Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

NASAKH DAN MANSUKH


(Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur`an)

Disusun oleh:

1. Nita Yulfira (2021090011)


2. Tri Adita Vianni (2021090012)
3. Husain Yoga Pratama (2021090013)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH HUKUM
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah menurunkan shari’at samawiyah kepada Rasul-Nya
adalah untuk memperbaiki umat di bidang ‘aqidah, ‘ibadah dan
mu’am alah. Sesungguhnya ‘aqidah semua ajaran samawi itu satu
dan tidak mengalami perubahan, maka dakwah atau seruan para
Rasul kepada ‘aqidah yang satu pun sama. Hal ini sebagaimana
firman Allah:

ِ ‫وح إ ْلَِ ِه أنََّهُ ال إلِهَ إاِل أنَا فَا ْعبُد‬


‫ُون‬ َِ ‫أر َس ْلنَا ِم ْن قَبْل‬
ًِ ُ‫ك ِم ْن َرسُو ل إاِل ن‬ َْ ‫َو َما‬
)٥٥(

Artinya: ‚Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum


kamu, melainkan kami wahyuhkan kepadanya, bahwa tidak ada
Tuhan selain Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku‛ (QS.
al-Anbiya>’:25)

Dalam bidang ‘ibadah dan mu’amalah, prinsip dasar


umumnya adalah sama yaitu bertujuan untuk membersihkan jiwa
dan memelihara keselamatan masyarakat, serta mengikatnya dengan
ikatan kerjasama dan persaudaraan. Akan tetapi tuntutan dan
kebutuhan antara umat yang satu dengan yang lainnya tidak sama,
hal ini dikarenakan perjalanan dakawah dan taraf pertumbuhan serta
pembentukan yang tidak sama . begitu pula hikmah al-tashri’ pada
suatu periode akan berbeda dengan periode yang lain. Tetapi tidak
diragukan lagi bahwa pembuat shari’at adalah Allah SWT yang
rahmat dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu begitu pula terhadap
otoritas perintah dan larangan-Nya. Oleh karena itu sangatlah wajar
jika kemudian Allah menghapuskan suatu shari’at dengan shari’at
yang lain demi menjaga kemaslahatan para hamba berdasarkan
pengetahuan-Nya yang ‘azali tentang yang pertama dan kemudian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Nasakh dan Mansukh ?
2. Apakah syarat-syarat Nasakh ?
3. Apa saja jenis-jenis Nasakh ?
4. Apa saja macam-macam Nasakh dalam al-Qur’an ?
5. Hikmah apa yang ada pada Nasakh ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Nasakh dan Mansukh.
2. Mengetahui syarat-syarat Nasakh.
3. Mengetahui jenis-jenis Nasakh.
4. Mengetahui macam-macam Nasakh yang ada dalam al- Qur’an.
5. Mengetahui hikmah yang ada dalam Nasakh.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasik dan Mansukh


Kata Nasikh dan Mansukh merupakan bentuk perubahan dari
kata Nasakh, masdar dari kata kerja nasakha. Kata nasakh sendiri
mempunyai banyak makna. Ia bisa berarti menghilangkan (al-
izalah), sebagai terdapat dalam QS. Al-Hajj ayat 52
Artinya: dan kami tidak mengutus seorang rasul da tidak (pula)
seorang nabi sebelum engkau (Muh}ammad), melainkan apabila ia
mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan
ke dalam keinginannya itu. Tetapi Allah menghilangkan apa yang
dimasukkan setan itu. Dan Allah akan menguatkan ayat-ayatnya.
Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.
1. Menggantikan (al-tabdil),2 sebagai terdapat dalam QS. al-Nahl
ayat101.
‫َوإ َِذا بَ َّد ْلنَا آ َ ة َم َكانَ آ َة َوال َّّل ُ أ َْعل َُم بِ َما ٌُن َِّز ُل قَال ُوا إنَِّ َما أنَْتَ ُم ْفتَ ر‬
َ‫بَلْ أ َْكثَ ُرهُ ْم ال َ ْعلمَُون‬
Artinya: ‚Dan apabila kami mengganti ayat yang satu dengan
ayat yang lain.
2. Pengalihan (al-tahwil), sebagai yang berlaku dalam ilmu faraid}
(pembagian harta warisan).
3. Mengutip atau memindahkan (al-Naql), seperti kalimat
Nasakhtu al-kitab, berarti saya mengutip isi buku, dalam ayat al-
Qur’an surat al-Jathiyah ayat 29:
ِّ ‫ق َع ْلَ ُك ْم بِ ْال َح‬
) َ‫ق إنَِّا ُكنَّا نَ ْستَ ْن ِس ُخ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملوُن‬ ُ ‫( هَ َذا ِكتَابُنَا ٌَ ْن ِط‬٥٢
Artinya: Sesungguhnya kami menyuruh untuk menasakh apa
dahulu kalian kerjakan),Maksudnya kami (Allah) memindahkan
amal perbuatan ke dalam lembaran-lembaran catatan amal.
Dari definisi yang telah disebutkan, disini jelas bahwa nash
mempunyai makna yang banyak, akan tetapi diantara makna-makna
tersebut yang paling mendekati kebenaran adalah bermakna alizalah
menghilangkan). Sedangkan pengertian menurut istilah adalah: ‫رفع‬
‫( شيئ وإثبات غيره مكانو‬mengangkat atau menghapuskan) sesuatu dan
menetapkan yang lain pada tempatnya).
Dalam kalimat lainnya ialah mengangkat (menghilangkan)
hukum shara’ dengan dalil hukumnya shara’ yang lain. disebutkan
kata hukum disini menunjukkan prinsip bahwa segala ‛ sesuatu
hukum asalnya adalah boleh‛ tidak termasuk yang dinasakh.
Kata Nasikh (yang menghapus) maksudnya adalah Allah ( yang
menghapus hukum itu. Seperti firmannya dalam surat al-baqarah :
106:

‫شْء‬ ََّّ ˆ‫أن ال‬


َ ‫ˆل عَل َى ُكˆ ِّل‬ َْ ‫ت بِ َْخ ر ِم ْنهَا‬
ََّ ‫أو ِم ْثلهَِا ألَ َْم تَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫َما نَ ْن َس ْخ ِم ْن آ ٌَة أ َْو نُ ْن ِسهَا نَأ‬
‫قَ ِد ر‬

Artinya: ‚ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan
(manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik
daripadanya atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu
mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Mansukh adalah hukum yang diangkat atau yang dihapus.
Maka ayat mawarith (warisan) atau hukum yang terkandung di
dalamnya misalnya adalah penghapusan (Nasikh) hukum wasiat
kepada kedua orang tua atau kerabat sebagaimana akan dijelaskan.

B. Syarat – Syarat Nasakh


Dalam Nasakh terdapat syarat-syarat yang harus diketahui yaitu:
1. Hukum yang Mansukh adalah hukum syara’
2. Dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab shar’i
3. Khitab yang dihapus atau yang diangkat hukumnya tidak terikat
(dibatasi) dengan waktu tertentu.

C. Jenis – Jenis Nasakh


1. Nasakh al-Qur’an dengan al-Qur’an. Misalnya ayat tentang
‘iddah empat bulan sepuluh hari.
2. Nasakh Al-Qur’an dengan as-Sunnah :
a. Nasakh al-Qur’an dengan hadith ah}ad. akan tetapi Jumhur
al-‘Ulama’ sepakat bahwa ini tidak berlaku karena al-Qur’an
adalah mutawatir
b. Nasakh al-Qur’an dengan hadith mutawatir, nasakh semacam
ini diperbolehkan oleh Malik, Abu Hanifah dan Ah}mad.
3. Nasakh al-Sunnah dengan Al-Qur’an, ini dibolehkan oleh
jumhur sebagaimana masalah menghadap ke Bayt al-Maqdis
yang ditetapkan dengan as-Sunnah dan didalam Al-Qur’an tidak
terdapat dalil yang menunjukkannya. Ketetapan ini kemudian di
nasakh oleh al-Qur’a>n dengan firman-Nya:
‫ط َر‬ْ ˆ‫ك َش‬ َ ˆَ‫ضˆاهَا فَˆ َو ِّل َوجْ ه‬ َ ْ‫ك قِبْˆل ةَ تَر‬ َ ‫السˆ َما ِء فَلنَُˆ َولٌَِّ َّن‬
َّ ‫ف‬ ًِ ‫ك‬ َ ˆ‫قَˆ ْد نَˆ َرى تَقَلبَُّ َوجْ ِه‬
‫ب َل‬ َ ‫إن الˆ ٌَِّذنَ أ ُوتُˆˆوا ْال ِكتَˆˆا‬ ْ ˆ‫ˆوا ُو ُجˆˆوهَ ُك ْم َش‬
َِّ ‫ط َرهُ َو‬ ُّ ˆ‫ْال َم ْسˆ ِج ِد ْال َحˆ َر ِام َوحٌَْ ثُ َمˆˆا ُك ْنتُ ْم فَ َول‬
َ‫ق ِم ْن َربِّ ِه ْم َو َما ال َّّل ُ بِغَاف ِل َع َّما َ ْع َملوُن‬ ُّ ‫َ ْعلمَُونَ أنََّهُ ْال َح‬
Artinya: ‚Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah
ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke
arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui,
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan‛. (Al-baqarah: 144)
Tetapi nasakh versi ini pun ditolak oleh Imam Shafi’i> dalam
salah satu riwayat. Menurutnya apa saja yang ditetapkan Sunnah
tentu di dukung oleh al-Qur’a>n dan apa saja yang ditetapkan
oleh alQur’an tentu pula didukung oleh as-Sunnah. Hal ini
karena Al-Qur’an dan As-Sunnah harus senatiasa sejalan dan
tidak bertentangan.
4. Nasakh Sunnah dengan Sunnah Dalam hal ini ada empat bentuk
yaitu:
a. Nasakh mutawatir dengan mutawatir
b. Nasakh ahad dengan ahad
c. Nasakh ahad dengan mutawatir
d. Nasakh mutawatir dengan ahad

Tiga bentuk pertama diperbolehkan sedangkan yang ke empat


terjadi silang pendapat.

D. Macam – Macam Nasakh dalam Al – Qur`an


Menurut al-Zarkashi, ada tiga macam nasakh, khususnya dari segi
tilawah (bacaan) dan hukumnya.
1. Nasakh dari segi bacaan dan hukumnya sekaligus
yaitu bacaan dan tulisan ayatnya pun tidak ada lagi termasuk
hukum ajarannya telah terhapus dan diganti dengan hukum yang
baru. Misalnya penghapusan ayat tentang keharaman kawin
dengan saudara satu susuan karena samasama menetek kepada
seorang ibu dengan sepuluh kali susuan dengan lima kali susuan
saja.

2. Nasakh hukumnya tanpa menasakh bacaannya


yaitu tulisan dan bacaannya tetap ada dan boleh dibaca
sedangkan isi hukumnya sudah dihapus atau tidak boleh
diamalkan. Misalnya pada surat al - Baqarah ayat 240 tentang
istri-istri yang dicerai suaminya harus ber’iddah selama satu
tahun dan masih berhak mendapatkan nafkah dan tempat tinggal
selama ‘iddah satu tahun.
‫ألز َوا ِج ِه ْم َمتَˆˆا عˆˆا إلِ َى ْال َحˆ وْ ِل َْغˆ َر‬
ْ ‫ص َّ ة‬ ِ ‫َوال َِّذ نَ ٌُتَ َوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َو َ َذرُونَ أزَْ َوا جا َو‬
ُ ‫ف أنَْف ُِس ِه َّن ِم ْن َم ْعˆ رُو ف َوالˆ َّّل‬ ًِ ‫إخ َرا ج فَإ ْ ِن َخ َرجْ نَ فَال ُجنَا َح َع ْلَ ُك ْم‬
ًِ َ‫ف َما فَ َع ْلن‬ ِْ
٥٤٢) ‫ك م‬ ِ ‫َز ز َح‬ ِ ‫(ع‬

Artinya: ‚dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara


kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah Berwasiat untuk
isteriisterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan
tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi jika mereka
pindah (sendiri), Maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris
dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat
yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana‛. (QS. al-Baqarah: 240)

Ketentuan hukum ayat tersebut dihapus oleh ayat 234 surat al-
Baqarah , sehingga keharusan ‘iddah satu tahun tidak berlaku
lagi.

‫أشˆهُ ر َو َعشْ را‬ َْ َ‫أربَ َعˆ ة‬َْ ‫فسˆ ِه َّن‬ ْ ‫َوال َِّذ نَ ٌُتَ َوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َو َ َذرُونَ أزَْ َوا جا ٌَت ََرب‬
ُِ َْ‫َّصˆنَ بِأن‬
‫ُوف َوالˆ َّّل ُ بِ َمˆˆا‬ ْ ˆِ‫فسˆ ِه َّن ب‬
ِ ‫ˆال َم ْعر‬ ُِ َْ‫ف أن‬ ِ ‫فَˆˆإ َِذا بَل َْغنَ أ َجَلهَُ َّن فَال ُجنَˆˆا َح َع ْلَ ُك ْم‬
ًِ َ‫ف َمˆˆا فَ َع ْلن‬
٥٣٤) ‫ب ر‬ ِ َ‫(تَ ْع َملوُنَ خ‬

Artinya: orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan


meninggalkan isteriisteri (hendaklah Para isteri itu)
menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.
kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu
(para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka
menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat‛.
(QS. al-Baqarah: 234)

3. Menasakh bacaan ayat tanpa menasakh hukumnya


Yaitu tulisan ayatnya sudah dihapus sedangkan hukumnya
masih tetap berlaku. Sebagaimana hadiast Umar bin khatahab
dan ubay bin Ka’ab:
ْ ‫إل َّش ْي خ َوإل َّشيْخَ ة إ َذإ زَنيَا فارْ ج موْ ى َما ْإلبتة نَ َكال ِمنَ إهلل وهلل ع‬
‫َمي م َح ِكيْم‬
Artinya: ‚Orang tua laki-laki dan perempuan yang berzina, maka
rajamlah keduanya itu dengan pasti sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.

4. Nasakh dengan pengganti dan tanpa pengganti


Secara umum, bahwa adanya nasakh ini menunjukkan bahwa
shari’at Islam merupakan shari’at paling sempurna yang
menasakh shari’atshari’at yang datang sebelumnya. Karena
shari’at Islam berlaku untuk semua situasi dan kondisi, maka
adanya nasakh berfungsi untuk menjaga kemaslahatan umat.

5. Nasakh tanpa pengganti


Terkadang ada nasakh terhadap suatu hukum tetapi tidak
ditentukan hukum lain sebagai pennggantinya, selain bahwa
ketentuan hukumnya sudah berubah. Misalnya penghapusan
keharusan bersedekah sebelum menghadap Rasulullah
sebagaimana diperintahkan dalam firman Allah:

ٌَ‫لˆك َْخ ر‬
َِ ‫ق ة َذ‬ َ ‫َّسˆو َل فَقَˆ ِّد ُموا بٌَْنَ َ َديْ نَجْˆ َوا ُك ْم‬
َ ‫صˆ َد‬ َْ ‫ا َأ ُّهَا ال ٌَِّذنَ آ َمنُوا إ َِذا ن‬
ُ ‫َاجتُ ُم الر‬
َ ْ ُ
٢٥) ‫ح م‬ ِ ‫(ل َك ْم َوأطَهَ ُر فَإ ْ ِن ل َْم ت َِجدُوا فَإ َِّن ال َّّل غَف ُو ر َر‬

Artinya: ‛Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu


menghadap lalu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul
hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin)
sebelum pembicaraan itu……‛ (QS. al-Mujadalah: 12)

Ketentuan ini dinasakh dengan firman-Nya:

ْ َ ‫ص َدقَات فَإ ِْذ ل َْم تَ ْف َعلˆ ُوا َوت‬


َ ‫أَأ َْشفَ ْقتُ ْم أنَْ تُقَ ِّد ُموا ْبَنَ َ َديْ نَجْ َوا ُك ْم‬
َِ َ‫َˆاب الˆ َّّل ُ َعلَ ُك ْم ف‬
‫ˆأق‬
٢٣) َ‫ب ر بِ َما تَ ْع َملوُن‬ ِ َ‫( ُموا الصَّال ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوأطَِ عُوا ال ََّّل َو َرسُولهَُ َوال َّّل ُ خ‬

Artinya: ‛Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena


kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul?
Maka jika kamu tidak memperbuatnya dan Allah telah memberi
taubat kepadamu maka dirikanlah sholat, tunaikan zakat….‛.
(QS. al-Mujadalah: 13)

6. Nasakh dengan pengganti yang seimbang


Nasakh disamping menghapuskan suatu ketentuan juga
menentukan hukum baru sebagai penggantinya. Penggantinya itu
sering seimbang atau sama dengan ketentuan yang dihapusnya.
Misalnya nasakh dari sholat menghadap ke Bayt al-Muqaddas
yang beralih menghadap ke Bayt alHaram (Ka’bah).

7. Nasakh dengan pengganti yang lebih berat


Misalnya penghapusan hukuman penahan di rumah (terhadap
wanita yang berzina).

‫ˆإن َش ˆ ِهدُوا‬ َْ ‫ت نَ ْالفَا ِح َش ˆةَ ِم ْن نِ َس ˆائ ُِك ْم فَا ْست َْش ˆ ِهدُوا َع ْلَ ِه َّن‬
ِ ْ ˆَ‫أربَ ˆ َع ة ِم ْن ُك ْم ف‬ ٌِ ْ ‫ت َأ‬
ًِ ‫َوالال‬
َّ ْ َّ
ُ ْ‫ت َحتَّى َتَ َوفاه َُّن ال َمو‬ ُ ٌُ ْ
٢٥) ‫ب ال‬ ِ ‫أو َجْ َع َل ال ّل ُ لهَُ َّن َس‬ َْ ‫ت‬ ِ ‫ف البُ و‬ ًِ ‫(فَأ َْم ِس ُكوه َُّن‬
Artinya: ‛dan terhadap para wanita yang mengerjakan perbuatan
keji, datangkanlah empat orang saksi dari pihak kamu(untuk
menjadi saksi). Kemudian apabila mereka telah memberikan
kesaksian, maka kurungkanlah mereka (wanita-wanita itu) di
dalam rumah…….‛. (QS. an-Nisa’: 15)

Ayat ini kemudian dinasakh dengan ayat:

‫ف ٌِد‬ ًِ ‫ان فَاجْ ل ُِدوا ُك َّل َوا ِحد ِم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْلدَة َوال تَأ ُْخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َرْأفَ ة‬ ًِ ‫ال َّزا ِن ٌَةُ َوال َّز‬
َ‫اآلخ ِر َولْ َْش ˆهَ ْد َعˆ َذابَهُ َما طَˆˆاِئفَ ة ِمن‬ِ ‫إن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُˆˆونَ بِˆˆا ل ˆ َِّّل َوالْ َوْ ِم‬ِ ْ ‫ِن ال ˆ َِّّل‬
٥) َ‫( ْال ُمْؤ ِم ِن ن‬

Artinya: ‛Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina


maka cambuklah setiap ortang dari mereka 100 kali
cambukan..........‛. (QS. an-Nur: 2)

8. Nasakh dengan pengganti yang lebih ringan, misalnya:

َُّ ‫ب عَلى ال ٌَِّذنَ ِم ْن قَبْل ُِك ْم ل َع‬


َ‫َلك ْم تَتَّقوُن‬ َ ِ‫ب َع ْلَ ُك ُم الصِّ َا ُم َك َما ُكت‬
َ ِ‫ا َأ ُّهَا ال ٌَِّذ نَ آ َمنُوا ُكت‬
َ

Artinya: ‛Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…...‛. (QS. al-
Baqarah: 183)
Ayat tersebut kemudian dinasakh dengan ayat sebagai berikut:

ُ َ‫أ ُِح َّل ل َُك ْم ْلَلˆˆةَ الصِّ َِام الˆˆ َّرف‬


. ‫ث إلَِى نِ َسˆˆاِئ ُك ْم ه َُّن لبَِا س ل َُك ْم َوأنَْتُ ْم لِبَˆˆا س لهَُ َّن‬
٢٨١) ……(

Artinya: ‚Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa


bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka‛.(QS. Al-
Baqarah: 187)

E. Hal – hal yang mengalami Nasakh


Nasakh hanya terjadi pada perintah dan larangan , baik yang
diungkapkan dengan tegas dan jelas maupun yang diungkapkan
dengan kalimat Khabar (Berita) yanng bermakna ‘Amr (Perintah)
atau Nahy (Larangan).
Bagaimana cara mengetahui Nasikh dan Mansukh:
1. Keterangan tegas dari Nabi atau Sahabat
2. Ijma’ umat bahwa ayat ini Nasikh dan yang itu Mansukh
3. Mengetahui mana yang lebih dahulu dan mana yang belakangan
datang berdasarkan sejarah

F. Hikmah Nasakh
Adapun hikmah yang terdapat pada Nasakh adalah sebagai berikut:
1. Mengukuhkan keberadaan Allah
bahwa Allah takkan pernah terikat dengan ketentuan-ketentuan
yang sesuai dengan logika manusia. Sehingga jalan pikiran
manusia takkan pernah bisa mengikat Allah SWT.
Allah mampu melakukan apa saja, sekalipun menurut manusia
hal tersebut tidak logis. Tetapi Allah akan menunjukkan, bahwa
kehendak-Nya lah yang akan terjadi, bukan kehendak kita.
Sehingga diharapkan dari keberadaan Nasakh dan Mansukh ini
akan mampu meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT,
bahwa Dia-lah yang Maha Menentukan.
2. Dengan nasakh dan mansukh ini diharapkan pula kita akan
mempunyai prediksi dan pengertian bahwa Allah itu memang
adalah zat yang Maha Bijak, Maha Kasih, Maha Sayang, bahkan
‚al-Ham al-Rahimin‚ yaitu lebih kasih dari pada yang berhati
kasih dan lebih sayang dari pada siapa saja yang berhati sayang.
Mengapa? Karena memang pada kenyataannya hukum-hukum
Nasakh dan Mansukh tersebut semuanya demi untuk
kemaslahatan dan kebaikan kita.
3. Memelihara ke-maslahatan hamba
4. Perkembangan tashri’ menuju tingkat sempurna sesuai dengan
perkembangan dakwah dan kondisi umat Islam
5. Cobaan dan ujian bagi seorang mukallaf untuk mengikutinya
atau tidak
6. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika
nasakh itu beralih ke hal yang lebih berat maka di dalamnya
terdapat tambahan pahala, dan jika beralih ke hal yang lebih
ringan maka ia mengandung kemudahan dan keringanan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tulisan ini untuk membahas pengertian tentang Nasakh dan
Mansukh karena ternyata banyak pengertian yang ada di dalamnya,
juga berkenaan dengan macammacam Nasakh dalam al-Qur’an dan
begitu pula jenisjenis Nasakh yang ada.
Kendati banyak para ulama yang berselisih pendapat
mengenai diperbolehkannya Nasakh dan Mansukh akan tetapi perlu
diketahui bahwa seiring dengan perkembangan dakwah dan
kemajuan zaman serta pergantian kaum yang satu dengan yang
lainnya maka hukum shar’i menyesuaikan dengan keadaan
masyarakat yang ada.
Banyak hikmah yang dapat dipetik setelah mempelajari
Nasakh dan Mansukh, sehingga setelah mengetahui lebih dalam lagi
maka kita makin kuat keimanan kita dan kepercayaan kita bahwa
Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai Nasakh dan Mansukh,
pembaca diharapkan dapat memahami lebih lanjut mengenai
pengertian, sayarat, jenis, macam – macam, dan hikmah Nasakh dan
Mansukh. Dan semoga makalah ini dapat memberi manfaat tidak
hanya bagi pembaca namun juga kami selaku penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Von Denffer, An Introduction To The Sciences of The Qur’an, Pent.


A. Nashir Budiman, Jakarta, Rajawali, 1988.

Az-Zarqani, Manhil al-‘Irfa>n, Beirut: Da>r al-Fikr, t.t, Jilid II. Jalaluddin
as-Suyu>t}iy, al-Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qura>n, Bairut: Dar al-Fikr, t.t.

Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>hith Fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, diterjemah


Mudzakkir, Bogor, Pustaka Lentera Antar Nusa, 1996.

M. Hashbi ash-Shiddiqi, Ilmu-ilmu al-Qur’a>n, Jakarta: Bulan

Bintang, 1972

Muhammad, Abu> Zahroh, al-Syafi’I, Haya>tuh Wa ‘As}rah Wa

al-Fiqhuh, Jilid II, Da>r al-Fikr, Mesir, 1945. Quraish shiha>b,


Membumikan al-Qur’a>n, Bandung: Mizan,

1992.

Anda mungkin juga menyukai