Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AL – QUR`AN DAN SAINS MODERN


KETERATURAN ALAM SEMESTA
(Makalah ini Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Al-Qur,an dan
Sains Modern)

Dosen Pengampu : Lutfan Muntaqo., S.H.,M.S.I

Disusun oleh:

1. Novita Laras Titi Nurani (2019110014)


2. Nafilatuzzahro (2019110064)
3. Poppy Meyliana (2019110103)
4. M. Fatra Zulfa Rifandi (2019110173)
5. Iin Chusmiyati (2019110211)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2021
KATA PENGANTAR

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-
Qur,an dan Sains Modern. Makalah dengan judul “KETERATURAN
ALAM SEMESTA” ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan
mengenai keteraturan alam semesta.
Namun kami sadar makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik-kritik yang bersifat
membangun, agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Lutfan
Muntaqo., S.H.,M.S.I sebagai dosen pengampu mata kuliah Al – Quran dan
sains, dan kepada seluruh pihak-pihak yang membantu terselesaikannya
makalah ini.

Wonosobo, 19 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Ukuran alam yang serba sesuai....................................................3
B. Pola Keteraturan Alam.................................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................14
B. Saran.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum mengungkap konsep keteraturan alam semesta
dalam prespektif al-Qur’an, terlebih dahulu kita lihat pendapat para
ilmuan tentang hal ini. Dalam kajian ilmu fisika dasar, dikenal
“Hukum Entropi” yang menyatakan; “Jika dibiarkan dalam waktu
yang lama, sistem yang teratur akan berkurang keteraturannya dan
berubah menjadi tidak stabil. Hal ini merupakan pengetahuan umum,
yang banyak di antaranya dapat diamati dalam hidup keseharian.
Sebagai perumpamaan, jika alam semesta diibaratkan sebagai sebuah
gua yang dipenuhi dengan air, batu, dan debu dibiarkan untuk waktu
yanglama, maka dapat dipastikan setelah ratusan atau bahkan ribuan
tahun kemudian akan didapati bahwa gua dengan segala isinya
dalam kondisi yang berantakan. Inilah yang disebut dengan entropi,
dan akal manusia dapat menerimanya. Namun, jika beberapa miliar
tahun kemudian, didapati kenyataan bahwa batuan yang ada di
dalam gua telah diukir menjadi sebuah patung yang indah dengan
ukiran yang sangat rumit, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari
realitas ini adalah; bahwa keteraturan tidak dapat dijelaskan dengan
hukum-hukum alam. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal
adalah “adanya kekuatan yang maha besar dibalik kejadian atau
realitas ini”. Dalam pandangan Islam, kekuatan yang maha besar
inilah yang dimaksud dengan “Kuasa Allah”. Dengan kuasa yang
dimiliki-Nya, Allah mengatur alam semesta ini dengan santat rapih
dan teratur.
Ringkasnya, untuk memahami keteraturan alam semesta
diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang dalam dan luas.
Dalam presektif al-Qur’an, dikatakan bahwa alam semesta
dirancang, diatur, dan dijaga oleh Allah. Al Quran menjelaskan
bagaimana bumi dan langit beserta segala sesuatu yang ada di
dalamnya dijaga dengan kuasa-Nya yang agung (QS. Faathir, ayat
41). Ayat ini memberikan penegasan terhadap adanya prinsip
keteraturan alam semesta. Bahkan dalam ayat yang lain, al-Qur’an
secara tegas menolak kepercayaan kaum materialisme, yang
menyatakan bahwa alam semesta adalah sekumpulan materi tak
beraturan (QS. al-Mu'minuun, ayat 71).
Dalam makalah ini penyusun akan membahas tentang
keteraturan alam semesta ditinjau dari pandangan ilmu pengetahuan
(Sains) dan juga pandangan Islam berdasarkan Al-Qur’an.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ukuran yang di maksud dengan ukuran yang serba
sesuai dalam keteraturan alam semesta?
2. Bagaimana mengenai pola keteraturan alam?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al – Quran dan Sains
Modern
2. Untuk mengetahui mengenai ukuran yang serba sesuai di alam
semesta.
3. Untuk mengetahui mengenai pola keteraturan alam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ukuran alam yang serba sesuai


1. Matahari, Bumi dan Bulan

Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah


khazanahnya. dan Kami tidak menurunkannya melainkan
dengan ukuran yang tertentu. (QS. Al-Hijr (15): 21)

Jarak bumi dan matahari yang begitu ideal menyebabkan


suhu di bumi sangat cocok untuk menjadi tempat tinggal
makhluk hidup. Jika jarak bumi dan matahari terlalu dekat, maka
suhu di bumi akan meningkat dan semua air yang ada di bumi
akan menguap. Jika jarak matahai dan bumi terlalu jauh, maka
suhu di bumi akan rendah dan air yang ada di bumi akan menjadi
es. Variasi sedikit saja dari pada jarak matahari ke bumi akan
menyebabkan dampak yang luar biasa pada iklim, musim, dan
cuaca di bumi. Kemiringan bumi sebesar 23,5 derajat saja
menyebabakan perbedaan musim di bumi. Belahan bumi yang
dekat dengan matahari mengalami musim panas, sedangkan
belahan bumi yang jauh dari matahari mengalami musim dingin1.
Ukuran kemiringan tersebut merupakan sebuah anugerah bagi
kehidupan di bumi, dengan begitu semua makhluk yang ada di
bumi tidak akan mengalami kepanasan ataupun kedinginan
karena bumi mengitar pada orbitnya secara teratur. Sebuah
ukuran yang sangat ideal dan tidak mungkin terjadi secara
kebetulan saja.
Karunia Allah SWT mengenai penetapan ukuran segala
sesuatu di bumi dan di langit dinyatakan dalam Surah Al-Qamar
ayat 49 dan Surah Al-Furqon ayat 2.

1
Ridwan Abdullah Sani, “Fisika Berbasis Al-Qur’an”, ISBN 978-602-0875-86-6, Cetakan
pertama, September 2019, (Jakarta: Amzah, 2019), Hal. 39.

3
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran. (QS. Al-Qamar (54): 49)

Yang Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia


tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu dalam
kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan
Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS.
Al-Furqon (25): 2)

Jika kita membandingkan kondisi beberapa planet yang ada


di dekat planet bumi, maka akan diketahui bahwa planet-planet
yang lain ternyata tidak memiliki oksigen di atmosfernya. Hanya
planet bumi yang mempunyai air yang sangat banyak dan hanya
planet bumi yang memiliki medan magnet yang cukup kuat
untuk melindungi bumi dari pengaruh badai matahari. Badai
matahari adalah kejadian atau event dimana aktivitas matahari
berinteraksi dengan medan magnetik bumi, badai matahari
berkaitan langsung dengan peristiwa solar flare dan CME, kedua
hal tersebut yang menyebabkan terjadinya badai matahari 2. Oleh
sebab itu, hanya planet bumi yang dapat menjadi tempat tinggal
yangaman dan nyaman bagi manusia, hewan, dan tumbuhan atau
bisa disebut dengan makhluk hidup.
Ukuran matahari, bumi, dan bulan, serta jaraknya sedemikian
rupa membuat adanya peristiwa gerhana matahari dan gerhana
bulan. Ukuran matahari jauh lebih besar daripada bulan, namun
jaraknya sedemikian sehingga secara relatif tampak memiliki
ukuran yang sama. Oleh sebab itu, jika posisi bulan segaris
dengan bumi dan matahari, maka akan terjadi gerhana matahari,
ukuran bulan terlihat sama dengan ukuran matahari. Pada
peristiwa gerhana bulan, bumi menutup sinar matahari yang
menyinari bulan, sehingga bulan yang tadinya purnama akan
menjadi gelap ketika bumi menutup matahari. Fenomena
tersebut menunjukkan bahwa bumi berbentuk bulat seperti bola,
sama seperti bentuk matahari dan bulan3.

2
Faresa Dharmawan, Makalah “Badai Matahari”, (Balikpapan: Sekolah Tinggi Teknologi
Minyak dan Gas Bumi, 2015/2016), Hal. 4

4
Pada saat terjadi gerhana matahari, para peneliti dapat
melakukan penyelidikan tentang matahari. Kromosfer dan
mahkota matahari (korona) akan terlihat lebih jelas pada saat
terjadi gerhana matahari total. Penyelidikan itu akan membantu
dalam menentukan suhu, masa jenis, dan struktur medan magnet
matahari. Kromosfer terihat lebih jelas pada saat gerhana cincin.
Gerhana cicin terjadi pada saat bulan berada pada apoge atau
berada di titik terjauh dengan bumi, sehingga ukuran sudut bulan
lebih kecil daripada ukuran sudut matahari. Akibatnya, bayangan
kerucut umbra bulan tidak mencapai bumi. Gerhana cincin
disebabkan oleh bayangan dari perpanjangan umbra bulan.
Prominensi (salah satu aktivitas matahari) juga bisa terlihat pada
terjadi gerhana matahari. Matahari adalah suatu bola gas yang
berpijar.

Sumber : Quora, 2019

Peristiwa gerhana seharusnya menyadarkan manusia tentang


ukuran dan jarak matahari, bumi, dan bulan yang serba sesuai.
Orang yang diketahui telah mengukur jarak bulan saat gerhana
matahari total adalah Hipparchus pada tahun 190 sebelum
masehi. Cara ilmuwan Yunani tersebut mengukur jarak bulan
adalah dengan geometri sederhana. Hal tersebut dapat dilakukan
karena bulan tepat menutup matahari pada saat terjadinya
gerhana matahari total. Suatu ukuran yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT untuk menjadi bahan pelajaran bagi manusia. Pada
saat gerhana matahari total, besar piringan bulan adalah sekitar 5
derajat atau 0,00873 radian. Orang Yunani pada zaman
Hipparchus mengetahui bahwa matahari adalah benda yang

3
Ridwan Abdullah Sani, “Fisika Berbasis Al-Qur’an”, ISBN 978-602-0875-86-6, Cetakan
prtama, September 2019, (Jakarta: Amzah, 2019), Hal. 43.

5
sangat jauh dari bumi, sedangkan jarak bulan lebih dekat ke
bumi.
2. Keteraturan ukuran material yang ada di alam semesta
Keteraturan ukuran juga diciptakan pada material yang ada di
alam semesta. Pengembangan teknologi dimungkinkan dengan
adanya keteraturan material tersebut. Jenis material yang
beragam dengan karakteristik dan ukuran yang tepat sangat
bermanfaat bagi manusia. Berdasarkan sifat hantaran listriknya,
ada bahan konduktor, semikonduktor, dan isolator. Bahan
konduktor seperti tembaga dimanfaatkan oleh manusia untuk
menghantarkan listrik. Bahan semikonduktor digunakan untuk
membuat peranti elektronik yang banyak kita gunakan pada
zaman modern. Adapun bahan isolator dimanfaatkan untuk
mengisolasi listrik agar aman dalam mengalirkan listrik
menggunakan bahan konduktor4.
Tekonologi modern menggunakan ketiga bahan tersebut
dengan memanfaatkan karakteristik masing-masing unsur.
Sebagai contoh, orang dapat membuat diode pemancar cahaya
(light emiting diode) atau LED yang berbeda warna dengan
memanfaatkan ukuran celah pita energi (band gap) yang berbeda
untuk masing-masing bahan semikonduktor atau campuran
semikonduktor. Bahan tembaga yang memiliki konduktivitas
termal yang besar juga digunakan sebagai material pendingin
atau pemanas. Semua material yang ada di bumi dapat
dimanfaatkan oleh manusia, sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Hal tersebut merupakan suatu anugerah yang
sangat tak terhingga bagi kehidupan manusia di bumi.

B. Pola Keteraturan Alam


1. Pola Simetri
Bentuk alam semesta dan segala isinya mengikuti pola
tertentu, salah satunya adalah memiliki pola simetri. Perhatikan
bahwa benda-benda langit memiliki bentuk bulat seperti bola
yang merupakan sebuah bentuk simetris dengan berbagai sumbu
simetri. Semua benda langit berukuran besar, yaitu bintang,
bumi, planet-planet lain dan bulan memiliki bentuk seperti bola.
Semua benda langit berbentuk bulat dan berputar pada porosnya,
bergerak berkeliling. Hal itu terjadi karena planet-planet di tata
surya bergerak mngelilingi matahari. Planet-planet tersebut
berotasi pada porosnya sambil mengelilingi matahari, diketahui

4
Ridwan Abdullah Sani, “Fisika Berbasis Al-Qur’an”, ISBN 978-602-0875-86-6, Cetakan
prtama, September 2019, (Jakarta: Amzah, 2019), Hal. 49.

6
bahwa orbit gerak planet-planet mengelilingi matahari berada
dalam pada satu bidang datar. Gerakan tersebut mirip dengan
orang yang melakukan tawaf (mengadakan perjalanan
mengelilingi)5 di sekeliling Ka’bah.

Sumber: Irmawan Hadi Saputra, 2014

Pada dimensi yang kecil, beberapa buah dan bunga juga


berbentuk bulat atau menyebar secara radial. Buah-buahan
seperti jeruk, apel, melon, manggis, dan duku secara alami
berbentuk bulat.

Sumber: Sylvana Toemon, 2017.

Pola simetri dapat diamati pada bentuk badan manusia yang


serupa pada bagian kiri dan kanan. Sebagian besar hewan
memiliki pola simetri seperti pada manusia. Simetri seperti itu
mewakili keseimbangan kehidupan. Jika kedua kaki kita tidak
simetri, maka kita akan sulit berjalan dengan seimbang.

5
Ahmad Warsa Munawir, Al Munawir, “Kamus Arab Indonesia”, (Yogyakarta: 1984),
Hal. 872.

7
2. Pola Fibonacci
Keteraturan pada alam semesta dapat diamati dari ukuran
yang kecil sampai yang besar. Dapat dilihat pada dimensi tubuh
manusia yang mengikuti pola bilangan Fibonacci. Deret
bilangan Fibonacci meliputi sebagai berikut 0, 1, 2, 3, 5, 8, 13,
21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, …. . Selain pada tubuh
manusia, pola keteraturan yang mengikuti bilangan Fibonacci
juga dapat ditemukan pada jumlah kelopak bunga. Contoh bunga
yang mengikuti pola bilangan Fibonacci adalah bunga
bougenville (kelopak 3), bunga Sepatu (kelopak 5), bunga Melati
(kelopak 8), bunga Kuning (kelopak 13), dan bunga Kertas
(kelopak 21). Deret Fibonacci adalah suatu deret matematis yang
dicetuskan oleh matematikawan Italia, Leoardo Pissano. Dalam
bukunya ia menunjukkan betapa dahsyatnya angka nol ketika
berhadapan dengan kalkulasi yang kompleks. Sebelum angka
Arab datang uang dihitung dengan abacus dan simpoa. Setelah
angka arab datang, para pedagang di Italia menyukainya dan
mulai menggunakannya6.

Sumber : https://pixabay.com/id/photos/bunga-bunga-kuning-
kelopak-kuning-2702022/

Pola lain yang dapat ditemukan adalah bentuk spiral pada


bunga, cangkang siput, dan beberapa struktur lainnya. Bentuk
spiral pada bunga mengikuti arah pola yang berbeda, jika dilihat
dari arah jarum jam akan terdapat 34 spiral, sedangkan jika
dilihat dari arah berlawanan jarum jam maka terlihat 21 spiral.
Dan juga dapat dilihat pada buah cemara. Jika dilihat dari arah
jarum jam maka terdapat 8 spiral, sedangkan dari arah
berlawanan akan terlihat 13 spiral.

6
Abah Salma Alif Sapayya, “Keseimbangan Matematika dalam Al-Qur’an”, (Jakarta
Selatan: Republika, 2021)

8
Sumber : Quora, 2017

Selain pada tumbuhan, dalam tubuh manusia terdapat organ


yang mengikuti bilangan Fibonacci, yaitu pada ruas jari dan
jumlah jari. Dalam satu tangan terdapat 2 ruas jari jempol, 3 ruas
jari lainnya, dan terdapat 5 jari, yaitu mengikuti pola 1, 2, 3, 5.
Kemudian panjang ruas jari juga mengikuti pola 2, 3, 5, 8 seperti
pada gambar hasil Rontgen sebuah tangan berikut.

Sumb
er : Sani, 2015

Selain pada makhluk hidup, keteraturan ukuran juga dapat


dilihat pada dimensi anatomik yang sangat kecil. Contohnya
pada ukuran molekul DNA yang tersusun atas dua rantai heliks
tegak lurus yang saling berjalinan. Panjang lengkungan pada
setiap rantai yaitu 34 angstrom dan lebarnya 21 angstrom7.
Dalam Al-Qur’an yang menyatakan contoh bilangan Fibonacci
yaitu angka 3 dan angka 5 pada surah Al-Mujadilah ayat 7
berikut.

7
1 Angstrom setara dengan 10.10 meter.

9
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada
pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah
keenamnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan
antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak,
melainkan Dia berada bersama mereka di mana pun mereka
berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka
pada hari kiamat apa yang mereka kerjakan. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Mujadilah (58):
7)

Pola yang dikenal berbasis bilangan Fibonacci adalah luas


daerah yang dibentuk berdasarkan bilangan tersebut. Luas daerah
tersebut dapat dibuat dalam persegi dengan panjang sisi
mengikuti bilangan Fibonacci dan juga dapat dibuat spiral
berdasarkan pola persegi Fibonacci. Dalam pola spiral dapat
dilihat pada bentuk rumah siput, bentuk telinga, bentuk galaksi
(Galaksi Spiral M51 (NGC 5194) ), dsb.

Sumber : Infofotografi.com

10
Sumber : https://www.researchgate.net/figure/Image-of-ordinary-
spiral-galaxy-M51-with-optical-light-image-credit-Nasa-ESA-
Its-arms_fig2_277353991

Keteraturan alam semesta dapat dianalisis berdasarkan “rasio


emas”, yaitu 1,618. Bilangan tersebut adalah perbandingan
bilangan Fibonacci ke n+1 dengan bilangan n. Posisi Ka’bah jika
dilihat dari kutub-kutub bumi mengikuti rasio emas. Kota Mekah
berada pada 21,42664 derajat lintang utara, jarak kota Mekah ke
kutub utara 7631 km, dan jarak kora Mekah ke kutub selatan
12348 km maka dihasilkan perbandingan adalah 1,618 yang
menunjukkan rasio emas. Selain pada posisi Kab’ah, beberapa
bagian anggota tubuh manusia juga memiliki rasio 1,618,
contohnya perbandingan antara panjang telapak tangan dengan
lengan bagian bawah.

Sumber : Pinterest

11
3. Pertumbuhan Cabang dan Sungai
Pertumbuhan bentuk cabang pohon atau bercabangnya
sungai mengikuti pola tertentu. Beberapa pola yang kecil diamati
terjadi pada bumi, contohnya pada pertumbuhan dendrit mineral
oksida mangan pada batuan gamping. Pola tersebut terjadi pada
percabangan kilat ketika menyambar dari awan menuju bumi.
Dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa terjadinya percabangan
kilat atau hal lainnya di bumi telah ditetapkan berdasarkan
kehendak Allah.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan


kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan,
dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi
dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mempergunakan akalnya. (QS. Ar-Rum (30): 24).

Percabangan pada kilat, cabang pohon, dan tulang daun


tampak mengikuti pola tertentu. Terbentuknya pola tersebut
dapat diprediksi menggunakan program komputer karena ada
aturan tertentu yang mengatur terjadinya pola-pola tersebut.
Dunia dibentuk berdasarkan pola-pola dan aturan yang telah
ditetapkan oleh Maha Penciptaaan semua pola memiliki makna
tersendiri. Semua yang terjadi di alam semesta ini beraturan dan
tentunya sangat menakjubkan, oleh karena itu sudah seharusnya
kita selalu bersyukur denga napa yang telah diciptakan di dunia
ini.

Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak


lenyap; dan jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun
yang mampu menahannya selain Allah. Sungguh Dia Maha
Penyantun, Maha Penyayang. (QS. Fatir (35): 41)

12
Sumber: Geografi Lingkungan, 2016

Sumber: WikiWand

Sumber: Jani Mater, 2014

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-qur’an yang telah diturunkan oleh Allah swt
kepada umat manusia dijadikan sebagai “resources” bagi
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya Al-
qur’an kehidupan umat manusia bisa tertuntun dan terdidik
sehingga berakhlak mulia. Gambaran wahyu Allah dalam Al-
qur’an mengingatkan kepastian berupa sunatullah yang
sebagian sudah bisa ditangkap oleh metedologi sains, namun
masih ada pengetahuan dari kehendak-Nya yang ghaib dalam
penciptaan alam semesta. Pemikiran atas fenomena alam
yang terjadi dijadikan sebagai kesadaran beragama, yaitu
memberikan bukti bahwa adanya “kerja tangan-tangan ghaib
Allah” yang mengatur semua kejadian di alam semesta
termasuk mengatur bentuk/ukuran benda-benda yang Allah
ciptakan dan semua pola keteraturan alam. Antara Al-qur’an
dengan kejadian di alam semesta memiliki keterkaitan antar
keduanya. Dapat dilihat dari bukti-bukti yang telah
dipaparkan pada materi di atas bahwa bentuk/ukuran
makhluk hidup dan benda-benda di alam semesta merujuk
pada ilmu-ilmu sains seperti pola simetri, pola Fibonacci,
rasio emas,dll. Pola keteraturan alam yang ada juga saling
berkaitan antara Al-qur’an dengan sains. Abad sains dan
teknologi telah dijalani manusia, makin tinggi pengetahuan
manusia makin diperlukan kesadaran beragama yang lebih
tinggi, perlu hidayah yang lebih banyak, agar mendapatkan
tuntunan-Nya sehingga dijauhkan dari bencana sains dan
teknologi8.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai Keteraturan
Alam Semesta, pembaca diharapkan dapat memahami lebih
lanjut mengenai fenomena pada alam semesta. Dan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat tidak hanya bagi
pembaca namun juga kami selaku penulis. Dengan adanya
pembahasan ini kita dapat lebih mengerti bahwa semua yang
ada di alam semesta sudah ada yang mengatur dan semuanya
berjalan secara sempurna serta berkaitan dengan ilmu
pengetahuan (sains).

8
Moedji Raharto, “Alam Semesta, Manusia, dan Al Qur’an”, Volume 20 No.1, Aula
Unisba, Rabu 14 April 2004.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sani, Ridwan Abdullah. (2019). Fisika Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: Amzah


Munawir, Ahmad Warsa. (1984). Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Raharto, Moedji. 2004. Alam Semesta, Manusia, dan Al Qur’an. Makalah.
Diakses tanggal: 13 Oktober 2021.
Sapayya, Abah Salma Alif. (2021). Keseimbangan Matematika dalam Al-
Qur’an. Jakarta Selatan: Republika.
Thayyarah, Nadiah. (2014). Buku pintar Sains dalam Al-Qur’an mengerti
mukjizat ilmiah firman Allah. Jakarta: Penerbit Zaman.
Mustofa, Agus. (2014). Al-Qur’an Inspirasi Sains. Jakarta Selatan: PADMA
Press.
Pasya, Ahmad Fuad. (2004). Dimensi Sains Al-Qur’an menggali
kandungan Ilmu pengetahuan dari Al-Qur’an. Solo: Tiga Serangkai.
Ibrahim, Qasim Ibn. (2002). Bukti keberadaan Allah. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta.

15

Anda mungkin juga menyukai