Anda di halaman 1dari 5

REVIEW MATERI NASIKH MANSUKH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah studi al-Quran


Dosen pengampu: Achmad Lutfi S.Ag, M.S.I

Disusun oleh:
Fathimatuzzahroh (2108304025)

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH JURUSAN ILMU AL-


QUR’AN DAN TAFSIR IAIN SYEKH NURJATI CIREBON TAHUN 2021
REVIEW
NASIKH MANSUKH

A. Pengertian
Nasikh secara etimologi memiliki arti menghilangkan, menghapuskan, memindahkan,
dan menulis.
Sedangkan nasikh secara terminologi memiliki banyak definisi yang dipaparkan oleh para
ulama, baik dari salafush shalih mutaqoddimin maupun para ulama ushul fiqh
mutaakhirin. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
 Al-Baidhowi Rahimahullah (wafat 685 H) mendefinisikan dengan, “Nasikh
adalah penjelasan berhentinya hukum syariat dengan jalan syari yang datang
setelahnya.”
 Ibnu Qudamah Rahimahullah (wafat 620 H) berkata, “Naskh adalah
menghilangkan hukum yang ada dengan perkataan (dalil) yang dahulu, dengan
perkataan yang datang setelahnya."
Untuk mansukh sendiri memiliki pengertian yang dihapuskan, yaitu dalil syari atau
lafaznya yang dihapuskan.

B. Syarat-syarat Nasakh
Adapun syarat-syarat dalam nasakh yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
 Hukum yang mansukh adalah hukum syara'.
 Dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab syar'i.
 Khitab yang dihapus atau diangkat hukumnya tidak terikat (dibatasi) oleh waktu
tertentu.

C. Jenis-jenis Nasakh
 Nasakh al-Quran dengan al-Quran. Sebagai contoh ayat tentang iddah empat
bulan sepuluh hari.
 Nasakh al-Quran dengan as-Sunnah
a) Nasakh al-Quran dengan hadits ahad. Namun, Jumhur al-Ulamii sepakat
bahwa ini tidak berlaku sebab al-Quran adalah mutawatir.
b) Nasakh al-Quran dengan hadits mutawatir. Nasakh jenis ini diperbolehkan
oleh Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad.
 Nasakh as-Sunnah dengan al-Quran. Jumhur memperbolehkan nasakh ini
sebagaimana dalam kasus Bayt al-Maqdis yang ditetapkan dengan as-Sunnah dan
di dalam al-Quran tidak terdapat dalil yang menunjukkannya. Ketetapan itu
kemudian di nasakh oleh al-Quran dengan firman Allah yang artinya:

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh


Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu
ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu
ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram
itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.” (Al-baqarah: 144)

Namun, Imam Syafi’i menolak nasakh ini di dalam salah satu riwayatnya. Ia
berpendapat bahwa al-Quran dan as-Sunnah harus senantiasa sejalan dan tidak
saling bertentangan. Apa saja yang ditetapkan oleh as-Sunnah pasti didukung oleh
al-Quran begitupun sebaliknya.

 Nasakh Sunnah dengan Sunnah.


Nasakh jenis ni memiliki empat bentuk:
 Nasakh mutawatir dengan mutawatir
 Nasakh ahad dengan ahad
 Nasakh ahad dengan mutawatir
 Nasakh mutawatir dengan ahad
Tiga nasakh teratas diperbolehkan sedangkan yang terakhir terjadi silang
pendapat.

D. Macam-macam Nasakh dalam Al-Quran


1) Nasakh dari segi bacaan dan hukumnya sekaligus
Bacaan dan hukum ayatnya tidak ada lagi, hukum ajarannya pun sudah tidak ada
dan diganti dengan hukum yang baru. Contonya penghapusan ayat tentang
keharaman kawin dengan saudara satu susuan karena sama-sama menetek kepada
seorang ibu dengan sepuluh kali susuan dengan lima kali susuan saja.

2) Nasakh hukumnya tanpa menasakh bacaannya


Isi hukumnya telah dihapus dan tidak boleh diamalkan, namun bacaan dan
tulisannya tetap ada dan boleh dibaca. Contohnya pada surat al-Baqarah ayat 240
tentang istri-istri yanh dicerai suaminya harus beriddah selama satu tahun dan
masih berhak mendapatkan nafkah dan tempat tinggal selama masa iddah
tersebut. Ayat ini kemudian dinasakh oleh ayat 234 di dalam surat yang sama,
sehingga keharusan iddah selama setahun tidak berlaku lagi dan digantikan
waktunya menjadi empat bulan sepuluh hari.

3) Nasakh bacaan ayat tanpa menasakh hukumnya


Tulisan ayatnya telah dihapus namun hukum dari ayat tersebut masih berlaku.
Sebagaimana hadits Umar bin Khattab dan Ubay bin Ka’ab yang artinya:
“Orang tua laki-laki dan perempuan yang berzina, maka rajamlah keduanya itu
dengan pasti sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha
bijaksana.”

4) Nasakh dengan pengganti dan tanpa pengganti


a. Nasakh tanpa pengganti
Terkadang ada nasakh terhadap suatu hukum namun tidak ada hukum
penggantinya, selain bahwa ketentuan hukumnya sudah beriubah.
Sebagai contoh penghapusan bersedekah sebelum menghadap Rasulullah
seperti yang tercantum dalam al-Quran surat al-Mujaddalah ayat 12 yang
artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menghadap lalu
mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu
mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan
itu…” (QS. al-Mujaddalah: 12)

Kemudian ayat itu dinasakh oleh ayat setelahnya, yang artinya:


“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan
sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tidak
memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu maka
dirikanlah sholat, tunaikan zakat…” (QS. al-Mujaddalah: 13)

b. Nasakh dengan pengganti yang seimbang


Nasakh jenis ini menghapus hukum sebelumnya dan menggantinya
dengan hukum baru yang sering kali seimbang atau sama dengan
ketentuan yang dihapuskan. Sebagai contoh nasakh kiblat shalat
menghadap ke Bayt al-Muqaddas diganti dengan menghadap ke Bayt al-
Haram (Ka’bah).

c. Nasakh dengan pengganti yang lebih berat


Misalnya penghapusan hukuman penahan di rumah (bagi wanita yang
berzina) yang kemudian digantikan dengan hukuman yang lebih berat
yaitu dicambuk sebanyak 100 kali (berlaku juga untuk laki-laki).

Tertera di dalam an-Nisa ayat 15. yang artinya:


“Dan terhadap para wanita yang mengerjakan perbuatan keji,
datangkanlah empat orang saksi dari pihak kamu (untuk menjadi saksi).
Kemudian apabila mereka telah memberikan kesaksian, maka
kurungkanlah mereka (wanita-wanita itu) di dalam rumah…” (QS. an-
Nisa: 15)

Ayat itu dinasakh oleh ayat kedua di dalam surat an-Nur, yang artinya:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka cambuklah
setiap orang dari mereka 100 kali cambukan…” (QS. an-Nur: 2)

d. Nasakh dengan pengganti yang lebih ringan


Misalnya hukum tentang puasa pada surat al-baqarah ayat 183 yang
dinasakh oleh ayat 187 di surat yang sama.

“Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-


orang sebelum kamu...” (QS. al-Baqarah: 183)

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187)

E. Hal-hal yang Mengalami Nasakh


Nasakh hanya terjadi pada perintah dan larangan, baik yang diungkapkan secara tegas
dan jelas ataupun yang diungkapkan dengan kalimat khabar (berita) yang memiliki
makna ‘amr (perintah) atau nahy (larangan).
Cara mengetahui nasikh mansukh:
 Keterangan tegas dari Rasulullah atau sahabat;
 Ijma’dari umat bahwa ayat ini nasikh dan yang itu mansukh;
 Mengetahui mana yang datang lebih dulu dan mana yang datang belakangan
berdasarkan sejarah.

F. Hikmah Nasakh
Hikmah-hikmah yang terdapat pada nasakh antara lain sebagai berikit:
 Mengukuhkan keberadaan Allah, bahwa Allah takkan pernah terikat dengan
ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan logika manusia.
 Dengan nasakh dan mansukh ini diharapkan pula kita akan mempunyai prediksi
dan pengertian bahwa Allah itu memang adalah zat yang Maha Bijak, Maha
Kasih, Maha Sayang, bahkan al-Ham al-Rahimin, yaitu lebih kasih dari pada yang
berhati kasih dan lebih sayang dari pada siapa saja yang berhati sayang.
Mengapa? Sebab adanya nasakh mansukh ini sejatinya adalah untuk
kemaslahatan dan kebaikan kita.
 Perkembangan tashri’ menuju tingkat sempurna sesuai dengan perkembangan
dakwah dan kondisi umat Islam.
 Cobaan dan ujian bagi seorang mukallaf untuk mengikutinya atau tidak.
 Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika suatu hukum
dinasakhkan menjadi lebih berat maka terdapat pahala yang besar di dalamnya
dan jika diringankan maka ia mengandung kemudahan dan keringanan.

Anda mungkin juga menyukai