Anda di halaman 1dari 3

Nama : Karunia Hazyimara

NIM : 80200222059
Mata Kuliah : Studi Hadis
Dosen Pengampu : Dr. Muzakkir, M.Pd.I

RESUME MATERI STUDI HADIS


Materi 1 - Hadits Dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
Hadis dalam Tinjauan Ontologi
Dalam tinjauan ontology, pembahasan hadis mencakup pada definisi hadis dan wilayah kajian
yang mencakup sanad dan matan. Hadis ialah Sesuatu yang datang dari Nabi SAW. Baik
berupa perkataan atau perbuatan atau persetujuan, sinonim dari hadis, yaitu Sunnah,
Khabar, dan Atsar, Sunnah pada dasarnya, tidak sama dengan hadis. Mengikuti arti bahasanya,
sunnah adalah jalan keagamaan yang ditempuh oleh Nabi SAW. Yang tercermin dalam
perilakunya yang suci. Apabila hadis bersifat umum, meliputi sabda dan perbuatan Nabi, maka
sunnah khusus berhubungan dengan perbuatan-perbuatan beliau. Perbedaan al- Qur’an dengan
hadis dijelaskan sebagai berikut:
a. Al-qur’an mukjizat Rasul, sedangkan hadis bukan mukjizat sekalipun hadis qudsi.
b. Al-qur’an terpelihara dari berbagai kekurangan dan pendistorsian tangan orang- orang
jahil .sedangkan hadis tidak terpelihara seperti al-Qur’an
c. Al-qur’an seluruhnya diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan hadis tidak banyak
diriwayatkan secara mutawatir..
d. Kebenaran ayat- ayat al-Qur’an bersifat qath’i al- wurud ( pasti atau mutlak
kebenarannya) dan kafir yang mengingkarinya. Sedangkan kebenaran hadis kebanyakan
bersifat zhanni al-wurud (relatif kebenarannya) kecuali mutawatir.
e. Al-Qur’an redaksi ( lafal) dan maknanya dari Allah dan hadis Qudsi maknanya dari Allah
redaksinya dari Nabi sendiri sesuai dengan maknanya. Sedang hadis nabawi berdasrkan wahyu
Allah atau ijtihad yang sesuai dengan wahyu.
f. Proses penyampaian al-Qur’an melalui wahyu yang tegas (jali) sedang hadis qudsi
melalui wahyu, atau ilham, atau mimpi dalam tidur.
g. Kewahyuhan al-Qur’an disebut dengan wahyu matluw (wahyu yang dibacakan)
sedangkan kewahyuan sunnah disebut wahyu ghair matluw ( wahyu yang tidak dibacakan)
tetapi terlintas dalam hati secara jelas dan yakin kemmudian diungkapkan Nabi dengan
redaksinya sendiri.
h. Membaca al-Qur’an dinilai sebagai ibadah setiap satu huruf pahalanya 10 kebaikan,
sedang membaca hadis sekalipun qudsi tidak dinilai ibadah.
i. Diantara surah al-Qur’an wajib dibaca dalam shalat seperi membaca surah al-Fatihah
yang dibaca pada setiap raka’at. Sedangkan dalam hadis tidak ada yang harus dibaca dalam
shalat sekalipun qudsi, bahkan tidak sah shalat seseorang yang menggantikan surah al-Qur’an
dengan hadis qudsi.
Hadis dan Sandaran Aspek dan Sifatnya
sinonimnya Spesifikasi
Hadis Nabi Perkataan (qauli) Lebih khusus dan
Perbuatan (fi’li) sekalipun
Persetujuan dilakukan sekali
(taqriri)
Sunnah Nabi dan para Perbuatan (fi’li) Menjadi tradisi
sahabat
Khabar Nabi dan selainnya Perkataan (qauli) Lebih umum
Perbuatan (fi’li)
Atsar Sahabat dan tabi’in Perkataan (qauli) Umum
Perbuatan (fi’li )

Hadis dalam Tinjauan Epistemologi


Setiap Hadis mempunyai dua buah bagian, yakni sanad dan matan. Sanad adalah penumpuan
kita kepada para parawi untuk ilmu pengetahuan Hadis, matan adalah ungkapan atau informasi
yang dinisbatkan pada Nabi. Untuk menetapkan validitas Hadis, epistemologi penelitian
bertumpu pada kaidah-kaidah dan langkah-langkah penelitian Hadis. Dari segi epistemologi
hadis meliputi: Unsur- unsur hadis terdiri dari sanad, matan, rawi dan mukharrij, Kalsifikasi
hadis dari segi kuantitas perwinya yaitu mutawatir dan ahad, (sebagian ulama berpendapat
(mutawatir, masyhur,dan ahad) sedangkan klasifikasi hadis dari segi kualitas sanad dan
matannya yaitu shahih, hasan dan dha’if.

Hadis dalam Tinjauan Aksiologi


Nilai aksiologis penelitian Hadis meliputi dua aspek capaian, yakni tujuandan nilai kegunaan
penelitian. Tujuan pokok penelitian Hadis baik dari segi sanadmaupun matan adalah untuk
mengetahui kulitas Hadis yang diteliti. KualitasHadis sangat perlu diketahui dalam
hubungannya dengan kehujahan Hadis yangbersangkutan. 32 Hadis yang kualilasnya tidak
memenuhi syarat tidak dapatdigunakan sebagai hujjah. Nilaikegunaan penelitian Hadis
tertumpu pada fakta intelektual bahwa penelitian terdahulu adalah produk ijtihad yang bersifat
dinamis dan rekorektif merupakan salah satu upaya untuk salain mengetahui sebarapa jauh
tingkatakurasi penelitian ulama terhadap hasil yang mereka leliti, juga untukmenghindarkan
diri dari penggunaan dalil Hadis yang tidak memenuhi syaratdilihat dari segi kehujahannya
Materi 2 - Pertumbuhan Dan Perkembangan Hadis Masa Nabi Hingga Masa Pembukuan
Hadis
Proses perkembangan hadis terbagi dalam 4 fase:
1. Perkembangan hadis masa Nabi Muhammada S.A.W
Hadis sudah ditulis oleh orang-orang pilihan Rasulullah. Namun tidak dipublikasikan
karena dikhawatirkan bercampur dengan wahyu. Perkembangan Hadis pada Masa
Rasulutlah SAW. periode ini disebut `Ashr Al-Wahyi wa At-Taqwin’ (masa turunnya
wahyu dan pembentukan masyarakat Islam). Pada periode inilah, hadis lahir berupa sabda
(aqwal), af’al, dan taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan AI-Quran untuk menegakkan
syariat. Selain disampaikan pada masa ini sahabat memiliki ketertarikan untuk menulis
secara pribadi untuk sebatas dokumentasi saja.
2. Perkembangan hadis pada masa sahabat besar (Khulafaur Rasyidin)
Pada masa ini sahabat masih menjaga kemurnian Al-Quran dan belum berkesempatan
mengumpulkan hadis. Periode kedua sejarah perkembangan hadis adalah masa sahabat,
khususnya Khulafa’ Al-Rasyidin yang berlangsung pada tahun 11 H sampai 40 H. masa
ini juga disebut masa sahabat besar. Pada masa ini para sahabat masih terfokus pada
pengumpulan dan pemeliharaan al-Qur’an. Sehingga periwayatan hadis belum
berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya. Oleh karena itu, para ulama
dianggap sebagai masa yang menunjukkan adanya pembatasan periwayatan.
3. Hadis pada masa sahabat kecil dan tabi’in
Hadis pada masa ini diajarkan oleh sahabat kepada tabi’in dan proses menerimanya sudha
lebih mudah. Karena Al-quran sudah dibukukan dengan sistematis. Hanya saja mungkin
pasti ada perbedaanya ialah dari segi beban yang dihadapi oleh sahabat dan tabi’in, dan
tentu beban sahabat lebih berat jika dibandingkan oleh tabi’in. karena dimasa tabi’in Al-
Qur’an telah dikumpulkan dalam satu mushaf, selain pula pada masa akhir periode
Khulafaurasyidin (terkusus pada masa Usman bin Affan), para sahabat ahli hadis telah
menyebar diberbagai Negara Islam.
4. Perkembangan hadis pada masa pembukuan hadis.
Mulai muncul kitab kitab hadis yang masyhur hingga sekarang. Ide penghimpunan hadis
Nabi secara tertulis pertama kali dikemukakan oleh 'Umar ibn al-Khathab (w. 23 H/644
M). Untuk merealisasikan idenya itu, 'Umar bermusyawarah dengan para sahabat Nabi dan
beristikharah. Para sahabat menyetujui idenya itu, tetapi setelah sekian lama istikharah,
'Umar sampai pada kesimpulan bahwa ia tidak akan melakukan penghimpunan dan
kodifikasi hadis, karena khawatir umat Islam akan berpaling dari al-Qur'an.

Anda mungkin juga menyukai