Ridwan Irwansyah
Pengertian Fiqih
”فَ قَّه ُ ا
Menurut bahasa (etimologi), kata fikih berasal dari bahasa Arab ُا لفَهْم yang berarti paham, seperti pernyataan “ْت ل َّدرْ َس
yang berarti “saya memahami pelajaran itu”. Sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:
َم ْن ي ُِر ِد هللاَ َخ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِى ال ِّدي ِْن
“Barang siapa yang dikehendaki Allah swt.. menjadi orang yang baik di sisi-Nya, niscaya diberikan kepadanya pemahaman
yang mendalam dalam pengetahuan agama”.
Menurut para ahli fiqh (fuqaha), fiqh adalah mengetahui hukum-hukum syara’ yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba
(mukallaf), yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Imam Syafii memberikan definisi yang komprehensif,
Al Qur’an
Isi kandungan Al Qur’an
Isi pokok Al Qur’an (ditinjau dari segi hukum) terbagi menjadi 3 (tiga) bagian:
1. Hukum yang berkaitan dengan masalah akidah, yaitu berkaitan
dengan keimanan kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul,
hari akhir, serta qadha dan qadar.
2. Hukum yang berkaitan dengan ibadah: hukum yang mengatur hubungan rohaniyah
dengan Allah SWT, seperti shalat, puasa, zakat dan haji, dan sebagainnya.
3. Hukum yang berkaitan dengan akhlak, yakni tuntutan agar setiap muslim memiliki
sifat-sifat mulia sekaligus menjauhi sifat-sifat tercela.
4. Hukum yang berhubungan dengan Amaliyah yang mengatur hubungan dengan
sesama dan alam sekitar
Sumber hukum ke dua ( Hadis )
سواء كان ذلك قبل البعثة أم،كل ما أثر عن الرسول صلى هللا عليه وسلم من قول أو فعل أو تقرير أو صفة أو سيرة
.بعدها
“Sunnah menurut para ahli hadis: Segala sesuatu yang berasal dari Rasulullah saw baik
berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat maupun perjalanan hidupnya”
Macam-Macam Sunnah
c. Mengkhususkan (takhsis) ayat-ayat yang bersifat umum, seperti larangan dalam hadis Nabi untuk saling
mewarisi dengan keluarga yang kafir.
3. Menetapkan hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur’an (Bayan at-Tasyri’)
4. Menjelaskan ayat yang dihapuskan pemberlakuan hukumnya (Bayan an-Nasakh)
Ijtihad
Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan
suatu masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Qur’an
maupun Hadis, dengan menggunkan akal pikiran yang sehat dan jernih,
serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukum-hukum yang telah
ditentukan. Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga.
Metode Berijtihad:
1. Qiyas (analogi): Menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada
hukumnya dengan kejadian lain yang sudah ada hukumnya karena antara
keduanya terdapat persamaan illat atau sebab-sebabnya. Contohnya,
mengharamkan minuman keras, seperti bir dan wiski.
2. Istihsan/Istislah: Menetapkan hukum suatu perbuatan yang tidak
dijelaskan secara kongret dalam Al Qur’an dan hadits yang didasarkan atas
kepentingan dan kemashlahatan (kebaikan) umum.
3. Istishab: Meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan suatu dalil, sampai ada dalil lain yang mengubah kedudukan dari
hukum tersebut
4. Maslahah mursalah: Maslahah yang sesuai dengan maksud syarak yang
tidak diperoeh dari pengajaran dalil secara langsung dan jelas dari maslahah itu.
5. Al ‘Urf: Kebiasaan yang disepakati oleh segolongan manusia yang tidak
bertentangan dengan ajaran agama. Dan lain-lain.
PEMBAGIAN HUKUM ISLAM