Disusun oleh:
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-
Qur,an dan Sains Modern. Makalah dengan judul “KETERATURAN
ALAM SEMESTA” ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan
mengenai keteraturan alam semesta.
Namun kami sadar makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik-kritik yang bersifat
membangun, agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Lutfan
Muntaqo., S.H.,M.S.I sebagai dosen pengampu mata kuliah Al – Quran dan
sains, dan kepada seluruh pihak-pihak yang membantu terselesaikannya
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Ukuran alam yang serba sesuai....................................................3
B. Pola Keteraturan Alam.................................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................14
B. Saran.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum mengungkap konsep keteraturan alam semesta
dalam prespektif al-Qur’an, terlebih dahulu kita lihat pendapat para
ilmuan tentang hal ini. Dalam kajian ilmu fisika dasar, dikenal
“Hukum Entropi” yang menyatakan; “Jika dibiarkan dalam waktu
yang lama, sistem yang teratur akan berkurang keteraturannya dan
berubah menjadi tidak stabil. Hal ini merupakan pengetahuan umum,
yang banyak di antaranya dapat diamati dalam hidup keseharian.
Sebagai perumpamaan, jika alam semesta diibaratkan sebagai sebuah
gua yang dipenuhi dengan air, batu, dan debu dibiarkan untuk waktu
yanglama, maka dapat dipastikan setelah ratusan atau bahkan ribuan
tahun kemudian akan didapati bahwa gua dengan segala isinya
dalam kondisi yang berantakan. Inilah yang disebut dengan entropi,
dan akal manusia dapat menerimanya. Namun, jika beberapa miliar
tahun kemudian, didapati kenyataan bahwa batuan yang ada di
dalam gua telah diukir menjadi sebuah patung yang indah dengan
ukiran yang sangat rumit, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari
realitas ini adalah; bahwa keteraturan tidak dapat dijelaskan dengan
hukum-hukum alam. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal
adalah “adanya kekuatan yang maha besar dibalik kejadian atau
realitas ini”. Dalam pandangan Islam, kekuatan yang maha besar
inilah yang dimaksud dengan “Kuasa Allah”. Dengan kuasa yang
dimiliki-Nya, Allah mengatur alam semesta ini dengan santat rapih
dan teratur.
Ringkasnya, untuk memahami keteraturan alam semesta
diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang dalam dan luas.
Dalam presektif al-Qur’an, dikatakan bahwa alam semesta
dirancang, diatur, dan dijaga oleh Allah. Al Quran menjelaskan
bagaimana bumi dan langit beserta segala sesuatu yang ada di
dalamnya dijaga dengan kuasa-Nya yang agung (QS. Faathir, ayat
41). Ayat ini memberikan penegasan terhadap adanya prinsip
keteraturan alam semesta. Bahkan dalam ayat yang lain, al-Qur’an
secara tegas menolak kepercayaan kaum materialisme, yang
menyatakan bahwa alam semesta adalah sekumpulan materi tak
beraturan (QS. al-Mu'minuun, ayat 71).
Dalam makalah ini penyusun akan membahas tentang
keteraturan alam semesta ditinjau dari pandangan ilmu pengetahuan
(Sains) dan juga pandangan Islam berdasarkan Al-Qur’an.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ukuran yang di maksud dengan ukuran yang serba
sesuai dalam keteraturan alam semesta?
2. Bagaimana mengenai pola keteraturan alam?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al – Quran dan Sains
Modern
2. Untuk mengetahui mengenai ukuran yang serba sesuai di alam
semesta.
3. Untuk mengetahui mengenai pola keteraturan alam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ridwan Abdullah Sani, “Fisika Berbasis Al-Qur’an”, ISBN 978-602-0875-86-6, Cetakan
pertama, September 2019, (Jakarta: Amzah, 2019), Hal. 39.
3
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran. (QS. Al-Qamar (54): 49)
2
Faresa Dharmawan, Makalah “Badai Matahari”, (Balikpapan: Sekolah Tinggi Teknologi
Minyak dan Gas Bumi, 2015/2016), Hal. 4
4
Pada saat terjadi gerhana matahari, para peneliti dapat
melakukan penyelidikan tentang matahari. Kromosfer dan
mahkota matahari (korona) akan terlihat lebih jelas pada saat
terjadi gerhana matahari total. Penyelidikan itu akan membantu
dalam menentukan suhu, masa jenis, dan struktur medan magnet
matahari. Kromosfer terihat lebih jelas pada saat gerhana cincin.
Gerhana cicin terjadi pada saat bulan berada pada apoge atau
berada di titik terjauh dengan bumi, sehingga ukuran sudut bulan
lebih kecil daripada ukuran sudut matahari. Akibatnya, bayangan
kerucut umbra bulan tidak mencapai bumi. Gerhana cincin
disebabkan oleh bayangan dari perpanjangan umbra bulan.
Prominensi (salah satu aktivitas matahari) juga bisa terlihat pada
terjadi gerhana matahari. Matahari adalah suatu bola gas yang
berpijar.
3
Ridwan Abdullah Sani, “Fisika Berbasis Al-Qur’an”, ISBN 978-602-0875-86-6, Cetakan
prtama, September 2019, (Jakarta: Amzah, 2019), Hal. 43.
5
sangat jauh dari bumi, sedangkan jarak bulan lebih dekat ke
bumi.
2. Keteraturan ukuran material yang ada di alam semesta
Keteraturan ukuran juga diciptakan pada material yang ada di
alam semesta. Pengembangan teknologi dimungkinkan dengan
adanya keteraturan material tersebut. Jenis material yang
beragam dengan karakteristik dan ukuran yang tepat sangat
bermanfaat bagi manusia. Berdasarkan sifat hantaran listriknya,
ada bahan konduktor, semikonduktor, dan isolator. Bahan
konduktor seperti tembaga dimanfaatkan oleh manusia untuk
menghantarkan listrik. Bahan semikonduktor digunakan untuk
membuat peranti elektronik yang banyak kita gunakan pada
zaman modern. Adapun bahan isolator dimanfaatkan untuk
mengisolasi listrik agar aman dalam mengalirkan listrik
menggunakan bahan konduktor4.
Tekonologi modern menggunakan ketiga bahan tersebut
dengan memanfaatkan karakteristik masing-masing unsur.
Sebagai contoh, orang dapat membuat diode pemancar cahaya
(light emiting diode) atau LED yang berbeda warna dengan
memanfaatkan ukuran celah pita energi (band gap) yang berbeda
untuk masing-masing bahan semikonduktor atau campuran
semikonduktor. Bahan tembaga yang memiliki konduktivitas
termal yang besar juga digunakan sebagai material pendingin
atau pemanas. Semua material yang ada di bumi dapat
dimanfaatkan oleh manusia, sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Hal tersebut merupakan suatu anugerah yang
sangat tak terhingga bagi kehidupan manusia di bumi.
4
Ridwan Abdullah Sani, “Fisika Berbasis Al-Qur’an”, ISBN 978-602-0875-86-6, Cetakan
prtama, September 2019, (Jakarta: Amzah, 2019), Hal. 49.
6
bahwa orbit gerak planet-planet mengelilingi matahari berada
dalam pada satu bidang datar. Gerakan tersebut mirip dengan
orang yang melakukan tawaf (mengadakan perjalanan
mengelilingi)5 di sekeliling Ka’bah.
5
Ahmad Warsa Munawir, Al Munawir, “Kamus Arab Indonesia”, (Yogyakarta: 1984),
Hal. 872.
7
2. Pola Fibonacci
Keteraturan pada alam semesta dapat diamati dari ukuran
yang kecil sampai yang besar. Dapat dilihat pada dimensi tubuh
manusia yang mengikuti pola bilangan Fibonacci. Deret
bilangan Fibonacci meliputi sebagai berikut 0, 1, 2, 3, 5, 8, 13,
21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, …. . Selain pada tubuh
manusia, pola keteraturan yang mengikuti bilangan Fibonacci
juga dapat ditemukan pada jumlah kelopak bunga. Contoh bunga
yang mengikuti pola bilangan Fibonacci adalah bunga
bougenville (kelopak 3), bunga Sepatu (kelopak 5), bunga Melati
(kelopak 8), bunga Kuning (kelopak 13), dan bunga Kertas
(kelopak 21). Deret Fibonacci adalah suatu deret matematis yang
dicetuskan oleh matematikawan Italia, Leoardo Pissano. Dalam
bukunya ia menunjukkan betapa dahsyatnya angka nol ketika
berhadapan dengan kalkulasi yang kompleks. Sebelum angka
Arab datang uang dihitung dengan abacus dan simpoa. Setelah
angka arab datang, para pedagang di Italia menyukainya dan
mulai menggunakannya6.
Sumber : https://pixabay.com/id/photos/bunga-bunga-kuning-
kelopak-kuning-2702022/
6
Abah Salma Alif Sapayya, “Keseimbangan Matematika dalam Al-Qur’an”, (Jakarta
Selatan: Republika, 2021)
8
Sumber : Quora, 2017
Sumb
er : Sani, 2015
7
1 Angstrom setara dengan 10.10 meter.
9
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada
pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah
keenamnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan
antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak,
melainkan Dia berada bersama mereka di mana pun mereka
berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka
pada hari kiamat apa yang mereka kerjakan. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Mujadilah (58):
7)
Sumber : Infofotografi.com
10
Sumber : https://www.researchgate.net/figure/Image-of-ordinary-
spiral-galaxy-M51-with-optical-light-image-credit-Nasa-ESA-
Its-arms_fig2_277353991
Sumber : Pinterest
11
3. Pertumbuhan Cabang dan Sungai
Pertumbuhan bentuk cabang pohon atau bercabangnya
sungai mengikuti pola tertentu. Beberapa pola yang kecil diamati
terjadi pada bumi, contohnya pada pertumbuhan dendrit mineral
oksida mangan pada batuan gamping. Pola tersebut terjadi pada
percabangan kilat ketika menyambar dari awan menuju bumi.
Dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa terjadinya percabangan
kilat atau hal lainnya di bumi telah ditetapkan berdasarkan
kehendak Allah.
12
Sumber: Geografi Lingkungan, 2016
Sumber: WikiWand
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-qur’an yang telah diturunkan oleh Allah swt
kepada umat manusia dijadikan sebagai “resources” bagi
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya Al-
qur’an kehidupan umat manusia bisa tertuntun dan terdidik
sehingga berakhlak mulia. Gambaran wahyu Allah dalam Al-
qur’an mengingatkan kepastian berupa sunatullah yang
sebagian sudah bisa ditangkap oleh metedologi sains, namun
masih ada pengetahuan dari kehendak-Nya yang ghaib dalam
penciptaan alam semesta. Pemikiran atas fenomena alam
yang terjadi dijadikan sebagai kesadaran beragama, yaitu
memberikan bukti bahwa adanya “kerja tangan-tangan ghaib
Allah” yang mengatur semua kejadian di alam semesta
termasuk mengatur bentuk/ukuran benda-benda yang Allah
ciptakan dan semua pola keteraturan alam. Antara Al-qur’an
dengan kejadian di alam semesta memiliki keterkaitan antar
keduanya. Dapat dilihat dari bukti-bukti yang telah
dipaparkan pada materi di atas bahwa bentuk/ukuran
makhluk hidup dan benda-benda di alam semesta merujuk
pada ilmu-ilmu sains seperti pola simetri, pola Fibonacci,
rasio emas,dll. Pola keteraturan alam yang ada juga saling
berkaitan antara Al-qur’an dengan sains. Abad sains dan
teknologi telah dijalani manusia, makin tinggi pengetahuan
manusia makin diperlukan kesadaran beragama yang lebih
tinggi, perlu hidayah yang lebih banyak, agar mendapatkan
tuntunan-Nya sehingga dijauhkan dari bencana sains dan
teknologi8.
B. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai Keteraturan
Alam Semesta, pembaca diharapkan dapat memahami lebih
lanjut mengenai fenomena pada alam semesta. Dan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat tidak hanya bagi
pembaca namun juga kami selaku penulis. Dengan adanya
pembahasan ini kita dapat lebih mengerti bahwa semua yang
ada di alam semesta sudah ada yang mengatur dan semuanya
berjalan secara sempurna serta berkaitan dengan ilmu
pengetahuan (sains).
8
Moedji Raharto, “Alam Semesta, Manusia, dan Al Qur’an”, Volume 20 No.1, Aula
Unisba, Rabu 14 April 2004.
14
DAFTAR PUSTAKA
15