Pertemuan ke 1
HADIS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
A. Pengertian Hadis
ِ ِ َ ُضْي
َّب (ص) ِم ْن قَ ْوٍل أَو فِ ْع ٍل أَو تَ ْق ِريْ ٍر أَو ِص َف ٍة ِ ما أ
ِّ ف ا ََل الن َ
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir (diamnya) maupun sifatnya.1
Dalam definisi di atas menyatakan bahwa yang termasuk dalam kategori
Hadis adalah perkataan (Qauliyah), perbuatan (fi’liyah), dan keadaan
(ahwaliyah) Nabi SAW. Di samping itu, sebagian ahli hadis menyatakan bahwa,
masuk juga ke dalam keadaannya, segala yang diriwayatkan dalam kitab sejarah
(shirah), kelahiran dan keturunannya (silsilah) serta tempat dan yang
bersangkut paut dengan itu, baik sebelum diangkat menjadi Nabi/Rasul,
maupun sesudahnya. Sebagian ulama seperti Ath-Thiby berpendapat bahwa
“Hadis itu melengkapi sabda Nabi, perbuatan, ketetapan Nabi melengkapi
perkataan, perbuatan, dan ketetapan sahabat. Sebagaimana melengkapi
perkataan, perbuatan, dan ketetapan tabi‟in. Maka suatu Hadis yang sampai
kepada Nabi dinamai marfu’, yang sampai kepada Sahabat dinamai mauquf dan
yang sampai kepada tabi‟in dinamai maqthu.
B. Pengertian Sunnah
1 Mahmud at-Thahan, Taysir Musthalah Hadis, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 2004), hlm 17
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 1
C. Pengertian Khabar
Khabar menurut etimologi ialah berita yang disampaikan dari seseorang.
Jamaknya adalah akhbar, orang yang menyampaikan khabar dinamai khabir.
Sedangkan menurut istilah ada tiga pendapat: pertama: bahwa khabar dan
Hadis adalah muradif artinya semakna. Kedua; khabar dan hadis berbeda,
2 M. Agus Salahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung; Pustaka Setia, 2009), 19
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 1
khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabi‟in,
sedangkan Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW.
Ketiga: khabar lebih umum dari Hadis; khabar adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW dan kepada selainnya, yaitu sahabat dan tabi‟in,
sedangkan Hadis segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW. Dari tiga
pendapat di atas yang rajih adalah pendapat pertama yang mengatakan bahwa
khabar dan Hadis itu semakna, dan ini juga merupakan pendapat mayoritas
ulama Hadis.3
D. Pengertian Atsar
Atsar menurut etimologi, ialah bekas sesuatu atau sisa dari sesuatu. Dan
nukilan (yang dinukilkan), sesuatu do‟a umpamanya yang dinukilkan dari
Nabi dinamai do‟a ma’tsur. Sedangkan menurut terminologi ada dua
pendapat, pertama: Atsar dan Hadis muradif, artinya semakna. Kedua:
bahwa atsar dan Hadis berbeda, atsar adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada sahabat dan tabi‟in baik perkataan maupun perbuatan, sedangkan
Hadis Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW.4 Dengan
memperhatikan definisi-definisi tersebut terdapat perbedaan, namun kita
dapat mengartikan bahwa hadits, khabar, sunnah maupun atsar pada
prinsipnya sama-sama bersumber dari Rasulullah.5
Latihan
1. Jelaskan pengertian Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar secara bahasa dan
Istilah!
2. Jelaskan perbedaan Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar!
3. Berikan masing-masing contoh hadis, sunnah, khabar dan atsar!
3 Mahmud at-Thahan. Ushul al Takhri wa Dirasatu al-Asanid, (Riyadh: Maktabah al-Rusydi, 1983), hlm 16
4 Mahmud at Thahan. Ushul al Takhrij… hlm 16
5 Shalih Al Utsaimin, Mustholah Al Hadits, (Kairo: Maktabah Ilmi, 1994), hlm. 5
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 1
Tugas/Lembar Kerja
Tulislah contoh Teks Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar
Hadis
Sunnah
Khabar
Atsar
Umpan Balik
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIS
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Kedudukan Hadis dalam Islam
Kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber otoritatif ajaran Islam yang kedua, telah
diterima oleh hampir seluruh ulama dan umat Islam, tidak saja di kalangan Sunni tapi
juga di kalangan Syi’ah dan aliran Islam lainnya. Legitimasi otoritas ini tidak diraih dari
pengakuan komunitas muslim terhadap Nabi sebagai orang yang berkuasa tapi
diperoleh melalui kehendak Ilahiyah. Oleh karena itu segala perkataan, perbuatan dan
takrir beliau dijadikan pedoman dan panutan oleh umat Islam dalam kehidupan sehari-
hari. Terlebih jika diyakini bahwa Nabi selalu mendapat tuntunan wahyu sehingga apa
saja yang berkenaan dengan beliau pasti membawa jaminan teologis. Bila menyimak
ayat-ayat al-Qur’an, setidaknya ditemukan sekitar 50 ayat yang secara tegas
memerintahkan umat Islam untuk taat kepada Allah dan juga kepada Rasul-Nya, di
antaranya dikemukakan sebagai berikut:
Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah.
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
sebagai sumber ajaran Islam. Oleh karena itu, kewajiban patuh kepada Rasulullah
merupakan konsekuensi logis dari keimanan seseorang. Dalam surat al-Nisa’ ayat 80
juga dikemukakan:
Artinya: Barang siapa yang mengikuti Rasul maka sesunguhnya ia telah mentaati Allah.
Di atas dijelaskan bahwa perintah yang wajib ditaati dan larangan yang wajib
ditinggalkan adalah yang disampaikan oleh beliau dalam kapasitasnya sebagai
Rasulullah. Pada ayat lain dikemukakan bahwa kehadiran Nabi Muhammad adalah
menjadi panutan yang baik bagi umat Islam seperti dalam surat al-Ahzab ayat 21
dikatakan:
Artinya: Sesunguhnya telah ada pada diri Rasullah teladan yang baik bagimu
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Nabi Muhamad adalah teladan hidup bagi
orang-orang yang beriman. Bagi mereka yang sempat bertemu dengan Rasulullah maka
cara meneladaninya dapat mereka lakukan secara langsung sedang mereka yang tidak
sezaman dengan beliau maka cara meneladaninya adalah dengan mempelajari,
memahami dam mengikuti berbagai petunjuk yang termuat dalam hadis-hadisnya. Dari
petunjuk ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa Hadis atau sunnah Nabi merupakan sumber
ajaran Islam di samping al-Qur’an. Orang yang menolak Hadis sebagi sumber ajaran
Islam, berarti orang itu pada hakikatnya menolak al-Qur’an.
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
Argumentasi kehujahan Hadits (Rasional/Teologis, Alqur’an, Sunnah dan Ijma’)
“Wahai orang-orang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan
pemimpin di antara kalian. Jika kalian berselisih faham dalam sesuatu maka
kembalikanlah kepada Allah dna Rasul-Nya jika kalian beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Yang demikian itu lebih baik dan sebaik-baik akibatnya” (An-Nisaa : 59).
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar
kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu.
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh,
maka Hadis disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani dalam
hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi sebagai berikut:
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
Bayan Nasakh
artinya sebagai Conto
penghapus h 04
No Contoh
1 Al Qur’an QS Al An’am ayat 152
Hadis Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang merusak, dan
salah satu diantaranya perkara yang Rasulullah sebutkan
adalah memakan harta anak yatim (Muttafaqun ‘alaih)
2 Al Qur’an QS Al Baqarah ayat 43
Hadis Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat
(Muttafaqun alaih)
3 Al Qur’an QS At Taubah 103
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
Hadis Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah, beliau
memerintahkan agar menunaikannya sebelum orang-
orang berangkat untuk shalat ‘ied (HR. Bukhori 1407)
4 Al Qur’an QS Al Baqarah ayat 180
Hadis Sungguh Allah telah memberikan hak kepada setiap yang
berhak menerimanya, dan tidak ada wasiat bagi pewaris
(HR. Nasa’i)
Dengan demikian kelihatan bahwa Hadis menetapkan sendiri hukum yang tidak
ditetapkan dalam Al-Qur’an. Fungsi Hadis dalam bentuk ini disebut itsbat. Sebenarnya
bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa yang ditetapkan Hadis itu pada
hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa yang disinggung Al-Qur’an atau
memperluas apa yang disebutkan Al-Qur’an secara terbatas. Umpamanya Allah SWT
mengharamkan memakan bangkai, darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini menurut
lahirnya dapat dikatakan sebagai hukum baru yang ditetapkan oleh Nabi, karena
memang apa yang diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Tetapi kalau dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai penjelasan
terhadap larangan Al-Qur’an memakan sesuatu yang kotor.
Fungsi utama Hadis adalah sebagai penjelas atas al-Qur’an. Secara garis besar, fungsi
Hadis terhadap al-Qur’an ada tiga, di antaranya;
1. Menegakkan kembali keterangan atau Perintah yang terdapat di dalam al-Qur’an.
Dalam hal ini Hadis datang dengan keterangan atau perintah yang sejalan dengan
al-Qur’an.
2. Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang datang secara mujmal
(global). Dalam hal ini kaitannya ada tiga hal (a). Menafsirkan serta memperinci
ayat-ayat yang bersifat umum, (b). Mengkhususkan ayat-ayat yang bersifat
umum, (c). Memberi batasan terhadap ayat bersifat mutlaq.
3. Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh al-Qur’an (bayan
Tasyri’)
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 2
Latihan
7
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Hadis pada masa Rasulullah SAW
Hadis sebagai suatu informasi, memiliki metodologi khusus dalam menentukan
keotentikan periwayatannya. Metodologi ini kemudian berkembang menjadi satu
keilmuan yang dikenal dengan Ulumul Hadis. Hanya saja, pada masa Rasulullah SAW
sampai sebelum pembukuan Ulumul Hadis istilah Ulumul Hadis, belum diresmikan
menjadi satu keilmuan. Akan tetapi prinsip-prinsip yang telah berlaku pada masa itu
sebagai acuan untuk menyikapi suatu informasi telah ada.1
Pada dasarnya Ulumul Hadis telah lahir sejak dimulainya periwayatan hadis di
dalam Islam, terutama setelah Rasul SAW wafat, ketika umat merasakan perlunya
menghimpun Hadis-hadis Rasul SAW dikarenakan adanya kekhawatiran Hadis-hadis
tersebut akan hilang atau lenyap. Para sahabat mulai giat melakukan pencatatan dan
periwayatan Hadis. Mereka telah mulai mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-
metode tertentu di dalam menerima Hadis, namun mereka belum menuliskan atau
mencatat kaidah-kaidah tersebut.2
Dasar dan landasan periwayatan hadis di dalam Islam dijumpai di dalam Al-
Qur’an dan Hadis Rasul SAW.
1 Dr. H. Ramly Abdul Wahid, MA, Studi Ilmu Hadist, Cita Pustaka Medi, Bandung 2005, hlm 52
2 Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag. Ulumul Hadist. Bandung:Tafakur. Hal 102
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
Di dalam surah al-Hujurat ayat 6, Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman
untuk meneliti dan mempertanyakan berita-berita yang datang dari orang-orang yang
fasik:
Apabila dicermati sikap dan aktifitas para sahabat terhadap Hadis Nabi SAW dan
periwayatannya, maka dapat disimpulkan beberapa ketentuan umum yang
diberlakukan dan dipatuhi oleh para sahabat, yaitu :
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
فَ ْليَ تَ بَ َّوأْ ََ ْق َع َدهُ َِ ْن ب َعلَ َّي َُتَ َع ِّم َدا اَّللُ َعلَْي ِو َِّ ول
َ َو َسلَّ َم ََ ْن َك َذ َّ صلَّى
َ اَّلل ُ قَ َال َر ُس:َع ْن أَِِب ُىَراْ َرَة قَ َال
النَّار
Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa berdusta atas
namaku maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka." (HR. Muslim)
Selain itu, alasan lain dan bahkan lebih penting adalah pemeliharaan agar jangan terjadi
pencampurbauran antara Hadis dengan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an pada masa itu,
terutama pada masa Abu Bakar dan ‘Umar, yang mana pada masa itu hadis belum
dikodifikasi secara resmi.
Kritik terhadap matan hadis ini dilakukan oleh para sahabat dengan cara
membandingkannya dengan nash Al-Qur’an atau kaidah-kaidah dasar agama. Apabila
terdapat pertentangan dengan nash Al-Qur’an, maka sahabat menolak dan meninggalkan
riwayat tersebut.3
Ketelitian dan sikap hati-hati para sahabat diikuti pula oleh para ulama Hadis
yang datang sesudah mereka, dan sikap tersebut semakin ditingkatkan terutama setelah
munculnya Hadis-hadis palsu, yaitu sekitar tahun 41 H, setelah masa pemerintahan
Khalifah Ali ra. Semenjak saat itu mulailah dilakukan penelitian terhadap sanad hadis
dengan mempraktikan ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil, dan sekaligus mulai pulalah al-Jarh wa
al-Ta’dil ini tumbuh dan berkembang.
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
Pada abad ke-2 H, ketika Hadis telah dibukukan secara resmi atas prakarsa
Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz dan dimotori oleh Muhammad bin Muslim bin Syihab al-
Zuhri, para ulama yang bertugas dalam menghimpun dan membukukan Hadis tersebut
menerapkan ketentuan-ketentuan Ilmu Hadis yang sudah ada dan berkembang sampai
pada masa mereka. Mereka memperhatikan ketentuan-ketentuan Hadis Shahih,
demikian juga keadaan para perawinya. Hal ini terutama karena telah menjadi
perubahan yang besar di dalam kehidupan umat Islam, yaitu para penghafal Hadis
sudah mulai berkurang dan kualitas serta tingkat kekuatan hafalan terhadap Hadis pun
sudah semakin menurun karena telah menjadi percampuran dan akulturasi antara
masyarakat Arab dengan non-Arab menyusul perkembangan dan perluasan daerah
kekuasaan Islam. Kondisi yang demikian memaksa para ulama Hadis untuk semakin
berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan riwayat, dan mereka pun telah
merumuskan kaidah-kaidah dalam menentukan kualitas dan macam-macam Hadis.
Hanya saja pada masa ini kaidah-kaidah tersebut masih bersifat rumusan yang tidak
tertulis dan hanya disepakati dan diingat oleh para ulama Hadis di dalam hati mereka
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
Pada abad ke-3 H yang dikenal dengan masa keemasan dalam sejarah
perkembangan Hadis, mulailah ketentuan-ketentuan dan rumusan kaidah-kaidah Hadis
ditulis dan dibukukan, namun masih bersifat parsial. Yahya bin Ma’in (w. 234 H/848 M)
menulis tentang tarikh al-Rijal, (sejarah dan riwayat para perawi Hadis), Muhammad bin
Sa’ad (w. 230 H/844 M) menulis al-Thabaqat (tingkatan para perawi Hadis ), Ahmad bin
Hanbal (241 H/855 M) menulis al-’Ilal (beberapa ketentuan tentang cacat atau
kelemahan suatu hadis atau perawinya), dan lain-lain.
Pada abad ke-4 dan ke-5 Hijriah mulailah ditulis secara khusus kitab-kitab yang
membahas tentang ilmu Hadis yang bersifat komprehensif, seperti kitab al-Muhaddits al
Fashil baina al-Rawi wa al-Wa’i oleh al-Qadhi Abu Muhammad al-Hasan ibn ‘Abd al-
Rahman ibn al-Khallad al-Ramuharmuzi (w.360 H/971 M), Ma’rifat ‘Ulum al-Hadis oleh
Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn ‘Abd Allah al-Hakim al-Naisaburi (w.405 H/1014 M), al-
Mustakhraj ‘ala Ma’rifat ‘Ulum al-Hadis oleh Abu Nu’aim Ahmad bin ‘Abd Allah al-
Ashbahani (w.430 H/1038 M), al-Kifayah fi ‘Ulum al-Riwayah oleh Abu Bakar
Muhammad ibn ‘Ali ibn Tsabit al-Khathib al-Baghdadi (w.463 H/1071 M), al-Jami’ li
Akhlaq wa adab al-Sami’ oleh al-Baghdadi (463 H/1071 M). dan lain-lain.6
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
Pada abad pertama tampaknya ada sikap ambivalen pada sebagian shahabat dan
para tabiin senior tentang penulisan Hadis. Di satu sisi, ada keinginan untuk menulis
Hadis untuk tujuan-tujuan tertentu, tetapi di sisi lain ada kekhawatiran bahwa Hadis-
hadis yang ditulis tersebut akan menyaingi Al-Qur’an pada masa berikutnya. Meskipun
demikian, berpuluh-puluh sahabat dan para tabi’in senior dilaporkan memiliki naskah-
naskah, yang kemudian dinamakan suhuf (bentuk tunggalnya shahîfah).
Sayangnya, suhuf yang orisinil dari zaman ini telah hilang, walaupun beberapa
salinan atas suhuf tersebut ada yang survive. Contoh suhuf dari zaman ini adalah
shahîfah Hammâm bin Munabbih (w. 110/719), seorang tabi’in Yaman dan murid
seorang shahabat, Abu Hurairah (w. 58/677), yang darinya Hammâm belajar dan
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
menulis shahîfah tersebut. Naskah milik Hammâm ini berisi 138 hadis dan diyakini telah
ditulis sekitar pertengahan abad pertama/ketujuh.
8Lihat al-Bukhari, Juz I, h. 28; Juga al-‘Asqalani, Fath al-Bari, Juz I, h. 185-186, lihat juga M. Ajjaj al-Khatib,
Hadis Nabi sebelum di bukukan, (Cet. I; Jakarta: PT. Gema Insani Press, 1999), h. 87.
7
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
dan bertemu dengan Rasul, tapi tak sedikit pun karena alasan tertentu tidak dapat
bertemu dan bergaul langsung dengan Nabi. Mengingat keanekaragaman keadaan para
sahabat, maka cara menerima Hadis dari Nabi pun berbeda.9Cara para sahabat
menerima Hadis Nabi dapat disimpulkan sebagai berikut:
ان هللا ال استحيي َن احلق اذا فعل اِدكم فاليتوضأ وال أتتوا النساء يف اعجازىن
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak merasa malu (menjelaskan) kebenaran
jika salah seorang diantara kamu kentut maka hendaklah ia berwudhu dan
janganlah kamu mendatangi istri melalui dubur mereka.”10
b. Melalui kejadian dan peristiwa yang dialami para sahabat dan mereka
menyaksikan tindakan Rasulullah
Hal ini banyak terjadi pada diri beliau. Misalnya, menyangkut masalah shalat,
9 Departemen Agama RI, Ulum al-Hadis, (Cet. I; PT. Departemen Agama RI, 1998), h. 68.
10 Musnad Imam Ahmad, Hadis ke-655, Juz II, pada suatu kali Rasulullah saw. Bersabda “ ”يف ادابرىن, lihat
Ibid, h. 92.
8
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
puasa, haji. Saat dalam perjalanan, dan saat berdiam di rumah. Misalnya Hadis
yang diriwayatkan oleh Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya Abdullah bin ‘Umar
bahwa ia melihat Rasulullah saw., Abu Bakar, serta ‘Umar berjalan di depan
jenazah11
11 Musnad Imam Ahmad, h. 247, hadis ke-653, Juz II, melalui isnad sahih, lihat Ibid.,h. 96. Muhammad ‘Ajjaj
al-Khatib, Ushul al-Hadis, ‘Ulumuhu wa Musthalahatuhu, (Cet. ..; Beirut: PT. Dar al-Fikr, 1998), h. 70.
12 M. Syuhudi Ismail, M. Syuhudi Ismail, Kaedah keshahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan
dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Cet. II; Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), h. 36.
13 M. ‘Ajjaj al-Khatib,op. cit.,h. 91. Lihat juga Musnad Imam Ahmad, h. 39, hadis ke-606 dan h. 46, hadis ke-
618, Juz II melalui sanad shahih. Fath al-Bari, h. 294 dan 394, Juz I, dan Shahih Muslim, H. 247, hadis ke
17-19, Juz I.
9
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa terdapat tiga unsur
yang berperan dalam pemeliharaan Sunnah yaitu: [1] kepribadian Rasulullah; [2]
Sunnah dilihat dari sisi materinya; [3] Para sahabat.
10
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
ketentuan itu dari Rasul?” maka tampillah Muhammad bin Maslamah sebagai saksi
bahwa seorang nenek seperti kasus tersebut mendapat bagian seperenam (1/6)
harta peninggalan cucu dari anak laki-lakinya. Kemudian Abu Bakar memberikan
bagian tersebut.16
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, periwayatan Hadis dilakukan dengan
sangat hati-hati. Bahkan menurut Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi (wafat
748H/1347M), sahabat Nabi yang pertama-tama menunjukkan sikap kehati-
hatiannya dalam meriwayatkan hadis adalah Abu Bakar al-Shiddiq. Sikap ketat dan
kehati-hatian Abu Bakar tersebut juga ditunjukkan dengan tindakan konkrit beliau,
yaitu dengan membakar catatan-catatan Hadis yang dimilikinya. Hal ini
sebagaimana dinyatakan oleh Aisyah (putri Abu Bakar) bahwa Abu Bakar telah
membakar catatan yang berisi sekitar lima ratus Hadis. Tindakan Abu Bakar
tersebut lebih dilatarbelakangi oleh karena beliau merasa khawatir berbuat salah
dalam meriwayatkan Hadis Sehingga, tidak mengherankan jika jumlah hadis yang
diriwayatkannya juga tidak banyak. Padahal, jika dilihat dari intensitasnya
bersama Nabi, beliau dikatakan sebagai sahabat yang paling lama bersama Nabi,
mulai dari zaman sebelum Nabi hijrah ke Madinah hingga Nabi wafat. Selain sebab-
sebab di atas, menurut Suhudi Ismail, setidaknya ada tiga faktor yang
menyebabkan sahabat Abu Bakar tidak banyak meriwayatkan hadis, yaitu (1) dia
selalu dalam keadaan sibuk ketika menjabat sebagai khalifah; (2) kebutuhan akan
Hadis tidak sebanyak pada sesudahnya; dan (3) jarak waktu antara kewafatannya
dengan kewafatan Nabi sangat singkat. Dengan demikian, dapat dimaklumi kalau
sekiranya aktifitas periwayatan Hadis pada masa Khalifah Abu Bakar masih sangat
terbatas dan belum menonjol, karena pada masa ini umat Islam masih dihadapkan
oleh adanya beberapa kenyataan yang sangat menyita waktu, berupa
pemberontakan-pemberontakan yang dapat membahayakan kewibawaan
pemerintah setelah meninggalnya Rasulullah SAW baik yang datang dari dalam
(intern) maupun dari luar (ekstern). Meskipun demikian, kesemuanya tetap dapat
diatasi oleh pasukan Abu Bakar dengan baik.
11
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
17 Drs. Munzier Suparta, MA., Ilmu Hadis (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003).hlm. 82
12
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits (Semarang: Pustaka Rizki
18
Putra, 1999), 47
13
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
melakukan hukum (qishash) terhadap orang Islam yang membunuh orang kafir.
Dalam Musnad Ahmad, Ali bin Abi Thalib merupakan periwayat Hadis yang
terbanyak bila dibandingkan dengan ketiga khalifah pendahulunya.
19 M. Syuhudi Ismail, M. Syuhudi Ismail, Kaedah keshahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan
dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Cet. II; Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995), h. 36.
20 Lihat Departemen Agama RI, op. cit., h. 46.
14
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
21 Subhi Shalih, ‘Ulum al-hadis wa musthalahatuhu, (Cet. I, Beirut; PT. Dar al-‘Ilmi li al-malayin,
1998), h. 86.
22 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits (Semarang: Pustaka
15
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
16
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 3
sebagai upaya penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat dari
pergolakan politik tersebut.24
Latihan
Rangkuman
1. Hadis pada periode pertama atau pada masa Rasulullah SAW belum
dikodifikasi. Pada masa itu sudah diterapkan kaidah-kaidah dan metodologi
dalam menyampaikan Hadis, namun belum diresmikan menjadi satu keilmuan
khusus.
2. Cara Nabi menyampaikan hadis kepada para sahabat ditempuh melalui 2 cara:
a. secara langsung dan b. secara tidak langsung
3. Sahabat Khulafa’ur Rasyidin baik Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib, sudah memberikan perhatian lebih terhadap
perkembangan Hadis pada masanya, dan semuanya sangat menganjurkan
Tugas/Lembar Kerja
agar berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan Hadis.
4. Pada masa Tabi’in mulai muncul pusat-pusat pembinaan Hadis, dan pada
masa ini pula muncul para tokoh periwayat Hadis dan berhasil membukukan
Hadis yang diriwayatkannya seperti Abu Hurairah
24 Zuhri, Muh. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.2003
17
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 4
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Kata kodifikasi dalam bahasa Arab dikenal dengan al-tadwin yang
berarti codification, yaitu mengumpulkan dan menyusun. Secara istilah, kodifikasi
adalah penulisan dan pembukuan Hadis nabi secara resmi berdasarkan perintah
khalifah dengan melibatkan beberapa personil yang ahli dalam masalah ini, bukan yang
dilakukan secara perseorangan atau untuk kepentingan pribadi. Dengan kata lain,
tadwin al-hadis (kodifikasi hadis)adalah penghimpunan, penulisan, dan pembukuan
Hadis Nabi atas perintah resmi dari penguasa Negara (khalifah) bukan dilakukan atas
inisiatif perorangan atau untuk keperluan pribadi.
Ide penghimpunan Hadis Nabi secara tertulis pertama kali dikemukakan oleh
Umar ibn Khatab (w.23 H/644 M). Dalam merealisasikan idenya itu, Umar
bermusyawarah dengan para sahabat Nabi dan beristikharah. Para sahabat menyetujui
idenya, akan tetapi setelah sekian lama istikharah, Umar sampai pada kesimpulan
bahwa ia tidak akan melakukan penghimpunan dan kodifikasi Hadis, karena khawatir
umat Islam akan terpaling dari al-Qur’an.
Dengan demikian, kodifikasi Hadis secara resmi terjadi pada masa Umar ibn ‘Abd
al-Aziz, salah seorang khalifah Bani Umayah. Proses kodifikasi Hadis yang baru
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 4
dilakukan pada masa ini di mulai dengan dengan khalifah mengirim surat ke seluruh
pejabat dan ulama di berbagai daerah pada akhir tahun 100 H yang berisi perintah agar
seluruh Hadis Nabi di masing- masing daerah segera dihimpun. Umar yang di dampingi
Muhammad ibn Muslim ibn Syihab al-Zuhri(w.124H/742M), seorang ulama besar di
negeri Hijaz dan Syam, menggalang agar para ulama Hadis mengumpulkan Hadis di
masing-masing daerah mereka, untuk bahan penghimpunan Hadis selanjutnya. Dan juga
Umar memerintahkan Abu Bakar Muhammad ibn Hazm (w.117H.) untuk
mengumpulkan Hadis yang terdapat pada Amrah binti Abd al-Rahman ( murid
kepercayaan Asiyah ) dan Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakar al-Shiddiq
Pada abad kedua, para ulama dalam aktifitas kodifikasi Hadis, tidak melakukan
penyaringan dan pemisahan, mereka tidak hanya membukukan Hadis-hadis saja, tapi
fatwa sahabat dan tabi’in juga di masukkan ke dalam kitab-kitab mereka. Pada abad
kedua ini, ulama yang berhasil menyusun kitab tadwin dan sampai pada kita adalah
Malik ibn Anas (93-179 H) yang menyusun kitab al-Muwaththa’. Kitab ini di susun sejak
tahun 143 H, pada masa khalifah al-Manshur, salah seorang khalifah Bani Abbasiyah.
Kitab ini tidak hanya memuat Hadis rasul saja, tetapi juga ucapan sahabat dan tabi’in
bahkan tidak sedikit yang berupa pendapat Malik sendiri atau praktik ulama dan
masyarakat madinah. Setelah itu, muncul para ulama sesudahnya seperti Al-awza’i (150
H) yang menyusun kitab Al-Mushannaf, Muhammad Ibnu Ishaq (w.151 H) yang
menyusun kitab Al-Maqhazi Wa al-Syiar, Syu’bah Ibn al Hajjaj (w.160 H) yang menyusun
kitab Al- Mushannaf, Al-Laits Ibn Sa’ad(w.175 H) yang menyusun kitab Al-Mushannaf,
Sufyan Ibn Uyayna (w.198 H) dengan kitabnya Al-Mushannaf, dan Al-Humaydi (w.219 H)
yang menyusun kitab Al-Mushannaf. Pada bab ini juga disusun kitab Musnad karya Zayd
Ibn Ali dan Imam Al- Syafi’i,(w.204 H). Al-Syafi’i juga menyusun kitab Mukhtalif al-
hadist. Kitab-Kitab tersebut banyak menjadi perhatian dan rujukan dalam kajian-kajian
Hadis dan sirah.
Abad kedua ini juga diwarnai dengan meluasnya pemalsuan Hadis yang telah ada
semenjak masa khalifah Ali ibn Abi Thalib (w.41 H) dan menyebabkan sebagian ulama
pada abad ini tergugah mempelajari keadaan para periwayat Hadis, di samping pada
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 4
waktu itu memang banyak periwayat yang lemah, meskipun tidak berarti pada abad
pertama tidak ada perhatian sama sekali, terhadap keberadaan periwayat Hadis.
Berbeda dengan abad sebelumnya, abad ketiga hijriah ini merupakan masa
penyaringan dan pemisahan antara sabda Rasulullah dan fatwa Sahabat dan Tabi’in.
Masa penyeleksian ini terjadi pada zaman bani Abbasiyah, yakni pada masa Makmun
sampai Al-Muktadir (sekitar tahun 201-300 H). Periode penyeleksian ini terjadi karena
pada masa Tadwin belum bisa dipisahkan antara Hadis marfu’, mawquf, dan maqthu’,
Hadis yang dha’if dari yang shahih ataupun Hadis yang maudhu’ masih tercanpur
dengan yang shahih. Pada saat ini pula mulai dibuat kaidah-kaidah dan syarat-syarat
untuk menentukan apakah suatu Hadis itu shahih atau dha’if. Para periwayat Hadis
tidak luput dari sasaran penelitian mereka untuk diteliti kejujuran, kekuatan hafalan,
dan lain sebagainya. Materi kodifikasi yang dibukukan pada abad ini dipisahkan antara
Hadis Nabi, pendapat Sahabat dan Tabi’in, meskipun Hadis-hadis yang dihimpun tidak
diterangkan antara yang shahih, hasan, dan dha’if. Mereka hanya menulis dan
mengumpulkan Hadis-hadis Nabi lengkap dengan sanadnya, yang kemudian kitab-kitab
Hadis hasil karya mereka di sebut dengan istilah musnad.
Banyak kitab-kitab musnad yang ditulis pada penghujung abad kedua dan awal
abad tiga hijriyah, di antara kitab-kitab yang ditulis oleh Abu Daud Sulayman Ibn Jarud
Al-Thayalisi (w.204 H), Abu Bakr ‘Abd Allah Ibn Zubayr Al- Humaydi (w.219 H), As’ad
Ibn Musa Al- Umawi (w.212H), Ubaidillah Ibn Musa Al-Abbasi (w.213 H) Musaddad Al-
Bashri (w.228 H) Ahmad Ibn Hanbal (w.241 H/885 M), Ishaq Ibn Rawayh (w.161/238
H) dan Usman ibn Syaibah (w.156/239 H), di antara musnad –musnad itu musnad karya
Ibn Hanbal yang terlengkap dan paling luas cakupannya.
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 4
tidak. Kemudian pekerjaan yang mulia ini disempurnakan oleh al-Imam Abu Abdillah
Muhammad ibn Ismail al-Bukhori (194-256H/810-870M) dengan menyusun kitabnya
yang terkenal dengan nama al-jami’al-shahih atau kitab shahih al-bukhori. Kemudian
usaha al-bukhori ini diikuti oleh muridnya Muslim ibn al-hajjaj al-Qusyayri (204-
261H/817-875M) dengan kitabnya shahih Muslim. Pada saat yang hampir bersamaan
Abu Daud Sulayman ibn al-Asy’ats al-Sijistani (202-275H/819-888M) menyusun kitab
sunan Abi Daud. Di lanjutkan oleh Abu Isa Muhammad ibn Isa’ ibn Surah al-Turmudzi
(824-892M) dengan karyanya sunan al-Turmudzi, Ahmad ibn Syu’aib al-khurasani al-
Nasa’i (215-303H/830-915M) dengan kitabnya sunan al-Nasa’i, kemudian Abdullah ibn
Muhammad ibn Yazid ibn Abdillah al-Qazwini yang di kenal dengan Ibn Majah (207-
273H/824-887M) dengan hasil karyanya sunan Ibn Majah. Keenam kitab di atas oleh
ulama hadis disebut dengan al-kutub al-sittah, meskipun sebagian ulama ada yang tidak
memasukan sunan Ibn Majah ke dalam kelompok kitab enam tersebut karena derajat
kitab sunan ini dimulai lebih rendah dari kitab–kitab Hadis yang lima. Menurut mereka
kitab pokok yang nomor enam adalah al-Muwaththa’ karya Imam Malik. Dari sekian
banyak kitab di atas yang menempati peringkat utama dan pertama adalah shahih al-
Bukhori kemudian shahih Muslim.
Kalau abad pertama, kedua, dan ketiga, Hadis berturut-turut mengalami masa
periwayatan, penulisan, pembukuan, serta penyaringan dari fatwa-fatwa sahabat dan
tabi’in, yang sistem pengumpulan Hadisnya didasarkan pada usaha pencarian sendiri
untuk menemui sumber secara langsung kemudian menelitinya, maka pada abad
keempat dan seterusnya di gunakan metode yang berlainan. Demikian pula ulama yang
terlibat pada sebelum abad ke-empat disebut nama ulama mutaqaddimun dan ulama
yang terlibat dalam kodifikasi Hadis pada abad ke-empat dan seterusnya di sebut ulama
mutaakhirun.
Pembukuan Hadis pada periode ini lebih mengarah pada usaha mengembangkan
variasi pen-tadwin-an terhadap kitab-kitab Hadis yang sudah ada. Maka, setelah
beberapa tahun dari kemunculan al-kutub al-sittah, al-muwathta’ Imam Malik ibn Anas,
dan al-musnad Ahmad ibn Hanbal, para ulama mengalihkan perhatian untuk menyusun
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 4
kitab-kitab yang berbentuk jawami’, takhrij, athraf, syarah, dan mukhtashar, dan
menyusun hadis untuk topik-topik tertentu.
Pertama kitab-kitab yang termasuk dalam katagori jawami’ antara lain : al-
jamawi’ bayn al-shahihayn oleh Ismail ibn Ahmad yang dikenal dengan sebutan ibn al-
Furrat (w.414H) dan Muhammad ibn Abdillah al-Jawzaqa, al-Jami’ (yang mengumpulkan
hadis-hadis dalam al-kutub al-sittah) karya Abd al-Haqq ibn Abd al-Rahman al-Syabli
yang dikenal dengan ibn al-Khurrath, Mashabib al-sunah (kumpulan hadis beberapa
kitab ) ditulis oleh al-Imam Husayn ibn Mas’ud al-Baqhawi (w.516H) yang kemudian
diseleksi oleh al-Thabrizi dengan kitabnya Misykah al-Mashabih, dan Muntaqa al-
Akhbar (berisi hadis-hadis hukum) di susun oleh ibn Taymiyah, yang kemudian di
syarah oleh al-Syawkani dengan kitabnya Nayl al-Awthar.
Kodifikasi hadis yang dilakukan pada abad ke-tujuh dilakukan dengan cara
menerbitkan isi kitab-kitab Hadis, penyaringan, dan menyusun kitab-kitab takhrij,
membuat kitab-kitab jami’ yang umum, kitab-kitab yang mengumpulkan Hadis-hadis
hukum, mentakhrij Hadis-hadis yang terkenal di masyarakat, menyusun kitab athraf,
mengumpulkan Hadis-hadis di sertai dengan menerangkan derajatnya, mengumpulkan
Hadis-hadis dalam shahih al-Bukhari dan shahih Muslim, mentashhih sejumlah Hadis
yang belum ditashih oleh ulama sebelumnya, mengumpulkan Hadis-hadis tertentu
sesuai topik, dan mengumpulkan Hadis dalam jumlah tertentu.
Periode ini memang tidak jauh berbeda dengan abad sebelumnya ketika muncul
kitab-kitab Hadis yang model penyusunannya hampir sama seperti penyusunan kitab-
kitab jami’, kitab-kitab takhrij, athraf, kecuali penulisan dan pembukuan Hadis-hadis
yang tidak terdapat dalam kitab Hadis sebelumnya dalam sebuah kitab yang dikenal
dengan istilah kitab zawaid.
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 4
Kitab- kitab athraf yang juga di susun pada periode ini antara lain: Ithraf al-
Maharah bi Athraf al-Asyarah oleh Ibn hajar al-Asqalani, Athraf al-Musnad al-Mu’tali bi
Athraf al- Musnad al-Hanbali oleh Ibn Hajar al-Asqalani, Athraf al- hadits al-
Mukhtarah oleh Ibn hajar al-Asqalani, Athraf sahih ibn Hibban oleh al-Iraq, dan Athraf al-
Masanid al-Asyarah oleh Syihab al-Bushiri.
Tidak hanya pada abad keempat, pada abad ketujuh di susun pula kitab jami’
yaitu : al-Jami’ Bayn al-Shahihayn karya Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi, yang
dikenal dengan ibn Hujjah(w.642H). Kitab hadis hukum juga disusun pada periode ini
yaitu Muntaqa al-Akhbarfi Ahadits al-Ahkam oleh Maj al-Din Abu al-Barakah Abdussalam
ibn Abdillah ibn Abi al-Qasim al-Harani (w.652) demikian pula kitab al-Mukhtarah karya
Muhammad ibn Abd al-Wahid al-Maqdisi(w.643H)kitab ini mentashhihkan sejumlah
hadis yang belum di tashhih oleh ulama sebelumnya. Kitab Riyadh al-Shalihin dan al-
Arba’in atau Arba’in al-nawawi, yang sekarang banyak dikaji di pondok–pondok
pesantren, disusun pada masa ini oleh al-Nawawi.
Kitab-kitab yang juga ditulis pada periode ini adalah Subul al-salam oleh
Muhammad ibn Ismail al-Shan’ani(w.1182H), fath al-Allam karya Shiddiq hasan Khan
(w.1307H), al-Jami’ al-Shaghir min Ahadits al-basyir al-Nadzir oleh al-Suyuthi. Al-
Suyuthi juga menyusun kitab lubab al-hadits yang kemudian diberi syarah oleh al-
Nawawi dengan judul kitabnya Tanqih al-Qawl al-Ahadits.
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 4
Kodifikasi Hadis pada masa Umar ibn Abd al-Aziz (99-101H), menurut
Muhammad al-Zafzaf, di latar belakangi oleh dua faktor , yaitu :
Pertama, para ulama Hadis telah tersebar ke berbagai negeri, dikhawatirkan Hadis akan
hilang bersama wafatnya mereka, sementara generasi penerus diperkirakan tidak
menaruh perhatian terhadap Hadis.
Kedua, banyak berita yang diada-adakan oleh orang-orang yang suka berbuat bid’ah
seperti khawarij, Rafidhah, Syi’ah, dan lain-lain, yang berupa hadis palsu (mawdhu’).
Tidak sedikit Hadis yang mereka buat dapat meluluhlantakkan fondasi-fondasi Islam,
sehingga bila tidak di lakukan klasifikasi dan koleksi, dapat berakibat pada kehancuran
ajaran Islam pada umumnya.
Semangat untuk menjaga Hadis, sebagai salah satu warisan Nabi yang
sangat berharga karena Nabi memang pernah bersabda bahwa beliau
meninggalkan dua hal yang jika umat Islam berpegang keduanya mereka
tidak akan tersesat selamanya, yaitu al Qur’an dan hadis Nabi.
Rasa bangga dan puas ketika mampu menjaga hadis Nabi dengan
menghafal dan kemudian meriwayatkannya
7
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 4
Latihan
Tugas/Lembar Kerja
Lengkapilah tabel berikut:
Periode Hadis pada masa kodifikasi
Abad I
Abad II
Abad III
Abad IV
Abad V
Abad VI
Abad VII
8
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Pengertian Ilmu Hadis
Terminologi ilmu Hadis diambil dari bahasa Arab علوم احلديث. Istilah ini diambil
dari dua kata yaitu العلومdan احلديث. Kata علومmerupakan bentuk plural dari kata علمyang
berarti “ilmu”, sedangkan احلديثberarti: “segala sesuatu yang taqrir atau sifat”. Dengan
الرد
َّ ث ال َقبُ ْو ُل َو ِ ْ السنَ ِد وادل
ُ ْت ِم ْن َحْي َّ َح َو ُالف ِِبَا أ ِ ىو ِع ْلم ِِبُصوٍل وقَو
ُ يُ ْعَر,اع َد
َ َ ْ َ َ ُْ ٌ َُ
Ilmu tentang pokok-pokok dan kaedah-kaedah yang digunakan untuk mengetahui
kondisi sanad dan matan Hadis, dari sisi diterima atau ditolak.1
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-ilmu Hadis secara parsial ini sudah mulai dilakukan
oleh para ulama sejak abad ke-3 H.
Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat persial tersebut pada masa berikutnya
digabungkan dan dijadikan sebagai satu disiplin ilmu khusus yang berdiri sendiri.
Terhadap penamaan disiplin ilmu ini, tetap dipergunakan nama Ulumul Hadis,
sebagaimana halnya sebelum disatukan. Sebutan lain untuk nama disiplin ilmu ini
adalah Mushthalah al-Hadis (Istilah-istilah Hadis)
Ilmu Hadis
Ilmu Hadis
Dirayah (Ilmu Ilmu Hadis
Musthalah Hadits) Riwayah
Ilmu Hadis Dirayah Mengetahui Kualitas Hadis, Hadis yang disepakati oleh
(Ilmu Musthalah
para ulama' Hadis mengenai diterima atau ditolaknya
Hadis)
Hadis berkaitan dengan kualitas Hadis itu sendiri, baik
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
)(علم يبحث عن الروىة من حيث ما ورد يف شاءهتم مما يشنيهم أو يزكيهم ِبلفاظ خمصوصة
Musthafa Al-Siba’i berpendapat bahwa Jarh wa al- ta’dil adalah cabang ilmu Hadis
yang secara khusus membicarakan tentang sisi negatif dan positif perawi Hadis. Ilmu
yang membahas mengenai para perawi, sekitar masalah yang membuat mereka
tercela atau bersih dengan menggunakan lafazh-lafazh tertentu.
2 Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.32
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
negara, dan di negeri mana saja tokoh-tokoh tersebut mengembara dan dalam
jangka berapa lama, serta kepada siapa saja mereka memperoleh Hadis dan
menyampaikannya.
“Ungkapan dari lafazh-lafazh yang sulit dan rumit untuk dipahami yang terdapat
dalam matan Hadis karena (lafazh tersebut) jarang digunakan.”
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
Ilmu Nasikh dan Mansukh Hadis yaitu ilmu yang membahas Hadis-hadis yang
bertentangan dan tidak mungkin diambil jalan tengah. Hukum Hadis yang satu
menghapus (me-nasikh) hukum Hadis yang lain (mansukh). Yang datang dahulu
disebut mansukh, dan yang muncul belakangan disebut nasikh
Contoh:
Dari Syadad Ibn Aus bahwa Rasul SAW bersabda:
جوم ِ
ُ اَفْطََر احلاج ُم وادلَ ْح
Artinya: “Telah batal puasanya orang yang membekam dan berbekam”
Kemudian pada lain waktu Rasulullah bersabda:
إحتِلٍَم وال ِمن اِ ْحتِ َج ٍم ٍ ِ
ْ اليُ ْفط ُر من قاء وال من
Artinya: “Tidak batal puasa orang yang muntah, orang yang bermimpi
kemudian keluar sperma dan orang yang berbekam.”
Kedua Hadis tersebut tampak saling bertentangan, yang pertama menyatakan bahwa
orang yang membekam dan dibekam keduanya batal puasanya. Sedangkan Hadis
kedua menyatakan sebaliknya. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hazm, Hadis
pertama sudah di-naskh (dihapus) dengan Hadis kedua. Karena Hadis pertama lebih
awal datangnya dari Hadis kedua.
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
Laut itu suci airnya dan halal bangkainya”. (HR. Imam Malik, Syafi’i, dan Ahmad).
Hadis ini dituturkan Rasul saw ketika berada di tengah lautan dan ada salah seorang
sahabat yang kesulitan berwudhu karena tidak mendapatkan air.
Al-Qāzī ‘Iyaz (w. 544 H) dengan kitab al-Ilma’ fī Usūl ar-Riwāyah wa as-Simā’.
7
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
Abu Hafs ‘Umar bin Abdul Majid al-Mayanaji ( w. 580 H. ) dengan kitab Ma la
Yasa’ al-Muhaddiś Jahluh.
Abu ‘Amar ‘Usman bin Salāh asy-Syahrazurī dengan kitabnya Ma’rifah Ulūm al-
Hadīś atau yang dikenal dengan Muqaddimah Ibn Şalāh fi Ulūm al-Hadīś. Kitab
yang terakhir ini telah di-syarah-i oleh para ulama berikutnya dan terdapat 27
mukhtasar (ringkasannya) sehingga dapat dijadikan pegangan oleh generasi
berikutnya
Latihan
1. Jelaskan pengertian Hadis menurut bahasa dan secara istilah ?
2. Sebutkan ruang lingkup dan cabang-cabang ilmu Hadis?
3. Sebutkan nama-nama kitab ilmu Hadis?
Tugas/Lembar Kerja
Analisis manfaat cabang-cabang ilmu Hadist berikut di dalam kaitannya dengan
penjagaan keshahihan hadits
8
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
9
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 5
Daftar Pustaka
A. Hassan, Terjemah Bulughul Maram, Bandung: Diponegoro, 2006
Ahmad Izzan. Ulumul Hadis. Bandung:Tafakur, tt.
10
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 6
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Pengertian Ilmu Jarh wa Ta’dil
a. Al-Jarh secara etimologis merupakan bentuk masdar, dari kata َ ََْيَر ُحه-ح
ََ َجَر yang
berarti seseorang membuat luka pada tubuh orang lain yang ditandai dengan
mengalirnya darah dari luka itu. sedangkan secara terminologis berarti munculnya
suatu sifat dalam diri perawi yang menodai sifat adilnya atau mencacatkan hafalan
dan kekuatan ingatannya, yang mengakibatkan gugur riwayatnya atau lemah
riwayatnya atau bahkan tertolak riwayatnya. Sedangkan at-tajrih mensifati seorang
perawi dengan sifat-sifat yang membawa konsekuensi penilaian lemah atas
riwayatnya atau tidak diterima.
b. Al-‘Adl secara etimologis berarti sesuatu yang terdapat dalam jiwa bahwa sesuatu itu
lurus, merupakan lawan dari lacur. Ta’dil pada diri seseorang berarti menilainya
positif. Sedangkan secara terminologis berarti orang yang tidak memiliki sifat yang
mencacatkan keagamaan dan muruah-nya. Sehingga khabar dan kesaksiannya bisa
diterima, bila memenuhi syarat-syarat kelayakan ada’.
Dengan demikian Ilmu Jarh wa Ta’dil berarti:
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 6
“Ilmu yang membahas hal ihwal para perawi dari segi diterima atau ditolak riwayat
mereka”
Ilmu ini merupakan ilmu Hadis yang terpenting, teragung posisinya dan terluas
pengaruhnya. Karena dengan ilmu ini, dapat dibedakan yang shahih dari yang cacat,
yang diterima dari yang ditolak. Karena masing-masing tingkatan jarh dan ta’dil
memiliki akibat hukum yang berbeda-beda.
Ilmu Jarh Wa Ta’dil adalah Ilmu yang menerangkan tentang hal catatan-catatan
yang dihadapkan kepada para perawi dan tentang penta’dilanya (memandang adil para
perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat kata-kata itu.
(Hasbi Ash Shidiqi)
Ilmu ini merupakan salah satu bagian dari ilmu rijal al Hadis dan ilmu ini
dipandang sebagai bagian terpenting dalam ilmu Hadis dan suatu ilmu yang berdiri
sendiri. Ilmu ini tumbuh seiring dengan tumbuhnya periwayatan Hadis. Dan
berkembangnya lebih nyata sejak terjadinya al fitnah al Kubra atau pembunuhan
terhadap Khalifah Utsman bin Affan tahun 36 H. Pada waktu itu, umat muslimin telah
terkotak-kotak ke dalam berbagai kelompok, masing-masing mencari legitimasi dengan
mengutip Hadis Rasul. Jika tidak ditemukan mereka membuat Hadis palsu. Sejak itulah
para ulama Hadis menyeleksi Hadis Rasul baik dari segi matan maupun kritik sanadnya.
Menurut Ibnu Adi ilmu ini telah ada sejak zaman sahabat. Menurut Muhammad
‘Ajjaj al Khatib, perkembangan ilmu Jarh dan ta’dil sejalan dengan perkembangan
periwayatan dalam Islam.
Pada masa tabi’in muncul beberapa ulama yang membahas masalah Jarh Wa
Ta’dil, diantaranya Asy Sya’bi, Ibnu Sirin, dan Sa’id bin al Musyayyab. Pada abad 2 H,
perkembangan ilmu Jarh wa Ta’dil mengalami kemajuan dengan bukti aktivitas para ahli
semakin giat men-tajdid dan men-ta’wil para rawi, diantaranya Yahya bin Sa’id Qaththan
dan Abdurrahman bin Mahdi.
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 6
1. Tidak disyaratkan bagi ulama al-jarh wa al-ta’dil harus laki-laki dan merdeka. Yang
penting melakukan tazkiyah dan jarh.
2. Suatu pendapat menyatakan bahwa tidak dapat diterima al-jarh wa al-ta’dil kecuali
dengan pernyataan dua orang.
1. Bersikap objektif dalam tazkiyah, sehingga ia tidak meninggikan seorang rawi dari
martabat yang sebenarnya atau merendahkannya.
2. Tidak boleh men-jarh melebihi kebutuhan.
3. Tidak boleh hanya mengutip jarh saja sehubungan dengan orang yang dinilai jarh
oleh sebagian kritikus tetapi dinilai adil oleh sebagian yang lainnya.
4. Tidak boleh jarh terhadap rawi yang tidak perlu di jarh karena hukumnya
disyariatkan lantaran darurat.
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 6
1. Syarat pertama: al-jarh wa al-ta’dil diucapkan oleh ulama yang telah memenuhi
syarat sebagai ulama al-jarh wa al-ta’dil.
2. Syarat kedua: jarh tidak dapat diterima kecuali dijelaskan sebab-sebabnya. Adapun
ta’dil tidak disyaratkan harus disertai penjelasan sebab-sebabnya.
Apabila terjadi pertentangan antara jarh dan ta’dil terhadap seorang rawi, maka
dalam hal ini terdapat beberapa pendapat ulama. Pendapat yang shahih adalah pendapat
jumhur ulama dan dishahihkan oleh Ibnu al-Shalah dan muhaddits lain serta sebagian
ulama ushul. Mereka berkata bahwa jarh didahulukan atas ta’dil meskipun yang men-
ta’dil itu lebih banyak. Ini karena orang yang men-ta’dil hanya memberikan karakteristik
yang tampak baginya, sedangkan orang yang men-jarh memberitakan karakteristik yang
tidak tampak dan samar bagi orang yang men-ta’dil.
Akan tetapi, kaidah ini tidak menunjukkan kemutlakan harus didahulukannya
jarh. Kadang-kadang para ulama mendahulukan ta’dil atas jarh dalam banyak
kesempatan. Jadi kaidah ini terbatas dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Jarh harus dijelaskan dan harus memenuhi semua syarat-syaratnya.
2. Orang yang men-jarh tidak sentimen atas orang yang di jarh atau terlalu
mempersulit dalam men-jarh.
3. Pen-ta’dil tidak menjelaskan bahwa jarh yang ada tidak dapat diterima bagi rawi
yang bersangkutan.
َُْ َ ُ َ ٌ َُ
2. Misalnya pernyataan (فَلن َل ي ْسأ ُل غىهfulan tidak dipertanyakan).
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 6
3. Kata-kata yang mengukuhkan kualitas tsiqat dengan salah satu sifat di antara
sekian sifat adil dan tsiqat, baik dengan kata yang sama atau kata yang searti.
ٌ َ ٌ َ ْ ٌ َ ٌ َ
Misalnya: ِثقة ِثقة , ِثقة َمأ ُم ٌىن, ِثق ٌه َحا ِفظ
4. Kata-kata yang menunjukkan sifat adil dengan kata yang menyiratkan ke-
ٌ َ ٌ ْ َ َّ ُ َ ٌ ْ َ ٌ ْ ُ ٌ َ َ
dhabit-an. Misalnya: ض ِابط غدل, غدل ِإمام حجة, مت ِقن, ثبت
5. Kata-kata yang menunjukkan sifat adil, tetapi menggunakan kata yang tidak
َ َل بأ, َمأ ُمىن, صدوق َْ َ ٌ ْ ٌ َُْ
menyiratkan ke-dhabit-an. Misalnya: س ِب ِه
َ ْ ٌ َُ
ُ شا َء
6. Kata-kata yang sedikit menyiratkan makna tajrih. Misalnya: , هللا صدوق ِاو
اب َ َّ َ ْ َ َ ْ َ
ِ ليس ِبب ِػي ٍد ِمن الصى
2. Tingkatan-tingkatan lafazh al-jarh
1. dengan kata-kata yang menunjukkan mubalaghah dalam hal jarh. Misalnya:
ْ ُ ُْ
الكذ ِب َّ ُ َ ْ َ
ِ ركن, أكذب الىاس
ٌ كذ ٌ َ َّ َ
2. Jarh dengan kedustaan atau kepalsuan. Misalnya: ِوضاع, اب
ُ ْ َ َ َ َ َّ ٌ ْ َ
َل ُيك َت ُب َح ِد ْيث ُه, يس ِبش ْي ٍئ ل, ض ِػيف ِجدا,
5. Kata-kata yang menunjukkan penilaian dha’if atas perawi atau kerancuan
ٌ َ َْ َ َ
hafalannya. Misalnya: ض ِػ ْيف, َل يحت ُّج ِب ِه, ُمضطزب الح ِديث
ْ َ ْ
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 6
Latihan
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 8
HADIS MUTAWATIR
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Secara bahasa mutawatir berasal dari kata tawatara yang artinya berturut-turut
atau sesuatu yang datang secara beriringan tanpa disela antara yang satu dengan
lainnya.
Menurut bahasa, kata Mutawatir, berarti mutatabi' yaitu yang (datang) berturut-turut,
dengan tidak ada jaraknya.
Sedangkan menurut istilah Hadis mutawatir adalah Hadis yang diriwayatkan
oleh sejumlah perawi, baik terdiri dari satu thabaqah(tingkatan) atau lebih, yang
menurut adat mustahil mereka bersepakat untuk berdusta, dan Hadis tersebut
merupakan tangkapan dari panca indera mereka sendiri. Hadis mutawatir adalah Hadis
yang diriwayatkan oleh orang banyak dalam setiap generasinya, yang menurut adat
tidak mungkin mereka berbuat dusta, dan mereka meriwayatkannya secara indrawi dan
memberikan ilmu yakin. Selain itu, ada juga yang mendefinisikan Hadis Mutawatir ialah
Hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang yang menurut adat mustahil mereka
bersepakat untuk berdusta (jumlah banyak itu) sejak awal sanad sampai akhirnya. Ada
lagi yang mendefinisikan Hadis mutawatir ialah Hadis yang diriwayatkan banyak orang,
dan diterima dari banyak orang pula, yang menurut adat mustahil mereka bersepakat
untuk berdusta.
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 8
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 8
waktu shalat, jumlah rakaat shalat, adanya shalat ‘id, adanya shalat jenazah dan
seterusnya.
Mutawatir lafzhi menurut para ulama, jumlahnya sangat sedikit, bahkan menurut
Ibn Hibban dan al-Hazimi Hadis tidak ada. Al-Asqalani menolak pendapat ibn Hibban
dan al-Hazimi, menurutnya pandangan yang demikian itu terjadi karena kurang
mengetahui jalan-jalan atau keadaan-keadaan para rawi serta sifat-sifatnya yang
menghendaki bahwa mereka itu tidak mufakat untuk berdusta. Salah satu contoh
Hadis mutawatir lafzhi yang sering dikutip yaitu "barang siapa yang dengan sengaja
berbuat dusta atas namaku, niscaya ia menempati tempat duduknya dari api neraka".
Berbeda dengan mutawatir lafzhi, mutawatir maknawi tidak banyak diperdebatkan oleh
ahli Hadis, karena Hadis ini relatif jauh lebih banyak dan lebih mudah dijumpai karena
biasanya menyangkut aktifitas ibadah ritual.
Hadis-hadis mutawatir ini ini dapat diperoleh pada kitab-kitab Hadis para ulama,
tetapi untuk memudahkan memperoleh dan mengetahuinya terdapat ulama yang secara
khusus menulis kitab Hadis yang berisi Hadis-Hadis mutawatir, salah satu di antaranya
ialah: al-azhar al-Mutanatsirah fi al Akhbar al-Mutawatirah karya as-Suyuthi yang di
dalamnya memuat 112 buah Hadis.
a. Mutawatir lafzhi
Yaitu mutawatir dalam satu masalah yang diriwayatkan menggunakan lafazh satu
atau lebih namun satu makna, atau menggunakan susunan kata yang berbeda tapi
satu pengertian, yaitu tetap dalam satu konteks masalah itu, yakni Hadis yang sama
lafazh, hukum, dan maknanya
Contoh Hadis Mutawatir Lafzhi:
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 8
Hadis ini diriwayatkan oleh 70 orang perawi ada thabaqah sahabat, dan jumlah
periwayat yang banyak ini terdapat pada thabaqah-thabaqah berikutnya.1
b. Mutawatir Maknawi
Yaitu Hadis yang mutawatir dalam kejadian yang berbeda-beda, tetapi ada suatu
kesamaan yang ditujukan oleh Hadis itu, baik dari segi isi maupun makna yang
tersirat, yakni Hadis yang berlainan bunyi dan maknanya, akan tetapi dapat
diambil maknanya.
Di antara contoh-contoh Hadis mutawatir maknawi ialah seperti Hadis yang
menerangkan danau Nabi Saw di akhirat. Hadis yang menerangkan hal ini
diriwayatkan oleh lebih dari lima puluh sahabat, sebagaimana yang dikatakan oleh
Al-Baihaqi dalam kitabnya Al-Ba'tsu wa Al-Nusyur. Bahkan Imam Al-Dhiya' Al-
Maqdiri telah menghimpun Hadis-Hadis tersebut dalam kitab Al-Jam'u
Contoh yang lain ialah Hadis-Hadis yang menerangkan syafa'at. Menurut Al-
Qhadi 'Iyadh, bahwa kuantitas rawi dari Hadis-Hadis tentang syafa'at ini mencapai
tingkat mutawatir, sebagaimana Hadis-Hadis yang menjelaskan tentang mengusap
sepatu. Menurut Ibnu Abdi Al-Bar, Hadis tentang hal ini tingkat mutawatir.
Suatu Hadis baru dapat dikatakan Hadis mutawatir, bila Hadis itu memenuhi tiga
syarat, yaitu2:
1. Hadis yang diriwayatkan itu haruslah mengenai sesuatu dari Rasulullah SAW
yang dapat ditangkap oleh panca indera, seperti sikap dan perbuatannya yang
1Mahmud At-Thahan, Taysir Musthalah Hadis, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 2004), hlm 25
2Ismail, Syuhudi M., Kaedah Kesahihan Sanad Hadis Telaah Kritis Dan Tinjauan Dengan Pendekatan Ilmu
Sejarah, (Jakarta; Bulan Bintang, 1988), hal. 39
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 8
dapat dilihat dengan mata kepala atau sabdanya yang dapat didengar dengan
telinga.
2. Para rawi (orang-orang yang meriwayatkan Hadis) itu haruslah mencapai jumlah
yang menurut kebiasaan (adat) mustahil mereka sepakat untuk berbohong.
Tentang beberapa jumlah minimal para rawi tersebut terdapat perbedaan
pendapat dikalangan para ulama, sebagian menetapkan dua belas orang rawi,
sebagian yang lain menetapkan dua puluh, empat puluh dan tujuh puluh orang
rawi.
3. Jumlah rawi dalam setiap tingkatan tidak boleh kurang dari jumlah minimal
seperti yang ditetapkan pada syarat kedua.
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
HADIS AHAD
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Kata ahad berarti “satu”. Khabar al-Wahid adalah kabar yang diriwayatkan oleh
satu orang. Sedangkan menurut istilah Ilmu Hadis, Hadis Ahad berarti :
.ىو ما رواه الواحد أ و اﻹ ثنان فاكثر مما مل تتوفو فيو شروط املشهور أو املتواتر
“Hadis Ahad adalah Hadis yang diriwayatkan oleh satu orang perawi, dua atau
lebih, selama tidak memenuhi syarat-syarat Hadis Masyhur atau Hadis Mutawatir”.
Dari definisi ‘Ajjaj al-Khathib di atas dapat dipahami bahwa Hadis Ahad adalah Hadis
yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah yang terdapat pada Hadis Mutawatir
ataupun Hadis Masyhur.
Ada juga ulama yang mendefinisikan Hadis ahad secara singkat, yakni Hadis yang
tidak memenuhi syarat-syarat Hadis mutawatir, Hadis selain Hadis mutawatir atau
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
Hadis yang sanadnya sah dan bersambung hingga sampai kepada sumbernya (Nabi)
tetapi kandungannya memberikan pengertian zhanni dan tidak sampai
kepada qat’i dan yaqin.1
Hadis Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta
Masyhur belum mencapai derajat mutawatir.
1. Masyhur di kalangan para Muhaddisin dan
lainnya (golongan ulama ahli ilmu dan orang umum).
2. Masyhur di kalangan ahli-ahli ilmu tertentu misalnya
hanya masyhur di kalangan ahli Hadis saja, atau ahli fiqh
saja, atau ahli tasawuf saja, atau ahli nahwu saja, atau lain
sebagainya
3. Masyhur di kalangan orang-orang umum saja
Hadis ‘Aziz Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang, walaupun dua
orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja,
kemudian setelah itu, orang-orang pada meriwayatkannya.
selagi pada salah satu thabaqahnya (lapisannya) saja, di
dapati dua orang rawi
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
Jumhur ulama sepakat bahwa beramal dengan Hadis ahad yang telah memenuhi
ketentuan maqbul hukumnya wajib, sedangkan golongan Qadariah, Rafidhah dan
sebagian ahli Zhahir menetapkan bahwa beramal dengan dasar Hadis ahad hukumnya
tidak wajib3
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
b. Ijma' ditempuh dalam berbagai masalah yang tidak diperoleh dalilnya dari al-
Kitab dan al- sunnah. Ijma' dalam hal ini, ialah ijma'-nya para fuqaha yang
memiliki ilmu khusus.
c. Qawl (pendapat) sebagian sahabat yang diketahui, tidak ada qawl lain yang
menyelisihinya.
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
Sedangkan Hadis mursal, Imam Syafi'i tidak menerima secara mutlak dan
tidak menolaknya secara mutlak. Hadis mursal dapat diterima Imam Syafi'i
dengan dua syarat; pertama, Hadis mursal itu disampaikan oleh tabi'in yang
banyak berjumpa dengan sahabat; kedua, ada petunjuk yang menguatkan sanad
Hadis ahad itu. Walaupun Hadis mursal diterima Imam Syafi'i sebagai hujjah,
namun menurutnya tidaklah sederajat dengan hadis ahad; dan demikian juga
Hadis ahad, dapat diterima, tetapi tidak sejajar dengan al-Qur`an dan Hadis
mutawatir.
7
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
4. Menerangkan mana yang nasikh danmana yang mansukh dari ayat-ayat al-
Qur`an
Imam Syafi'i memakai ijma', qawl sahabat dan qiyas dengan merujuk pada
kedua sumber ajaran Islam tersebut. Selanjutnya, Imam Syafi'i menerima Hadis
ahad sebagai hujjah dengan syarat, harus dari periwayat yang dapat dipercaya
dan memenuhi kriteria tam al-dhabth. Imam Syafi'i menerima juga Hadis mursal
dengan syarat, periwayatnya banyak berjumpa dengan sahabat dan sanad-nya
dapat dipercaya.Menurutnya, posisi Hadis mutawatir lebih tinggi dari pada Hadis
ahad dan Hadis mursal.
8
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
Latihan
1. Jelaskan pengertian Hadis Ahad secara bahasa dan istilah!
2. Sebutkan macam-macam Hadis Ahad!
3. Jelaskan kehujjahan Hadis Ahad sebagai dasar hukum Islam!
9
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 9
Tugas/Lembar Kerja
Disajikan contoh Hadis, mahasiswa diminta mengidentifikasi kehujjahan Hadis tersebut.
Umpan Balik
10
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 10
HADIS SHAHIH
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Definisi Hadis Shahih
Kata Shahih dalam bahasa diartikan dengan orang yang sehat. Antonim dari kata
al saqim artinya orang yang sakit. Dikatakan Hadis shahih dikarenakan Hadis tersebut
sehat, dalam arti Hadis tersebut benar-benar sehat tidak terdapat penyakit dan tidak
cacat.
Mahmud at-Thahan dalam kitab Taisir fi Mustholah al-Hadis, mendefinisikan
dengan:
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 10
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 10
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 10
ح ّدثنا عبد هللا بن يوسف قال أخربان مالك عن ابن شهاب عن دمحم بن جبري بن مطعم عن
}أبيو قال مسعت رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص قرأ يف املغرب ابلطّور { رواه البخاري
Contoh lain:
البغدادي ح ّدثنا إمساعيل ابن عُليَّةَ ح ّدثنا خالد احل ّذاء عن أيب
ّ ح ّدثنا أمحد بن منيع
قِالبة عن عائشة قالت قال رسول هللا صلى هللا عليو وسلّم إ ّن من أكمل املؤممنني إمياان
} أحسنُهم خلقا وألطَُفهم أبىلو { رواه الرتمذى
“Dari Aisyah r.a., ujarnya: Rasulullah SAW bersabda: Termasuk
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 10
“Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda: “Dasar (pokok) Islam itu
ada lima perkara: mengakui tidak ada tuhan selain Allah dan mengaku
bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan Sholat
(sembahyang), membayar zakat, menunaikan puasa di bulan Ramadhan
dan menunaikan ibadah haji” (HR. Bukhari dan Muslim).
الرمحن عن أيب ِ
ّ حممد بن حيي قال ح ّدثنا مالك عن ابن شهاب عن ُمحيد بن عبد
ّ أنبأان
ابلسواك
ّ ىريرة أ ّن رسول هللا صلّى هللا عليو وسلّم قال لوال أن أ ُش َّق على ّأميت أل ََم ْرهتُم
}كل وضوء { رواه النسائ يف سننو الكربى
ّ مع
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami, Muhammad ibn Yahya, ia
berkata: telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibn Syihab dari
Humaid ibn Abdurrahman dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda: sekiranya tidak menyusahkan ummatku, tentulah aku akan
perintahkan mereka bersiwak pada tiap kali wudhu. ( HR. An Nasa’i, dalam
Sunan Kubro)
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 10
Imam Bukhari dan Imam Muslim. Artinya Imam Bukhari meriwayatkan Hadis
melalui sanad yang sama dengan sanad yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
2. Hadis riwayat Bukhari sendirian ( )ما انفرد بو البخاري adalah Hadis yang
3. Hadis riwayat Muslim sendirian ( )ما انفرد بو مسلم adalah Hadis yang
Urutan Sanad Yang Paling Shahih atau Yang Biasa disebut Silsilah Emas
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 10
III. Dari sahabat Abu Hurairah: “Suhail bin Abi Shalih dari Ayahnya dari Abi
Hurairah.”
7
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 10
Buku yang khusus mengumpulkan Hadis shahih pertama kali adalah Shahih
Bukhari, kemudian Shahih Muslim
Secara umum ulama sepakat bahwa Shahih Bukhari lebih unggul dibanding
shahih Muslim, dikarenakan:
Latihan
8
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 10
Tugas/Lembar Kerja
Disajikan contoh Hadis, mahasiswa diminta mengidentifikasi antara apakah dalam Hadis
tersebut terdapat syarat-syarat Hadis shahih atau tidak.
Disajikan contoh Hadis shahih lidzatihi dan Hadis shahih lighairihi dan mahasiswa
diminta untuk menghafalkan lengkap sanad dan matannya.
Umpan Balik
9
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 11
HADIS HASAN
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Definisi Hadis Hasan
Hasan menurut bahasa berarti baik atau bagus.
Ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan Hadis hasan, di antaranya
adalah:
Menurut pendapat al-Khitabi: “Hadis yang diketahui sumbernya,
periwayat-periwayatnya diterima oleh kebanyakan ulama dan matan
Hadisnya digunakan oleh umumnya ahli fiqh”
Menurut pendapat at-Tirmidzi: “Tiap-tiap Hadis yang pada sanadnya
tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya) tidak ada
kejanggalan (syadz) dan (Hadis tersebut) diriwayatkan pula melalui
jalan lain”.
Menurut pendapat Ibnu Hajar, ”Hadis hasan adalah Hadis yang
dinukilkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang
muttasil sanadnya, tidak cacat dan tidak ganjil.”
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, pendapat yang paling rajih (kuat)
adalah pendapat Ibnu hajar al-Asqalani yaitu: “Hadis ahad yang diriwayatkan oleh
orang yang adil dan lebih ringan kedzabitan rijalnya jika dibandingkan dengan rijal
al Hadis shahih, sanadnya sambung, tidak cacat dan tidak syadz”.
Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa Hadis Hasan tidak
memperlihatkan kelemahan dalam sanadnya, hanya kurang kesempurnaan
hafalannya. Hadis hasan hampir sama dengan Hadis shahih, perbedaannya hanya
mengenai hafalan, di mana Hadis hasan rawinya tidak kuat hafalannya.
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 11
Hadis ini hasan, karena sanadnya bersambung, tidak ada cacat, tidak syadz, semua
rijalul Hadis-nya adil dan dhabith. Hanya saja Ja’far bin Sulaiman Adz Dzuba’i lebih
ringan ke-dhabith-annya dibanding rijalul Hadis shahih.
Contoh lain:
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 11
سهل عن أبيو ِ
ْ بن عبد هللا بن جعفر ح ّدثنا َم ْع ُن بن عيسى ح ّدثنا أ ََُب بن عبّاس بن
ُ علي
ّ ح ّدثنا
) ف (رواه البخارى
ُ يب صلّى هللا عليو وسلّم يف حائطنا فرس يقال لو الل َحْي
ّ ّ كان للن:عن ج ّده قال
“Diceritakan bahwa Rasulullah SAW memiliki seekor kuda, ditaruh dikandang kami
yang diberi nama al-Luhaif.”(HR. Bukhori)
Hadis ini hasan karena sanadnya bersambung, tidak ada cacat, tidak syadz,
semua rijalul Hadis-nya adil dan dhabith. Hanya saja Ubay bin Abbas lebih ringan ke-
dhabith-annya dibanding dengan rijalul Hadis shahih.
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 11
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 11
بن
ُ بن انفع أخربان معاويةُ عن حيي أخربان أبو َسلَ َم َة ُ ِالرب
ُ يع َّ ح ّدثنا أبو تَ ْوبَ َة: قال أبو داود
الرمحن أ ّن أاب ىريرة أخربه أ ّن عمر بن اخلطّاب ّ عبد
اعي ح ّدثنا ِ
ّ بن ادلبارك عن األوز ُ ح ّدثنا أبو بكر بن أىب َشْي بَ َة ح ّدثنا عبد هللا: قال ابن ماجو
بن أوس الثَّ َقفي قال ِ ِ
ُ أوس
ُ بن َعطيَّةَ ح ّدثىن أبو األَ ْش َعث ح ّدثىن ُ حسا ُن
ّ
Maratib (Tingkatan derajat) Hadis Hasan:
I. Pertama: Hadis yang dikatakan shahih dan ada yang mengatakan hasan. Yaitu
yang diriwayatkan oleh :
Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya.
Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya
Ibnu Ishaq dari at-Taimy
II. Kedua: Hadis yang dikatakan hasan dan ada yang mengatakan dha’if. Yaitu yang
diriwayatkan oleh:
Al-Haris bin Abdullah
Ashim bin Dhamrah
Hajjaj bin Arthah
Jika ada ucapan ىذا حديث صحيح اإلسناد artinya sanadnya muttashil, diriwayatkan
Jika ada ucapan ىذا حديث حسن اإلسناد artinya sanadnya muttashil, diriwayatkan
Jika Tirmidzi mengatakan ىذا حديث حسن صحيحartinya ada dua kemungkinan:
1. Jika hanya satu sanadnya, maka artinya shahih menurut satu kaum dan hasan
menurut kaum lainnya.
2. Jika sanadnya banyak maka artinya sanad satunya shahih dan sanad yang
satunya hasan.
3. Hadis tersebut dinilai Hadis hasan lidzatih dan shahih lighairih.
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 11
Latihan
Tugas/Lembar Kerja
Disajikan contoh Hadis, mahasiswa diminta mengidentifikasi antara apakah dalam Hadis
tersebut termasuk pada tingkat hasan lidzatihi atau hasan lighairihi.
Disajikan contoh Hadis hasan, mahasiswa diminta menghafalkan lengkap matan dan
sanadnya.
Tes Formative/Kunci Jawaban (PG menggunakan googleform)
Umpan Balik/Tindak Lanjut
Umpan Balik
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
HADIS DHA’IF
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Definisi Hadis Dha’if
Kata dha’if menurut bahasa yang berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiy
yang kuat. Sebagai lawan dari kata shahih, kata dha’if secara bahasa berarti Hadis
yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat.
Hadis Mauquf ialah Hadis yang diriwayatkan dari para sahabat, berupa
perkataan, perbuatan dan taqrirnya. Sebagai contoh Ibnu Umar berkata:
ِ ه
َاَّللُ عَ لَيْ ه َو َس ل م
ه اَّللِ صَ لهى
َر ُس و ُل ه َخ َذ
َأ ال
َ َاَّللُ عَ نْ ُه َم ا ق
ض َي هِ ب ِن ع م ر ر
َ ََُ ْ عَ ْن عَ بْ دِ ه
ِاَّلل
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
َ ِح ت
ك ِ فَ ََل تَ نْ تَظِ ر ال صه ب اح وإِذَ ا أَص ب ح ت فَ ََل تَ نْ تَظِ ر ا لْم س اء وخ ْذ ِم ن
ص ه ْ َُ َ َ َ ْ َ ْ َْ َ َ َ ْ تَ ْس ي
َ أ َْم
ِ ِو ِم ن ح ي ات ِ لِم ر
َ ِك ل َم ْوت
ك َ ََ ْ َ ك
َ ض ََ
Artinya: Dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma dia berkata; "Rasulullah SAW
pernah memegang pundakku dan bersabda: 'Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan
orang asing atau seorang pengembara." Ibnu Umar juga berkata; 'Bila kamu berada
di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu
berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu
sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.'” (H.R. Bukhari)
Hadis Maqhtu’,
Hadis Maqthu’ ialah Hadis yang diriwayatkan dari Tabi’in, berupa perkataan,
perbuatan atau taqrirnya. Contoh : seperti perkataan Sufyan Ats-Tsaury, seorang
Tabi’in: “Termasuk Sunnah, ialah mengerjakan sembahyang 12 raka’at setelah
shalat idul fithri , dan 6 raka’at shalat idul Adha.
Contohnya, “Rasulullah SAW, bila telah selesai shalat sunnat dua raka’at fajar,
beliau berbaring miring di atas pinggang kanannya.”
Hadis Bukhari di atas yang bersanad Abdullah bin Yazid, Said bin Abi Ayyub,
Abul Aswad, Urwah bin Zubair dan Aisyah r.a dan riwayat dari rawi-rawi yang
lain yang lebih tsiqah yang meriwayatkan atas dasar fi’il (perbuatan Nabi).
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
Hadis Mursal
Hadis mursal adalah Hadis yang tidak disebutkan perawi dari golongan sahabat,
artinya Hadis tersebut diriwayatkan oleh seorang tabi’in (generasi setelah sahabat),
baik tabi’in kecil maupun tabi’in dewasa (tamyiz) namun tidak menyebutkan nama
perawi dari golongan sahabat dan langsung meriwayatkan dari Rasulullah SAW.
Hal ini tidak dibenarkan, karena secara teknis seorang Tabi’in harusnya
mendapatkan Hadis dari seorang sahabat yang meriwayatkan Hadis dari Rasul SAW.
Contoh Hadis Mursal :
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
عن ابن شهاب عن سعيد بن مسيب، عن عقيل، ثنا الليث، ثنا حجني،حدثين دمحم بن رافع
أن رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص هنى بيع عن املزابنة
Dalam Hadis tersebut, Sa’id bin Musayyab adalah seorang Tabi’in kabir (dewasa)
namun langsung meriwayatkan dari Rasul SAW. Padahal secara teknis seorang
Tabi’in tidak mungkin bertemu dengan Rasul SAW. Seorang Tabi’in mendengar
Hadis dari Sahabat.
1Mahmud at-Thahhan, Taysir Musthalah Hadis, Riyadh, (Maktabah Ma’arif, 2004), hlm 89-90
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
6) Hadis tersebut digunakan sebagai hujjah oleh para ulama dalam fatwanya.
Dengan penjelasan ini, maka bisa dipahami bahwa terdapat dua Hadis
mursal, Mursal shahabi dan Mursal Tabi’i.
Perbedaan keduanya adalah pelakunya. Mursal Tabi’i pelaku (mursil) nya
adalah seorang tabi’in. Adapun Mursal Shahabi mursil-nya adalah sahabat. Biasanya
sahabat tersebut adalah sahabat kecil yang meriwayatkan Hadis dari sahabat
dewasa, namun ia tidak menyebutkan nama sahabat dewasa tersebut dan langsung
menyebutkan Rasulullah SAW.
Mursal sahabi inilah yang oleh jumhur (pendapat mayoritas) ulama ke-hujjah-
annya diterima, karena Rawi yang dihilangkan bisa dipastikan sebagai sahabat.
Hadis Mu’allaq
Hadis mu’alaq adalah Hadis yang dihilangkan satu perawi atau lebih secara
berurutan.
Di antara ciri-ciri Hadis mu’allaq adalah:
1. Dihilangkannya semua sanad dan perawi langsung disandarkan kepada Rasul
SAW.
2. Dihilangkan seluruh sanadnya dan disebutkan hanya 1 perawi dari sahabat atau
tabi’in.
وقال أبو موسى غطى النِب ملسو هيلع هللا ىلص ركبتيه حني دخل عثمان
Artinya: Abu Musa RA berkata: “Nabi SAW menutup dua lutut beliau ketika Utsman
masuk”.
Hadis ini termasuk Hadis mu’allaq, karena Imam Bukhari menghilangkan seluruh
sanadnya kecuali satu orang sahabat yaitu Abu Musa al-Asy’ari
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
Hadis mu’allaq tertolak karena ada ketidaktersambungan sanad, yaitu adanya satu
perawi atau lebih yang dihilangkan.
Namun dikecualikan, jika Hadis Hadis mu’allaq tersebut terdapat dalam kitab
shahihain (kitab Bukhori Muslim) maka ada beberapa pendapat hukum mengenai
hal ini;
1. Bila disebutkan dalam bentuk jazm (pasti), seperti “telah berkata’, “telah
menyebutkan”, ”telah menghikayatkan” dan yang semisalnya, maka dihukumi
keshahihannya, artinya ke-hujjah-annya diterima.
2. Bila disebutkan dengan bentuk tamridz (tidak pasti) seperti (telah dikatakan)
(telah disebutkan), artinya perawinya majhul (tidak diketahui), maka tidak
diterima ke-hujjah-annya.
Hadis Mu’dzal
Hadis Mu’dzal adalah Hadis yang dihilangkan 2 perawi atau lebih dalam
periwayatannya secara berurut-urut.
Contoh Hadis mu’dzal
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab al Muwattha’:
بلغين عن أيب هريرة أن رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص قال للملوك طعامه وكسوته ابملعروف وال يكلف من العمل
إال ما يطيق
Artinya: “Telah menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah R.A sungguh Rasul
SAW bersabda: ‘Berikan makanan dan pakaian yang layak kepada para budak.
Jangan bebani mereka dengan pekerjaan yang tidak mereka sanggupi.’”
Menurut Imam al Hakim, Hadis tersebut adalah Hadis Mu’dzal karena Imam Malik
membuang dua perawi yaitu Muhammad bin ‘Ajlan dan ‘Ajlan. Seharusnya dua
perawi tersebut disebutkan sebelum Abu Huarairah RA. 2
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
Hadis Munqathi’
Munqathi’ artinya terputus. Hadis munqathi’ artinya Hadis yang terputus sanadnya
mulai di tengah sebanyak satu perawi atau lebih dari satu, dan terputusnya tidak
berurutan.
Menurut pengertian tersebut maka putusnya sanad dalam Hadis munqathi’ bisa
dibedakan menjadi 3 macam:
1. Hilang satu perawi di tengah sanad
2. Hilang 2 perawi di bagian manapun dan tidak berurutan
3. Hilang lebih dari 2 perawi dibagian manapun dan tidak berurutan.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka jelas bahwa Hadis munqathi’ termasuk Hadis
dha’if, dan ke-hujjah-annya tertolak, tidak diterima.
d. Hadis Dha’if ditinjau dari aspek salah satu aspek, baik sanad ataupun matan
secara bergantian.
Yang dimaksud bergantian disini adalah ke-dha’if-an tersebut kadang-kadang
terjadi pada sanad dan kadang-kadang pada matan, yang termasuk jenis ini
yaitu:
Hadis Maqlub,
Hadis Maqlub ialah Hadis yang terjadi mukhalafah (menyalahkan Hadis lain),
disebabkan mendahulukan dan mengakhirkan.
Tukar menukar yang dikarenakan mendahulukan sesuatu pada satu dan
mengakhirkan pada tempat lain, adakalanya terjadi pada matan Hadis dan
adakalanya terjadi pada sanad Hadis.
Contoh: Tukar menukar yang terjadi pada matan , Hadis Muslim dari Abu
Hurairah r.a
Artinya: “... dan seseorang yang bersedekah dengan sesuatu yang sedekah yang
disembunyikan, hingga tangan kanannya tak mengetahui apa-apa yang telah
dibelanjakan oleh tangan kirinya”.
7
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
Hadis ini terjadi pemutarbalikan dengan Hadis riwayat Bukhari atau riwayat
Muslim Sendiri, pada tempat lain, yang berbunyi.
“(hingga tangan, kirinya tak mengetahui apa-apa yang dibelanjakan tangan
kanannya.)”.
Tukar menukar pada sanad dapat terjadi, misalnya rawi Ka’ab bin Murrah
bertukar dengan Murrah bin Ka’ab dan Muslim bin Wahid, bertukar dengan
Wahid dan Muslim.
Hadis Mudraf
Kata Mudraf menurut bahasa artinya yang disisipkan. Secara terminologi Hadis
mudraf ialah Hadis yang di dalamnya terdapat sisipan atau tambahan.
Hadis Mushahhaf
Hadis Mushahhaf ialah Hadis yang terdapat perbedaan dengan Hadis yang
diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah, karena di dalamnya terdapat beberapa huruf
yang diubah. Pengubahan ini juga bisa terjadi pada lafazh atau pada makna,
sehingga maksud Hadis menjadi jauh berbeda dari makna, dan maksud semula.
e. Hadis Dha’if ditinjau dari aspek matan dan sanadnya secara bersama-sama
Yang termasuk Hadis dha’if dari sudut matan dan sanadnya secara bersama-
sama yaitu:
Hadis Maudhu’;
Hadis maudhu’ adalah Hadis yang disanadkan dari Rasululah SAW secara dibuat-
buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan, melakukan dan menetapkan.
Hadis Munkar;
8
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
Hadis munkar adalah Hadis yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang
lemah yang bertentangan dengan Hadis yang diriwayatkan oleh
perawi yang terpercaya/jujur”
Ibnu Hajar Al-Asqalani, ulama Hadis yang memperbolehkan berhujjah dengan Hadis
dha’if untuk keutamaan amal, memberikan 3 syarat:
a. Hadis dha’if itu tidak keterlaluan.
b. Dasar amal yang ditunjukkan oleh Hadis dha’if tersebut, masih di bawah
suatu dasar yang dibenarkan oleh Hadis yang dapat diamalkan (Shahih atau
Hasan)
c. Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan bahwa Hadis tersebut benar-
benar bersumber dari Nabi. Tetapi tujuan ikhtiyath (hati-hati) belaka.
9
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
Rangkuman
Rangkuman
Latihan Soal
Untuk mengukur pemahaman kalian, kerjakan latihan soal berikut:
.....................................................................
1.
.....................................................................
2.
.....................................................................
3.
.....................................................................
.....................................................................
4.
.....................................................................
10
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 12
.....................................................................
5.
.....................................................................
Umpan Balik
G. Umpan Balik Guru/Dosen
Umpan Balik
Daftar Pustaka
At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Dar Al-Fikr, Bairut, 1980
Fathur Rahman, Iktisar Mushthalahu‟l Hadis, Al-Ma‟arif, Bandung, Cet.V, 1987
Mahmud at-Thahhan, Taysir Musthalah Hadis, Riyadh, Maktabah Ma’arif, 2004 M
Muhammad Jamal, ad-Din Al-Qasimi, Qowaid al-Tahdist Min Funun Musthalahah al-Hadis,
Dar al-Kutub, Bairut, 1979
Syeikh Manna’ al Qatthan, Kitab Mabahis fi Ulumil Hadis,
Zainnudin Hamidy et al, Terjemah Hadis Shahih Bukhari, Widjaya, Jakarta, Jilid
1992
Zufran Raman, Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam, Pedoman Ilmu
Jaya, Cet- Ke-1, Jakarta, 1995
11
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 13
HADIS MAUDHU’
Capaian Pembelajaran
Uraian Materi
Pengertian Hadits Maudhu
Secara etimologis kata maudhu’ berasal dari akar kata َ ض ًَعاَفَ َُه ََو
َْ ض َُع َ ََو
ََ َ ََي-ض ََع
ََ ( ََو
)ٌع
َ ضَْو
َُ ََم َْوberarti diletakkan, dibiarkan, digugurkan, ditinggalkan, dan dibuat-buat.1 Secara
terminologis, para muhadditsin memberikan pengertian dengan redaksi yang beragam,
tetapi pada intinya mempunyai makna yang sama.Hadits maudhu’ adalah :
ِ ِ ِ ِ –َماَنُ ِسبَإىلَالرسولَ–َصلعم
ُاختالقاً ََوَك ْذ ًًبَِمَّاَ ََلََْيَ ُق ْلوَُأوَيَ ْف َع ْلوَُأوَيُقَّرَه
ْ َ َ
“Sesuatu yang disandarkan kepada Rasul Saw secara mengada-ada dan bohong dari apa
yang tidak dikatakan beliau atau dilakukan dan atau tidak disetujuinya”2
َاحلديثَاملوضوعَىوَاملختلقَاملصنوع
“Hadits maudhu’ adalah hadits yang diada-adakan dan dibuat-buat”3
1
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 13
Yakni hadits yang disandarkan kepada Rasulullah Saw, dengan dusta dan tidak
ada kaitan hakiki dengan Rasulullah Saw. bahkan, sebenarnya ia bukan hadits, hanya
saja para ulama menamainya hadits mengingat adanya anggapan rawinya bahwa hal itu
adalah hadits.
Sedangkan Mohamad Najib (2001:38) merumuskan pengertian hadits maudhu’
secara istilah sebagai berikut:
َاحلديثَاملختلقَااملصنوعَاملكذوبَعلىَرسولَهللاَ–َصلعمَ–َعمدَاوَخطأ:املوضوع
“ Hadits maudhu’ adalah hadits yang diciptakan dan dibuat-buat, yang bersifat dusta
terhadap Rasulullah Saw, dibuat secara sengaja atau tidak sengaja”
Beberapa unsur penting dalam batasan definisi al-maudhu’ adalah sebagai
berikut.
hadits oleh rawi penyampai riwayat itu adalah hadits ”buatan” dia sendiri, bukan
ucapan, perbuatan, atau keterangan Nabi Saw.
b. Unsur َ الكذب (dusta)atau (menipu). Artinya, apa yang dikatakan rawi sebagai
hadits Nabi adalah “dusta” dan “tipuan” belaka dari dirinya sendiri, karena bukan
hadits Nabi. Hanya dia mengatakan bahwa hadits itu berasal dari Nabi Saw.
yang disebut sebagai hadits Nabi itu dilakukan dengan sengaja atau tidak
sengaja.4
Banyak sekali kata-kata ahli hikmah, kata-kata mutiara para sahabat yang
disandarkan kepada Nabi Saw oleh para pemalsu hadits. Banyak pula mereka
memalsukan hadits dengan kata-kata yang mereka ciptakan dan mereka rangkai
sendiri. Hadits maudhu’ adalah hadits dhaif yang paling jelek dan paling
membahayakan bagi agama Islam dan pemeluknya. Para ulama sepakat bahwa
haram hukumnya meriwayatkan hadits bagi seseorang yang mengetahui
hlm 308
4Mohamad Najib. Pergolakan Politik Umat Islam Dalam Kemunculan Hadits Maudhu. (Bandung.2001). hlm
41
2
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 13
Bentuk-bentuk kemaudhu’an
Setidaknya ada dua bentuk pemalsuan hadits, yang dilakukan para
pemalsu hadits. Diantaranya:
Pertama, pemalsu hadits membuat hadits palsu dengan redaksi sendiri,
kemudian dinisbatkan kepada Nabi Saw, dengan cara dilengkapi dengan sanad
dan diriwayatkan olehnya.
Kedua, pemalsu hadits mengambil redaksi dari orang lain, seperti para ahli
hikmah, dan lain-lain, kemudian kemudian dinisbatkan kepada Nabi Saw, dengan
cara dilengkapi dengan sanad.6
3
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 13
ِ
َكَفيوَ َك َفَر َ يَخريَُالبَ َش ِر ََم ْن
َّ َش َ َعل
“Ali adalah manusia yang paling baik, dan barangsiapa ragu terhadapnya
maka ia menjadi kafir”
4
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 13
10 Ibid.
11 Ibid. hlm 315
12 Ibid. hlm 316
13 Ibid. hlm 316-317
5
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 13
surat-surat al-Qur’an. Ada juga Abdul Karim bin Abi al-Auja yang mengaku telah
membuat 4000 hadits, mengenai halal dan haram.14
b. Tidak sesuai dengan fakta sejarah, seperti kasus al-Ma’mun bin Ahmad yang
menyatakan bahwa al-Hasan menerima hadits dari Abu Hurairah sehubungan
dengan adanya perbedaan pendapat dalam masalah tertentu. Ia secara spontan
menyebutkan rangkaian sanad yang sampai kepada Rasulullah Saw.15
c. Ada gejala-gejala para rawi bahwa ia berdusta dengan hadits yang bersangkutan.
Seperti kasus Ghiyats bin Ibrahim.16
d. Adanya bukti (qarinah) menempati pengakuan. Seperti seseorang yang
meriwayatkan hadits dengan ungkapan yang meyakinkan (jazam) dari seorang
Syeikh, padahal dalam sejarah ia tidak pernah bertemu dengannya.17
َقر ِ ِ ِ ِ ِ ََتت
َ َّمواًَب َلعقيقَفَإنَّوَُيُْنفىَال َف
َُ
“Pakailah cincin dengan batu akik karena akik itu bisa menghilangkan kefakiran”
14 Ibid. hlm 320
15 Ibid.
16 Ibid.
17 Abdul Majid Khon. Op. Cit. hlm 237
18 Nuruddin ‘Itr. Op. Cit. hlm 322
19 Ibid
20 Ibid. hlm 325
6
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 13
واهناَسبعةَآَلفَوحننَىفَاأللفَالسابعة
“Sesungguhnya batas usia dunia itu 7000 tahun, dan kita berada pada seribu
tahun yang terakhir”
e. Mengandung pahala yang berlebihan bagi amal yang kecil. Biasanya motif
pemalsuan hadits ini disampaikan para tukang dongeng yang ingin menarik
perhatian para pendengarnya atau agar menarik pendengar melakukan
perbuatan amal shaleh. Akan tetapi terlalu berlebihan dalam membesarkan suatu
amal kecil dengan pahala yang sangat besar.22 Misalnya:
منَصلىَالضحىَكذاَوكذاَركعةَأعطيَثوابَسبعنيَنبيا
“Barangsiapa yang shalat dhuha sekian rakaat diberi pahala 70 Nabi”
ٌَ يثَيَََُرىََاََنََّوََُ َك َِذ
بَفَ َُه ََوََاَ ََح َُدَال َكاذبني ٍَ ََِ َِد
َِ ن
َِّ ثَ ََع
ََ نَح ََّد
ََ ََم
"Barangsiapa menceritakan hadits dariku, yang mana riwayat itu diduga adalah
kebohongan, maka dia (perawi) adalah salah satu dari para pembohong tersebut."24
7
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 13
8
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021
Bahan Ajar Ilmu Hadis
Pertemuan ke 13
Daftar Pustaka
Abdul Majid Khon. 2012. Ulumul Hadits. Jakarta: Amzah
M. Hasbi Ash-Shiddieqy. 1987. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan
Bintang
Mahmud Thahan.2004. Taysir Musthalah Hadits. Riyadh: Maktabah al-Ma’arif
Mohamad Najib.2001. Pergolakan Politik Umat Islam Dalam Kemunculan Hadits Maudhu.
Bandung: Pustaka Setia
9
PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2021