Anda di halaman 1dari 45

SUMBER HUKUM

ISLAM DAN MAQASID


AL-SYARI’AH
Kelompok 3
Daftar Anggota
Eva Rosita (1232060077)
Muhammad Dhiyaaulhaq (1232060044)
Putri Fadila Nawawi (1232060072)
Sifa Nur Fitria (1232060056)
Pembahasan
1. Pengertian sumber hukum islam

2. Macam-macam sumber hukum islam

3. Maqashid al-Syari’ah
Pengertian Sumber Hukum Islam

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sumber adalah asal


sesuatu. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan sumber
hukum adalah tempat kita dapat menemukan atau menggali
hukumnya. Sumber hukum Islam adalah asal (tempat
pengambilan) hukum Islam. Sumber hukum Islam disebut juga
dengan istilah dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau
dasar hukum Islam.
1 Al-Qur’an
Macam-
macam 2 As-Sunnah
Sumber
Hukum 3 Qiyas
Islam
4 Ijma’
Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an menurut bahasa adalah


qara’a-yaqra’u-qira’atan- qur’anan
Sedangkan menurut istilah merupakan
kalamullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW
‫َن‬ ‫َّت‬ ‫َف‬ ‫َن‬‫ْأ‬
‫ِاَّن َع َلْي َنا َجْم َع ُه َو ُق ْر آَنُه َف ِاذاَق َر اُه ا ِبْع ْر آ ُه‬
‫ُق‬

Penyebutan lafadz Allah dalam pengertian al-Qur’an


dimaksud untuk membedakan antara perkataan
malaikat, jin, dan manusia dengan kalamullah (al-Qur’an)
itu sendiri
kandungan hukum dalam Al-Qur’an

A. hukum aqidah B. Hukum etika


sesuatu yang berkaitan suatu perilaku yang
dengan keyakinan berkaitan dengan
manusia kepada Allah swt kepribadian diri.

C. Hukum amaliyah
perilaku sehari-hari yang
berhubungan dengan sesama
manusia
cara al-qur’an menjelaskan ayat ayat
dan hukumnya
hukum Islam yang sifatnya umum, maka
sebagian besar hukum yang dijelaskan bersifat
global dan hanya beberapa yang bersifat
mendetail.
Secara garis besar penjelasan hukum oleh al-
Qur’an terdiri dari tiga cara, sebagaimana berikut:
a) Ijmali (global)
b) Tafshili (terperinci)
c). Isyarah (isyarat)
pandangan al quran menurut para
madzhab
Pandangan imam abu hanifah Pandangan imam malik
sependapat dengan para jumhur Imam Malik berpendapat bahwa Al-
ulama bahwa al-qur’an adalah Qur'an sebenarnya adalah kalam
sumber hukum islam pertama. Allah yang lafadz dan maknanya
Namun ia tidak setuju tentang berasal dari Allah SWT sebagai
apakah al qur’an itu sendiri sumber hukum Islam. Dia juga
mencakup makna dan lafadz berpendapat bahwa karena Al-
atau maknanya saja Qur'an termasuk segala sesuatu
yang tidak diciptakan oleh makhluk,
Pandangan imam as-
syafi’i

Menurut Imam Syafi’i sebagaimana pendapat ulama yang lain,


Imam Syafi’i menetapkan bahwa sumber hukum islam yang paling
pokok adalah Al-qur’an. Bahkan beliau berpendapat, “tidak ada
yang diturunkan kepada penganut agama manapun, kecuali
petunjuk terdapat didalam Al-qur’an.”

Pandangan imam ibnu


hambali
Pandangan Imam Ibnu Hambal sama
dengan Imam Syafi’i dalam
memposisikan Al-qur’an sebagai sumber
utama hukum islam dan selanjutnya
diikuti oleh sunnah.
Secara terminologi, para ahli hadits
mengartikan sunah/hadits sebagai
“Segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi Muhammad saw. dalam bentuk

As-Sunnah
qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrîr,
perangai, dan sopan santun ataupun
sepak terjang perjuangannya, baik
sebelum maupun setelah diangkatnya
jadi Rasul. Menurut sementara ahli
hadits menyamakan arti dari hadits dan
sunah.
4 Macam As-Sunnah
Bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad saw., yang berisi berbagai tuntunan dan
Sunnah Qauliyah petunjuk syarak, peristiwa-peristiwa, baik yang berkenaan
dengan aspek akidah, syariah maupun akhlak.

Berupa perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat


mengenai soal-soal ibadah dan lain-lain seperti
melaksanakan salat, manasik haji, memutuskan suatu Sunnah Fi’liyah
perkara berdasarkan saksi dan sumpah, dan sebagainya.

Berupa ketetapan Nabi Muhammad saw. terhadap apa yang


Sunnah Taqririyah datang atau dilakukan para sahabatnya.

Segala sesuatu yang menjadi sunnah setelah menjadi angan


rasulullah SAW meskipun beliau tidak kesampaian
mengerjaannya. Sunnah Hammiyah
Sunah sebagai dasar hukum (dalil) menduduki urutan kedua setelah al-Quran.
Sunah juga bisa menjadi hujjah, sumber hukum dan menjadi tempat
mengistinbatkan hukum syara’ karena didasarkan pada beberapa dalil,
diantaranya:

1. Allah memerintahkan umatnya untuk taat kepada Rasulullah sebagai bentuk


ketaatan terhadap Allah.
2. Rasulullah mempunyai wewenang untuk menjelaskan al-Quran.
3. Sunah adakalanya menerangkan ayat al-Quran yang masih mujmal dan
adakalanya menambah hukum yang tidak diatur secara jelas dalam al-Quran.
4. Wurûd al-Quran qath’iy seluruhnya, sedangkan Sunah banyak yang wurûd-
nya dzanniy.
5. Urutan dasar hukum yang digunakan oleh para sahabat yang menempatkan
Sunah pada tempat yang kedua.
Sunnah atau hadits ini sangat banyak jumlah dan macamnya. Di dalam kitab
Bulûgh al-Marâm dinyatakan bahwa hadits-hadits yang diriwayatkan dari Nabi
saw. ada bermacam-macam:

1. Hadits mutawatir:Hadits yang diriwayatkan oleh banyk orang kepada banyak


orang dan seterusnya hingga tercatat, dengan beberapa banyak sanad.
- Mutawâtir lafdziyyah, yaitu redaksi dan kandungannya sama, tidak ditemukan
perbedaan.
- Mutawâtir ma’nawiyyah yaitu redaksinya berbeda beda tetapi maknanya tetap
sama.
2. Hadits masyhûr atau mustafîd: Diriwayatkan oleh tiga orang lebih, kepada tiga
orang atau lebih dan seterusnya begitu hingga tercatat dengan sanad
sekurang-kurangnya tiga.
3. Hadits ‘azîz: Diriwayatkan oleh dua orang kepada dua orang dan seterusnya
demikian
hingga tercatat dengan dua sanad.
4. Hadits gharîb: Diriwayatkan oleh satu orang kepada satu orang dan
seterusnya demikian hingga tercatat dengan satu sanad.
Ditinjau Dari Segi Mutunya
terbagi menjadi 4 macam, yaitu:

1. Sunah/Hadîts Shahîh Yaitu hadits-hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang adil


(baik), kuat hafalannya, sempurna ketelitiannya, sanadnya bersambung kepada
Rasul, tidak cacat, dan tidak bertentangan dengan dalil atau periwayatan yang lebih
kuat.
2. Sunah/Hadîts Hasan Yaitu sunah/hadits yang diriwayatkan oleh orang adil (baik),
sanadnya bersambung kepada Rasulullah, tidak cacat, dan tidak bertentangan
dengan dalil atau periwayatan yang lebih kuat, tapi kekuatan hafalan atau ketelitian
rawinya kurang baik.
3. Sunah/Hadîts Dha’îf Yaitu sunah/hadits lemah karena rawinya tidak adil, terputus
sanad, cacat, bertentangan dengan dalil atau periwayatan yang lebih kuat, atau ada
cacat lain.
4. Sunah/Hadîts Maudlû’ Yaitu hadits yang dibuat oleh seseorang (karangan sendiri)
kemudian dikatakan sebagai perkataan atau perbuatan Rasulullah saw.
Fungsi Sunnah/Hadits
1. Menegaskan atau menjelaskan lebih
jauh ketentuan yang dijelaskan
dalam al-Qur’an.

2. Sebagai penjelas dari


isi al-Qur’an.

3. Menambahkan atau mengembangkan


suatu yang tak ada atau masih samar-
samar mengenai ketentuannya dalam al
Qur’an.
Pengertian Qiyas

Secara etimologi, qiyas merupakan bentuk masdar


dari qasa - yaqisu yang berarti ukuran, mengetahui
ukuran sesuatu. Sedangkan secara istilah qiyas
diartikan sebagai menetapkan hukum terhadap
sesuatu perbuatan yang belum ada ketentuannya
dan didasarkan pada sesuatu yang sudah ada
ketentuannya,
Qiyas menurut para Mujtahid
Ulama ushul fiqih mendefinisikan qiyas adalah penjelasan status
hukum syariat pada suatu masalah yang tidak disebutkan nash nya,
dengan melakukan pengukuran pada masalah lain yang sebanding.

Dr. Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi menyebutkan bahwa


Imam Syafi'i memberikan pengertian untuk qiyas adalah suatu
upaya pencarian ketetapan hukum dengan berdasarkan dalil-dalil
terhadap sesuatu yang pernah diinformasikan dalam al-Quran dan
hadits. Qiyas hanya boleh diterapkan menyangkut sesuatu yang
tidak ada nash dari Al-Quran, hadits, atau ijma'.
1 Ashl

2 Far'u
Rukun Qiyas
3 Hukum ashl

4 Illat
Pengertian Ashl

Ashl adalah kasus lama yang sudah ada ketetapan hukumnya baik
dalam nash maupun ijma. Dalam arti sederhana, ashl adalah kasus
yang akan digunakan sebagai ukuran atau pembanding.
Contohnya: Air perasan buah kurma dan anggur termasuk contoh
al-ashlu. Sebab pada waktu turunnya ayat haramnya khamar,
keduanya adalah khamar yang dikenal di masa itu.
Pengertian Far’u

Yaitu,kasus yang ada tidak diketahui hukumnya secara pasti.


Makna al-far'u adalah cabang, sebagai lawan kata dari al-ashlu di
atas. Yang dimaksud dengan al-far'u adalah suatu masalah yang
tidak ditemukan nash hukumnya di dalam Al-Qur'an atau As-
Sunnah secara eksplisit.
Dalam contoh kasus khamar di atas, yang menjadi al-far'u adalah
an-nabidz, yaitu perasan dari selain kurma dan anggur, yang
diproses menjadi khamar dengan pengaruh memabukkan.
Pengertian Hukum Ashl

Adapun yang dimaksud dengan al-hukmu adalah hukum syar'i


yang ada dalam nash, di mana hukum itu tersemat pada al-ashlu di
atas. Maksudnya adalah perasan.
Pengertian Illat

Al-'illat adalah kesamaan sifat hukum yang terdapat dalam al-ashlu


(dan juga pada al-far'u). Dalam contoh di atas, 'illat adalah benang
merah yang menjadi penghubung antara hukum air perasan buah
anggur dan buah kurma dengan air perasan dari semua buah-
buahan lainnya, di mana keduanya sama-sama memabukkan'.
Macam-macam Qiyas
1.Qiyas Illat
Yakni jenis qiyas yang sudah jelas illat dari kedua persoalan yang
dibandingkan atau diukur.Misalnya saja hukum mengenai minuman
anggur. Buah anggur memang halal, tetapi ketika dibuat menjadi
minuman maka akan mengandung alkohol.
Alkohol memberi efek memabukan sehingga hukum meminumnya
sama dengan minuman jenis lain yang beralkohol, yakni haram
atau tidak boleh diminum. Qiyas Illah kemudian terbagi lagi menjadi
beberapa jenis:
Macam-macam Qiyas
-Qiyas Jali
Yakni jenis qiyas yang illat suatu persoalan bisa ditemukan
nashnya dan bisa ditarik kesimpulan nash-nya, tetapi bisa juga
sebaliknya.Misalnya ada persoalan larangan untuk menyakiti
kedua orang tua dengan perkataan kasar. Hukumnya tidak
diperbolehkan sebagaimana hukum haram (tidak diperbolehkan)
untuk menyakiti fisik kedua orang tua tadi (memukul atau
menyakiti secara fisik).
Macam-macam Qiyas
-Qiyas Khafi
Yaitu jenis qiyas yang illat suatu persoalan diambil dari illat masalah pokok.
Jadi, jika hukum asal atau persoalan utamanya adalah haram maka
persoalan yang menjadi cabang pokok tersebut juga haram, demikian jika
sebaliknya.
Satu di antara contoh jenis qiyas satu ini adalah hukum membunuh
manusia baik dengan benda yang ringan maupun berat.
Hukum keduanya adalah haram atau dilarang, sebab membunuh adalah
kejahatan sekaligus dosa karena mendahului kehendak Allah Swt. dalam
menentukan umur makhluk hidup di dunia.
Macam-macam Qiyas
2.Qiyas Dalalah
Yaitu jenis qiyas yang menunjukkan kepada hukum berdasarkan dalil illat.Contoh
qiyas jenis ini adalah ketika mengqiyaskan nabeez dengan arak, di mana
dasarnya adalah sama-sama mengeluarkan bau yang terdapat pada minuman
memabukan.
3. Qiyas Shabah
, yakni qiyas yang mempertemukan antara cabang dengan pokok persoalan
hanya untuk penyerupaan. Contohnya bisa diambil dari yang disampaikan oleh
Abu Hanifah mengenai mengusap atau menyapu kepala anak berulang-ulang.,
yakni qiyas yang mempertemukan antara cabang dengan pokok persoalan hanya
untuk penyerupaan. Contohnya bisa diambil dari yang disampaikan oleh Abu
Hanifah mengenai mengusap atau menyapu kepala anak berulang-ulang.
Macam-macam Qiyas
> Qiyas aulawi
Yakni illat yang terdapat pada far'u (cabang) lebih utama daripada illat yang
terdapat pada ashl (pokok). Contohnya, menganalogikan hukum haram
memukul kedua orang tua kepada hukum haram mengatakan "ah" yang
terdapat dalam surat Al-Isra' ayat 23:
"Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
'ah'." (QS. Al-Isra: 23)
Kedua tindakan tersebut memiliki illat yang sama-sama menyakiti orang tua.
Namun, tindakan memukul yang dalam hal ini adalah far'u lebih menyakiti
orang tua sehingga hukumnya lebih berat dibandingkan dengan haram
mengatakan "ah" yang ada pada ashl
Macam-macam Qiyas
> Qiyas musawi
Yakni qiyas di mana illat yang terdapat pada far'u sama bobotnya dengan
bobot illat yang terdapat pada ashl.
Contohnya, illat hukum haram membakar harta anak yatim yang dalam hal
ini adalah sama bobot illat haramnya dengan tindakan memakan harta anak
yatim yang diharamkan dalam surat An-Nisa ayat 10:
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan
masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (QS. An-Nisa: 10)
Jadi, tindakan membakar harta anak yatim hukumnya haram, sama seperti
memakam anak harta yatim. Sebab, keduanya sama-sama melenyapkan
harta anak yatim.
Macam-macam Qiyas
> Qiyas Al-Adna

Qiyas al-adna, yaitu qiyas di mana illat yang terdapat pada far'u
lebih rendah bobotnya dibandingkan dengan illat yang terdapat
dalam ashl.

Contohnya, sifat memabukkan yang terdapat dalam minuman


keras bir umpamanya lebih rendah dari sifat memabukkan yang
terdapat pada minuman keras khamar yang diharamkan dalam
ayat Alquran berikut:
Macam-macam Qiyas

"Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan." (QS. Al-Maidah: 90)

Karena pada ashl dan far'u sama-sama terdapat sifat memabukkan,


sehingga dapat diberlakukan qiyas haram pada minuman bir
tersebut.
Pengertian Ijma’

Secara bahasa yaitu Jama’a yajmau


ijmaa’n yang artinya menghimpun
Secara istilah kesepakatan seluruh ulama
mujtahid dari kaum muslimin pada suatu
masa sesudah wafatnya Rasulullah Saw
atas suatu hukum syara'
Syarat-syarat Ijma’
-Yang bersepakat adalah para mujtahid
-Yang bersepakat adalah seluruh mujtahid
-Para Mujtahid harus Umat Muhammad SAW
-Dilakukan setelah wafatnya Nabi
-Kesepakatan mereka harus berhubungan dengan
syariat
Macam-macam Ijma’
Ijma Sharih
Maksudnya, semua mujtahid mengemukakan pendapat mereka
masing-masing, kemudian meyepakati salah satunya.
Hal itu bisa terjadi bila semua Mujtahid berkumpul di suatu
tempat kemudian masing-masing mengeluarkan pendapat
terhadap masalah yang ingin diketahui ketetapan hukumnya.
Setelah itu, mereka meyepakati salah satu dari berbagai
pendapat yang mereka keluarkan tersebut
Macam-macam Ijma’
Ijma’ Sukuti
Adalah pendapat sebagian besar ulama tentang suatu masalah
yang diketahui oleh para Mujtahid lainnya, tapi mereka diam,
tidak menyepakati ataupun menolak pendapat tersebut secara
jelas. Ijma’ sukuti dikatakan sah bila memenuhi kriteria ini
Dalam kitab “al Ijtihad al Maqasidy” karya
Prof. Dr. Nuruddin bin Mukhtar al
Khadimi mengatakan bahwa: secara
lughawi, maqasid al syari’ah terdiri dari

Maqashid
dua kata, yakni maqasid dan syari’ah.
Maqasid adalah bentuk jama’ dari
maqsud yang berarti kesengajaan atau

Al-Syari’ah tujuan. Syari’ah secara bahasa berarti


jalan menuju sumber air. Jalan menuju
air ini dapat dikatakan sebagai jalan
kearah sumber pokok kehidupan. Jadi,
maqashid merupakan tujuan yang ingin
dicapai dalam melakukan sesuatu.
Maqashid Al-Syari’ah Ditinjau
dari Cakupannya
1. Maqashid ‘Ammah yaitu, tujuan-tujuan yang diperhatikan dan
hendak diwujudkan oleh syariat di seluruh atau mayoritas bab-bab
hukumnya.
2. Maqashid Kash-shah yaitu, tujuan-tujuan yang hendak diwujudkan
oleh syariat pada bab tertentu atau bab-bab hukum yang sejenis.
3. Maqashid Jauziyah yaitu, tujuan syariat di masing-masing hukum
syar’i.
Maqashid Al-Syari’ah Ditinjau
dari Tingkat Kebutuhannya
1. Maqasid Dharuriyah (Primer) adalah tujuan-tujuan dari kebutuhan
manusia yang harus dipenuhi atau eksistensinya wajib terpenuhi.
Hifz ad Din, maknanya menjaga keberlangsungan agama Islam.
Hifz an Nafs, artinya menjaga atau memelihara hak dan jiwa manusia.
Hifz al ’Aql berarti pemeliharan terhadap akal dari berbagai hal yang
dapat merusaknya.
Hifz an Nasl, an Nasb dan al ‘Ard yang artinya menjaga
keberlangsungan regenerasi umat manusia.
Hifz al Mal yaitu menjaga dan melestarikan keberadaan harta serta
membelanjakannya pada jalur yang sesuai.
Maqashid Al-Syari’ah Ditinjau
dari Tingkat Kebutuhannya

2. Maqasid Hajiyah (Sekunder) Ialah tujuan-tujuan yang disandarkan


pada barometer hajat kebutuhan manusia. Yang mana jika kebutuhan
ini tidak terpenuhi, hanya berimbas pada timbulnya kesulitan yang
tidak sampai fatal akibatnya.
3. Maqasid Tahsiniyah (Tersier) Adalah tujuan yang dilandaskan pada
barometer kebutuhan manusia yang bersifat sebagai pelengkap atau
penyempurna.
Maqashid Al-Syari’ah Ditinjau
dari Aspel Sandaram Dalil Syar’i
1. Maqasid Mulghah (tidak dianggap oleh syari’at) ialah kemaslahatan yang tidak
dibenarkan dalam perspektif syar’i, dan tidak dianggap keberadaannya oleh
Allah swt. Kemaslahatan ini lahir dari kacamata individual manusia bukan
menurut pandangan Syari’at.
2. Maqasid Mu’tabarah (dianggap oleh syari’at) adalah kemaslahatan yang telah
diakui dan ditetapkan keberadaannya dalam nash (teks) syar’i atau
ijma’Maslahah mu’tabarah merupakan kemaslahatan yang sah dan qath’i serta
wajib bagi kita untuk mengaplikasikannya.
3. Maqasid Mursalah Yaitu penetapan sebuah hukum berdasarkan pada
kemaslahatan, yang tidak ada ketentuan dianggap atau tidaknya dalam nash
(teks) syar’i maupun ijma’ (konsesus) para ulama. Dalam mengaplikasikan
maslahah mursalah harus berdasarkan pada kondisi untuk menjaga sesuatu
yang vital dan menghindari bahaya yang fatal.
Maqashid Al-Syari’ah Ditinjau
dari Level Keaslian
1. Maqasid Asliah (Asal) Imam Abu Ishak as Syatibi dalam al
Muwafaqat memperkenalkan bahwa maqasid asliah ialah tujuan-
tujuan dari segala sesuatu yang pelaksanaannya wajib bagi
mukallaf.
2. Maqasid Tabi’ah (Pelengkap) adalah tujuan-tujuan yang lahir
dibalik pelaksanaan tujuan asas atau utama.
Kesimpulan
Sumber hukum Islam terdiri dari Al-Qur'an dan Sunnah sebagai fondasi utama,
dilengkapi dengan Ijma' (konsensus ulama) dan Qiyas (analogi) sebagai pendukung dalam
menemukan solusi atas isu-isu yang tidak secara eksplisit disebutkan dalam sumber
utama. Keempat sumber ini berperan vital dalam pembentukan hukum Islam, menawarkan
kerangka kerja untuk memahami dan menerapkan ajaran Islam dalam berbagai aspek
kehidupan.
Sumber hukum Islam dan Maqashid al-Syariah saling berinteraksi untuk membentuk
suatu sistem hukum yang dinamis, memungkinkan Islam untuk tetap relevan dengan
perubahan zaman dan kondisi sosial. Maqashid al-Syariah berperan sebagai prinsip
orientasi dalam interpretasi sumber sumber hukum Islam, memastikan bahwa penerapan
hukum tidak hanya berlandaskan pada teks secara literal, tapi juga mempertimbangkan
konteks sosial, ekonomi, dan budaya serta dampaknya terhadap kesejahteraan umat
manusia.
Ada Pertanyaan?
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai