Anda di halaman 1dari 11

10/18/2019 Kedudukan Hadits

sebagai sumber
Hukum
Ulumul Hadits | Kelompok 3

Muhammad Saleh
Rivaldi Rusna
Adil Fadli

great
[COMPANY NAME]
Daftar Isi

BAB 1 ........................................................................................................................................................... 2
Pendahuluan .............................................................................................................................................. 2
1. Latar belakang ............................................................................................................................... 2
2. Rumusan masalah ......................................................................................................................... 3
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 4
Pembahasan............................................................................................................................................... 4
1. Hadits sebagai sumber hukum islam ............................................................................................. 4
2. Fungsi Hadits terhadap al Qur’an ................................................................................................. 4
3. Dalil-dalil kehujjahan hadits ......................................................................................................... 6
BAB 3 ........................................................................................................................................................... 9
Penutup ..................................................................................................................................................... 9
1. Kesimpulan ................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 10
BAB 1
Pendahuluan
1. Latar belakang

Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin memiliki peranan sangat penting dalam
membentuk peradaban manusia yang mulia. Sebagai agama, Islam tidak saja hanya mengatur
hubungan manusia dan Tuhannya, tetapi juga hubungan manusia dan manusia dan hubungan
manusia dan alam sekitarnya.

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam adalah wahyu Allah SWT yang berisikan sejarah,
hukum, dan syariat-syariat untuk menuntun dan membimbing umat Islam ke jalan yang benar,
yang pada akhirnya akan memuliakan manusia itu sendiri. Manusia diciptakan sebagai khalifah
dimuka bumi ini sebagai pemelihara kelangsungan mahluk hidup dunia dan seisinya. Dalam
rangka itulah Allah SWT membuat sebuah undang-undang yang nantinya manusia bisa
menjalankan tugasnya dengan baik, manakala ia bisa mematuhi perundang-undangan yang telah
dituangkan-Nya dalam kitab suci Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur'an telah dicakup semua aspek kehidupan, hanya saja berwujud teks yang
sangat global, sehingga dibutuhkan penjelas sekaligus penyempurna akan eksistensinya. Maka
Allah SWT mengutus seorang Nabi untuk menyampaikannya, sekaligus menyampaikan risalah
yang Ia emban. Dari sang Nabi inilah selanjutnya lahir yang namanya Hadist, yang mana
kedudukan dan fungsinya amat sangatlah penting. Sebagai kitab suci tentu saja Al-Qur’an
merupakan sumber hukum utama bagi umat Islam dalam menjalankan perintah-perintah dan
meninggalkan larangan-larangan Allah SWT. Untuk menjelaskan banyak hal yang bersifat umum
dalam Al-Quran, maka Hadist memiliki peran penting dalam menuntun dan mengarahkan
manusia dalam menjalankan ajaran Al-Qur’an.

Kata “Hadist” secara bahasa dapat diartikan “baru” (al-jadid), yang merupakan lawan kata dari
al-qadim (lama/terdahulu). Makna ini dipahami sebagai berita yang disandarkan kepada Nabi,
karena pembaruannya sebagai perimbangan dengan berita yang terkandung dalam Al-Qur’an
yang sifatnya qadim. Dengan demikian Hadist memiliki peran yang sangat penting dan tinggi
bagi umat Islam sebagai sumber hukum atau penjelasan dari sumber hukum yang ada dalam Al-
Qur’an.
2. Rumusan masalah

a. Bolehkan Hadits sebagai sumber Hukum


b. Apakah Fungsi Hadits terhadap Al Qur’an
c. Jelaskan Dalil-dalil kehujjahan Hadits
BAB 2
Pembahasan

1. Hadits sebagai sumber hukum islam

Allah telah menurunkan Islam sebagai penutup agama samawi (langit). Untuk itu, Allah telah
menurunkan Rasulullah dengan Al-Qur’an sebagai mu’jizat agung dan sebagai hujjah (dasar) segala
kebutuhan. Adapun selain Al-Qur’an, ada dari Rasulullah baik perkataan ataupun perbuatan yang
sering kita sebut sebagai hadits yang memberikan penjelasan tentang apa yang ada di dalam Al-
Qur’an dan perincian terhadap isi yang masih global.

Di dalam Al-Qur’an sendiri kita dapati perintah-perintah, akan tetapi tidak disertakan bagaimana
pelaksanaannya, seperti misalnya perintah shalat, puasa dan sebagainya. Dalam hal yang demikian
ini tidak lain kita harus melihat kepada hadits. Namun demikian, hadits juga merupakan wahyu dari
Allah SWT. Terkadang hadits juga merupakan hasil ijtihad Rasul yang juga tercermin dari wahyu.
Seperti firman Allah berikut:

‫ع ِن َي ْنطِ ق َو َما‬ ْ ‫يو َحى َوحْي ِإ َّل ه َو ِإ ْن‬


َ ‫ال َه َوى‬.

“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm Ayat 3-4)

‫ّللاَ أَطِ يعوا آ َمنوا الَذِينَ أَيُّ َها يَا‬


َ ‫الرسو َل َوأَطِ يعوا‬
َ ‫ش ْيء فِي تَنَازَ عْت ْم فَإ ِ ْن ۖ مِ ْنك ْم ْاْل َ ْم ِر َوأولِي‬
َ ‫ّللاِ إِلَى فَردُّوه‬ َ ‫الرسو ِل‬ َ ‫تؤْ مِ نونَ ك ْنت ْم إِ ْن َو‬
ْ
َ ِ‫سن َخيْر ذَلِكَ ۚ ْاْلخِ ِر َواليَ ْو ِم ب‬
ِ‫اّلل‬ ً ‫ت َأ ْ ِو‬
َ ‫يل َوأ َ ْح‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’ Ayat
59)

2. Fungsi Hadits terhadap al Qur’an

1.Bayan at-Taqrir

Fungsi Hadis dalam hal ini yaitu sebagai penguat hukum atau menegasan kembali hukum yang
sudah ada dalam AL-Qur’an. Dalam hal ini hadis datang dengan keterangan yang sejalan dengan
kandungan Al-Qur’an. Dengan demikian, hukum tersebut mempunyai dua seumber dan terdapat dua
dalil. Sebagai contoh ;

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan


salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu dan (membasuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah : 6)
Rasulullah SAW. bersabda: "Tidak akan diterima shalat seseorang yang
berhadats hingga dia berwudlu." (HR. al-Bukhari)

2. Bayan at-tafsir

Yaitu hadis sebagai penjelas (tafsir) terhadap al-qur’an dan fungsi inilah yang terbanyak. Ada 3
macam yaitu :

1. Tafshil al mujmal

Yaitu hadis yang memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat al-qur’an. Seperti dalam hadis
nabi yang diriwayatkan bukhari misalnya :

‫صلّواكارايتمونى اصلّى‬
Shalatlah sebagaimana engkau melihat shalatku. (H.R. Muslim)

2. Takhshish al-amm

Yaitu hadis yang mengkhususkan ayat-ayat al-qur’an yang umum. Seperti yang terkandung dalam
surat an-nisa’ : 14

ّ ‫يوصيكم هللا فى أولدكم للذّكرمشل‬


‫حظ األنشيين‬
Allah mensyari’atkan bagimu tentang (bagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang
anak lelaki sam dengan bagian dua anak perempuan
.
3. Taqyid al-muthlaq

Yaitu hadis yang membatasi kemutlakan al-qur’an. Misalnya firman allah dalam Q.S Al-maidah : 38

‫ساارقه فاقطعواأيديهما‬
ّ ‫سارق وال‬
ّ ‫واال‬
Pencuri lelaki dan perempuan, potonglah tangan-tangan mereka.

Sedangkan dalam sabda nabi berbunyi sebgai berikut:

‫أتي بسا ر ق فقطع يد ه من مفضل ا لكف‬


Artinya:
“Rasulullah saw didatangi seorang yang membawa pencuri, maka beliau memotong tangan pencuri
tersebut dari pergelangan tangan.
3. Bayan naskhi

Yaitu hadis menghapus hukum yang diterangkan dalam al-qur’an. Para ulama mengartikan bayan
an-nasakh ini melalui pendekatan bahasa, sehingga diantara mereka terjadi perbedaan pendapat
dalam men-takrif-kannya. Hal ini terjadi pada kalangan ulama mutaakhirin dengan ulama
mutaqadimin. Menurut ulama mutaqadimin, yang disebut bayannaskhi ini adalahdalil syara’( yang
dapat menghapus ketentuan yang telah ada), karena datangnya kemudian.
Dari pengertian di atas jelaslah bahwa ketentuan yang dating kemudian dapat menghapuskan
ketentuan yang terdahulu. Demikianlah menurut ulama yang menganggap adanya fungsi bayan
naskhi. Imam Hanafi membatasi fungsi bayan ini hanya terhadap hadis-hadis yang mutawatir dan
masyur, sedangkan terhadap hadis ahad dia menolaknya.

Seperti kewajiban wasiat yang diterangkan dalam surat al-baqarah : 180

Diwajibkan atas kamu, apabila diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara maruf,
(ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

Ayat tersebut dinasakh dengan hadis nabi:

“ Sesungguhnya Allah memberikan hak kepada setiap yang mempunyai hak dan tidak ada wasiat itu
wajib bagi waris”. (HR. An-Nasa’i)

4. Bayan tasyri’i

Yaitu hadis menciptakan hukum syari’at yang belum ijelaskan dalam al-qur’an. Para ulama berbeda
pendapat tentang fungsi sunnah sebagai dalil pada sesuwatu hal yang tidak dijelaskan pada al-qur’an.
Misalnya, keharaman jual beli dengan berbagai cabangnya menerangkan yang tersirat dalam
Surah an-Nisa’: 29 .

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.

3. Dalil-dalil kehujjahan hadits

Sebenarnya hanya dengan petunjuk logika (dalil aql) sudah cukup untuk menetapkan
kehujjahan hadis dalam tasyri’I islam. Betapa tidak, ketika ketentuan-ketentuan dalam al-
Qur’an pada umumnya bersifat global tanpa disertai petunjuk teknis pelaksanaanya,
merupakannkonsekuensi logis bila kemudian sunnah Rasulullah saw dijadikan sebagai
rujukan, sebab kepada beliau pula manusia yang paling paham tentang apa yang
dikehendaki al-Qur’an.
Meski penjelasan mengenai hal ini sudah sangat jelas dan pasti, namun akan kami
kemukakan beberapa argument yang menetapkan, agar semakin hilang keraguan yang
mengurangi bobot kehujjahan hadis. Antara lain:
a. Dalil al-qur’an

Banyak dalil al-qur’an yang kita diperintahkan untuk patut kepada rasul dan mengikuti
sunahnya. Perintah patuh kepada rasul berarti perintah mengikuti sunah sebagai hujah.
Antara lain:

1. Konsekuensi iman kepada allah adalah taat kepada-Nya. Sebagai mana perintah allah
dalam Surat Ali Imran : 179

Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan
bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.

2. Perintah iman kepada rasul beserta iman kepada allah. Sebagai mana perintah allah
dalam Surat An-Nisa : 136

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Alllah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya.

3. Kewajiban taat pada rasul karena menyambut peerintah allah. Sebagai mana perintah
allah dalam Surat An-Nisa’ : 64

Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul, meelainkan untuk ditaati seizing Allah.

4. Perintah taat kepada rasul bersama perintah taat kepada allah. Sebagai mana perintah
allah dalam Surat Ali Imran : 32

Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir.

5. Perintah taat kepada rasul secara kusus. Sebagai mana perintah allah dalam Surat Al-
Hasyr : 7

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah.

b. Dalil Hadits

Hadis yang dijadikan sebagai dalil kehujahan sunah banyak sekali,di antaranya
sebagaimana sabda nabi :

Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang
teguh pada keduanya yaitu kitab Allah dan Sunnahku.
Orang yang tidak berpegang teguh pada pedoman al-qu’an dan sunah berarti sesat.
Kehujahan sunah sebagai konsekuensi ke ma’shuman nabi dari sifat bohong dari segala
apa yang beliau sampaikan baik berupa perkataan,perbuatan dan keteteapannya.
Kebenaran Al-quran sebagai mu’jizat disampaikan oleh sunah. Demikian juga
pemahaman al-qur’an juga dijelaskan oleh sunah dalam praktek kehidupan beliau.

c. Ijma’ para ulama

Para ulama’ sepakat bahwa sunah sebagai salah satu hujah dalam hokum islam setelah
al-qur’an. Dapat disimpulkan bahwa :

1. Para ulama sepakat bahwa sunah sebagai hujah


2. Kehujahan sunah adakalanya sebagi pejelas terhadap al-qur’an
3. Kehujahan sunah berdasarkan dalil-dalil yang pasti
4. Sunah yang dijadikan hujah yang telah memenui persaratan shahih
BAB 3
Penutup
1. Kesimpulan

Antara Hadist dan Al-Qur’an memiliki pertalian dan hubungan yang sangat erat,
karenanya satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Secara ‘Aqli maupun secara Naqli,
kedudukan Hadist terhadap Al-Qur’an, Hadist merupakan sumber kedua setelah Al-
Qur’an. Al-Qur’an memang merupakan pedoman umat Islam yang utama, namun isi dan
redaksi dari Al-Qur’an itu sendiri masih sangat bersifat global (mujmal). Maka dari itu
kedudukan Hadist dalam Islam yang utama adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang
masih global. Rasulullah diperintahkan untuk menjelaskan tiap-tiap ajaran kepada para
sahabat setelah beliau mendapatkan penjelasan dari Jibril.

Peran kedua adalah agar Hadist menjadi pedoman ketika muncul persoalan-persoalan
yang tidak secara spesifik terdapat dalam Al-Qur’an. Setelah masa Rasulullah SAW. Al-
Qur’an dan Hadist dijadikan sebagai rujukan para ulama untuk mengeluarkan fatwa dan
aturan lainnya. Karena tidak menutup kemungkinan perseteruan akan terjadi di masa
yang akan datang berhubungan dengan hukum dalam Al-Qur’an.

Peran yang ketiga, menjaga agar ayat-ayat Al-Qur’an tidak secara sembarangan
dilencengkan sehingga seolah ayat-ayat Al-Qur’an berkontradiksi. Penjelasan Rasulullah
sudah merupakan penjelasan yang dapat dipahami bahwa juga telah ditafsirkan
mendalam oleh para ulama.
Rasulullah yang bergelar uswatun hasanah segala ucapan dan kepribadianya adalah
pencitraan dari Al-Qur’an. Sehingga umat Islam yang mengikuti hadist-hadist Rasulullah
adalah mereka yang juga taat kepada Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37511924/Makalah_Fungsi_Kedudukan_Hadist.doc

https://www.academia.edu/31824037/HADIS_SEBAGAI_SUMBER_HUKUM_ISLAM

https://dalamislam.com/landasan-agama/hadist/fungsi-hadist-dalam-islam

http://baksotokaariayam.blogspot.com/2017/02/dalil-dalil-kehujaan-hadist.html

https://www.bacaanmadani.com/2017/08/kedudukan-dan-fungsi-hadits-sebagai.html

Anda mungkin juga menyukai