-Hadits. Damaskus: Dar Al-
Fikr.
Al-Sajistâniy, Abu Dawud, 2009. Sunan Abi Dawud (jilid 3). Beirut: al-Dar al-
Risalah al-Alamiyyah.
al-Thalhan, Mahmud. 2008. Taisir Musthalah al-Hadits. Iskandariyyah: Markaz al-
Huda Li ad-Dirasat.
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Mushthalah Al-Hadits. Kairo: Maktabah Al-
Ilm.

An-Naisaburi, Al-Hakim. Ma'rifat 'Ulumul Hadits.

At-Thahhan, Mahmud. 2019. Dasar-Dasar Ilmu Hadits. Jakarta: Ummul Qura

At-Tirmizi, Muhammad bin Isa, Imam. 2000. Jami’ al-Tirmidzi (Sunan al-Tirmizi).
Riyadh: Wizarah asy-Syu`un al-Islamiyyah wa al-Auqaf wa ad-Da'wah wa al-
Irsyad.
Khadijah. 2011. Ulumul Hadis. Medan: Perdana Publishing

Majid Khon, Abdul. 2018. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah

Yuslem, Mahmud. 1998. 'Ulumul Hadits. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya

Zabidi, Murtadha. 1987. Kitab Takhrij Ahadits Ihya Ulum ad-Din (jilid 5). Riyadh:
Dar al-‘Ashimah Li al-Nasyr. dari al-maktabah.org

10

Anda mungkin juga menyukai