0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan3 halaman
Hadis merupakan perkataan, perbuatan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW. Hadis dapat dikaji dari aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara ontologis, hadis membahas definisi dan wilayah kajian hadis. Secara epistemologis, hadis membahas unsur-unsur dan klasifikasi hadis. Sedangkan secara aksiologis, hadis membahas tujuan dan manfaat penelitian hadis. Perkembangan hadis terbagi
Hadis merupakan perkataan, perbuatan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW. Hadis dapat dikaji dari aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara ontologis, hadis membahas definisi dan wilayah kajian hadis. Secara epistemologis, hadis membahas unsur-unsur dan klasifikasi hadis. Sedangkan secara aksiologis, hadis membahas tujuan dan manfaat penelitian hadis. Perkembangan hadis terbagi
Hadis merupakan perkataan, perbuatan, atau persetujuan Nabi Muhammad SAW. Hadis dapat dikaji dari aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara ontologis, hadis membahas definisi dan wilayah kajian hadis. Secara epistemologis, hadis membahas unsur-unsur dan klasifikasi hadis. Sedangkan secara aksiologis, hadis membahas tujuan dan manfaat penelitian hadis. Perkembangan hadis terbagi
NIM : 80200222059 Mata Kuliah : Studi Hadis Dosen Pengampu : Dr. Muzakkir, M.Pd.I
RESUME MATERI STUDI HADIS
Materi 1 - Hadits Dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Hadis dalam Tinjauan Ontologi Dalam tinjauan ontology, pembahasan hadis mencakup pada definisi hadis dan wilayah kajian yang mencakup sanad dan matan. Hadis ialah Sesuatu yang datang dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan atau perbuatan atau persetujuan, sinonim dari hadis, yaitu Sunnah, Khabar, dan Atsar, Sunnah pada dasarnya, tidak sama dengan hadis. Mengikuti arti bahasanya, sunnah adalah jalan keagamaan yang ditempuh oleh Nabi SAW. Yang tercermin dalam perilakunya yang suci. Apabila hadis bersifat umum, meliputi sabda dan perbuatan Nabi, maka sunnah khusus berhubungan dengan perbuatan-perbuatan beliau. Perbedaan al- Qur’an dengan hadis dijelaskan sebagai berikut: a. Al-qur’an mukjizat Rasul, sedangkan hadis bukan mukjizat sekalipun hadis qudsi. b. Al-qur’an terpelihara dari berbagai kekurangan dan pendistorsian tangan orang- orang jahil .sedangkan hadis tidak terpelihara seperti al-Qur’an c. Al-qur’an seluruhnya diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan hadis tidak banyak diriwayatkan secara mutawatir.. d. Kebenaran ayat- ayat al-Qur’an bersifat qath’i al- wurud ( pasti atau mutlak kebenarannya) dan kafir yang mengingkarinya. Sedangkan kebenaran hadis kebanyakan bersifat zhanni al-wurud (relatif kebenarannya) kecuali mutawatir. e. Al-Qur’an redaksi ( lafal) dan maknanya dari Allah dan hadis Qudsi maknanya dari Allah redaksinya dari Nabi sendiri sesuai dengan maknanya. Sedang hadis nabawi berdasrkan wahyu Allah atau ijtihad yang sesuai dengan wahyu. f. Proses penyampaian al-Qur’an melalui wahyu yang tegas (jali) sedang hadis qudsi melalui wahyu, atau ilham, atau mimpi dalam tidur. g. Kewahyuhan al-Qur’an disebut dengan wahyu matluw (wahyu yang dibacakan) sedangkan kewahyuan sunnah disebut wahyu ghair matluw ( wahyu yang tidak dibacakan) tetapi terlintas dalam hati secara jelas dan yakin kemmudian diungkapkan Nabi dengan redaksinya sendiri. h. Membaca al-Qur’an dinilai sebagai ibadah setiap satu huruf pahalanya 10 kebaikan, sedang membaca hadis sekalipun qudsi tidak dinilai ibadah. i. Diantara surah al-Qur’an wajib dibaca dalam shalat seperi membaca surah al-Fatihah yang dibaca pada setiap raka’at. Sedangkan dalam hadis tidak ada yang harus dibaca dalam shalat sekalipun qudsi, bahkan tidak sah shalat seseorang yang menggantikan surah al-Qur’an dengan hadis qudsi. Hadis dan Sandaran Aspek dan Sifatnya sinonimnya Spesifikasi Hadis Nabi Perkataan (qauli) Lebih khusus dan Perbuatan (fi’li) sekalipun Persetujuan dilakukan sekali (taqriri) Sunnah Nabi dan para Perbuatan (fi’li) Menjadi tradisi sahabat Khabar Nabi dan selainnya Perkataan (qauli) Lebih umum Perbuatan (fi’li) Atsar Sahabat dan tabi’in Perkataan (qauli) Umum Perbuatan (fi’li )
Hadis dalam Tinjauan Epistemologi
Setiap Hadis mempunyai dua buah bagian, yakni sanad dan matan. Sanad adalah penumpuan kita kepada para parawi untuk ilmu pengetahuan Hadis, matan adalah ungkapan atau informasi yang dinisbatkan pada Nabi. Untuk menetapkan validitas Hadis, epistemologi penelitian bertumpu pada kaidah-kaidah dan langkah-langkah penelitian Hadis. Dari segi epistemologi hadis meliputi: Unsur- unsur hadis terdiri dari sanad, matan, rawi dan mukharrij, Kalsifikasi hadis dari segi kuantitas perwinya yaitu mutawatir dan ahad, (sebagian ulama berpendapat (mutawatir, masyhur,dan ahad) sedangkan klasifikasi hadis dari segi kualitas sanad dan matannya yaitu shahih, hasan dan dha’if.
Hadis dalam Tinjauan Aksiologi
Nilai aksiologis penelitian Hadis meliputi dua aspek capaian, yakni tujuandan nilai kegunaan penelitian. Tujuan pokok penelitian Hadis baik dari segi sanadmaupun matan adalah untuk mengetahui kulitas Hadis yang diteliti. KualitasHadis sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujahan Hadis yangbersangkutan. 32 Hadis yang kualilasnya tidak memenuhi syarat tidak dapatdigunakan sebagai hujjah. Nilaikegunaan penelitian Hadis tertumpu pada fakta intelektual bahwa penelitian terdahulu adalah produk ijtihad yang bersifat dinamis dan rekorektif merupakan salah satu upaya untuk salain mengetahui sebarapa jauh tingkatakurasi penelitian ulama terhadap hasil yang mereka leliti, juga untukmenghindarkan diri dari penggunaan dalil Hadis yang tidak memenuhi syaratdilihat dari segi kehujahannya Materi 2 - Pertumbuhan Dan Perkembangan Hadis Masa Nabi Hingga Masa Pembukuan Hadis Proses perkembangan hadis terbagi dalam 4 fase: 1. Perkembangan hadis masa Nabi Muhammada S.A.W Hadis sudah ditulis oleh orang-orang pilihan Rasulullah. Namun tidak dipublikasikan karena dikhawatirkan bercampur dengan wahyu. Perkembangan Hadis pada Masa Rasulutlah SAW. periode ini disebut `Ashr Al-Wahyi wa At-Taqwin’ (masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat Islam). Pada periode inilah, hadis lahir berupa sabda (aqwal), af’al, dan taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan AI-Quran untuk menegakkan syariat. Selain disampaikan pada masa ini sahabat memiliki ketertarikan untuk menulis secara pribadi untuk sebatas dokumentasi saja. 2. Perkembangan hadis pada masa sahabat besar (Khulafaur Rasyidin) Pada masa ini sahabat masih menjaga kemurnian Al-Quran dan belum berkesempatan mengumpulkan hadis. Periode kedua sejarah perkembangan hadis adalah masa sahabat, khususnya Khulafa’ Al-Rasyidin yang berlangsung pada tahun 11 H sampai 40 H. masa ini juga disebut masa sahabat besar. Pada masa ini para sahabat masih terfokus pada pengumpulan dan pemeliharaan al-Qur’an. Sehingga periwayatan hadis belum berkembang, dan kelihatannya berusaha membatasinya. Oleh karena itu, para ulama dianggap sebagai masa yang menunjukkan adanya pembatasan periwayatan. 3. Hadis pada masa sahabat kecil dan tabi’in Hadis pada masa ini diajarkan oleh sahabat kepada tabi’in dan proses menerimanya sudha lebih mudah. Karena Al-quran sudah dibukukan dengan sistematis. Hanya saja mungkin pasti ada perbedaanya ialah dari segi beban yang dihadapi oleh sahabat dan tabi’in, dan tentu beban sahabat lebih berat jika dibandingkan oleh tabi’in. karena dimasa tabi’in Al- Qur’an telah dikumpulkan dalam satu mushaf, selain pula pada masa akhir periode Khulafaurasyidin (terkusus pada masa Usman bin Affan), para sahabat ahli hadis telah menyebar diberbagai Negara Islam. 4. Perkembangan hadis pada masa pembukuan hadis. Mulai muncul kitab kitab hadis yang masyhur hingga sekarang. Ide penghimpunan hadis Nabi secara tertulis pertama kali dikemukakan oleh 'Umar ibn al-Khathab (w. 23 H/644 M). Untuk merealisasikan idenya itu, 'Umar bermusyawarah dengan para sahabat Nabi dan beristikharah. Para sahabat menyetujui idenya itu, tetapi setelah sekian lama istikharah, 'Umar sampai pada kesimpulan bahwa ia tidak akan melakukan penghimpunan dan kodifikasi hadis, karena khawatir umat Islam akan berpaling dari al-Qur'an.