Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al Qur’an merupakan sumber ilmu yang takkan habis-habisnya untuk dikaji dan diteliti.
Banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang digali dari Al-Qur’an. Dalam makalah ini kami
mencoba sedikit membahas tentang ilmu Nasikh Mansukh yang cukup panjang pembahasannya,
namun kami telah berusaha untuk lebih teliti dan jeli dalam mempelajarinya. Dengan harapan
sebagai seorang muslim yang taat dan paham kita semakin memahami isi kandungan Al-Qur’an
secara benar dan baik.

Di samping itu, tuntutan kebutuhan setiap umat terkadang berbeda satu dengan yang lain.
Apa yang cocok untuk satu kaum pada suatu masa mungkin tidak cocok lagi pada masa lain.
Oleh karena itu wajarlah jika Allah menghapuskan suatu huum syara’ dengan huku syara’ yang
lain untuk menjaga kepentingan para hamba berdasarkan pengetahuan-Nya tentang yang pertama
dan yang berikutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu nasakh dan mansukh?
2. Apa saja macam-macam nasakh dan mansukh?
3. Bagaimana pendapat menurut ulama tentang nasakh dan mansukh?
4. Apa saja hikmah naskh dan mansukh?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian nasakh dan mansukh.
2. Untuk mengetahui macam-macam nasakh dan mansukh.
3. Untuk mengetahui pendapat para ulama tentang nasakh dan mansukh.
4. Untuk mengetahui hikmah mempelajari nasakh dan masukh.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nansakh dan Mansukh

Nansakh secara etimologi yaitu menghapus ,mengganti , memindahkan ,dan


mengutip. Sedangkan secara terminologi, nasikh berarti menghapus suatu hukum syara’
dengan dalil syara’ yang datang kemudian, Seperti terlihat dalam surat Al-Baqarah ayat 106
sebagai berikut :

‫ققدديِ ر‬
۞‫ر‬ ‫اق قعلقىى ككلل قشييءء‬ ‫قماَ نقينقسيخ دمين آيِقءة أقيو نكيندسقهاَ نقأي د‬
‫ت بدقخييءر دمينقهاَ أقيو دميثلدقهاَ أقلقيم تقيعلقيم أقان ا‬

Artinya : “Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding
dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu?

Mansukh secara etimologi yaitu sesuatu yang diganti. Sedangkan secara


terminologi, mansukh berarti hukum syara’ yang menempati posisi awal, yang belum
diubah dan belum diganti dengan hukum syara’ yang datang kemudian. Maka mansukh
(isi maful) adalah sesuatu yang dibatalkan, dihapus, dipindahkan, diganti, dan
dipalingkan Terdapat perbedaan pendapat antara ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin
dalam mendefinisikan nasakh secara terminologis. Perbedaan pendapat tersebut
bersumber pada banyaknya pengertian nasakh secara etimologi sebagaimana dijelaskan
di atas. Cakupan makna yang ditetapkan ulama mutaqoddimin di antaranya:

1. Pembatalan hukum yang ditetapkan sebelumnya dengan hukum yang ditetapkan


kemudian.

2. Pengecualian,pengkhususan hukum bersifat umum oleh hukum yang lebih


khusus yang datang setelahnya.1
1
Anwar rosihon,ulumul al-qur’an, (pustaka setia, bandung:2007),
3. Bayan atau penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat
samar.

4. Penetapan syarat terhadap hukum terdahulu yang belum bersyarat.

Berdasarkan pada gagasan paparan di atas, ulama mutaqaddimin secara


terminologis mengusung makna nasakh secara luas, yaitu tidak terbatas pada
berakhir atau terhapusnya suatu hukum baru yang ditetapkan. Namun
interprestasi nasakh yang diusung oleh mereka juga menyangkut yang bersifat
pembatasan, pengkhususan, bahkan pengecualian.

Sementara menurut ulama mutaakhirin, nasakh adalah dalil yang datang


kemudian, berfungsi untuk menggugurkan dan menghilangkan hukum yang
pertama.Dengan demikian mereka mempersempit ruang lingkup nasakh dengan
beberapa syarat, baik yang menasakh maupun yang dinasakh. Lebih lanjut ulama
mutaakhirin mendefinisikan nasakh sebagai berikut :“Mengangkat (menghapus)
hukum syara` dengan dalil hukum (khatab) syara` yang datang kemudian”.Atas dasar
itu, dalil yang datang kemudian disebut nasakh (yang menghapus). Sedangkan
hukum yang pertama disebut mansukh (yang terhapus). Sementara itu,
penghapusan hukumnya disebut nasakh.Berdasarkan pengertian itu, para ulama
mutaakhirin lebih mempersempit makna nasakh dengan mendefinisikannya sebagai
amandemen sebuah.

ketentuan hukum atau berakhirnya masa berlakunya ketentuan hukum oleh


hukum yang datang kemudian, sehingga hukum yang terdahulu tidak berlaku
lagi.Sementara itu, menurut az-Zarqani, sedangkan menurut Moh. Nur Ichwan, yang
dimaksud dengan terminologi “menghapuskan” dalam definisi tersebut adalah
terputusnya hubungan hukum yang dihapus dari seorang mukallafdan bukan
terhapusnya subtansi hukum itu sendiri.Dalam arti bahwa semua ayat al-
Quran tetap berlaku, tidak ada kontradiksi. Yang ada hanya pergantian hukum
bagi masyarakat atau orang tertentu karena kondisi yang berbeda. Dengan
demikian, ayat hukum yang tidak berlaku lagi baginya tetap berlaku bagi orang
lain yang sama dengan kondisinya dengan mereka.
Arti nansakh mansukh dalam istilah fuqaha’ antara lain:

1. Membatalkan hukum yang telah diperoleh dari nas yang telah lalu dengan suatu nas yang
baru datang. Seperti cegahan terhadap ziarah kubur oleh Nabi, lalu Nabi
membolehkannya.

2. Mengangkat nas yang umum, atau membatasi kemutlakan nas seperti :

a. Surat Al-Baqarah ayat 228

‫ق اك دفي أقيرقحاَدمدهان دإن ككان‬


‫صقن بدأ قينفكدسدهان ثقلقثقةق قككروءء قولقيِقدحلِل لقهكان قأن يِقيكتكيمقن قماَقخلق ق‬ ‫قواَيلكم ق‬
‫طلاققاَ ك‬
‫ت يِقتققربا ي‬
ِ‫صلقححاَ قولقهكان دميثكل اَلادذي‬
‫ك إدين أققراَكدواَ إد ي‬ ِ‫يِكيؤدمان دباَلد قواَيليقيودم ياَلقدخدر قوبككعولقتكهكان أققح ل‬
‫ق بدقرلددهان دفي قذلد ق‬
‫ف قودلللرقجاَدل قعلقييدهان قدقرقجةر قواك قعدزيِرز ق‬
‫حدكيمر‬ ‫قعلقييدهان دباَيلقميعكرو د‬

Terjemah Arti: Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,
jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan
para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.2

b. Surat Al-Ahzab ayat 49;

‫ت ثكام طقلايقتككموهكان دمن ققيبدل قأن تققملِسوهكان فققماَ لقككيم قعلقييدهان دمين دعادءة‬
‫قيِاَ أقلِيِقهاَ اَلادذيِقن آقمكنواَ إدقذاَ نققكيحتككم اَيلكميؤدمقناَ د‬
٤٩﴿ ‫﴾تقيعتقلِدونققهاَ فققمتلكعوهكان قوقسلركحوهكان قسقراَححاَ قجدميحل‬3

2
Javanlabs, 2015, https://tafsirq.com.28 september 2019
3
Javanlabs,2015,https://tafsirq.com. 28 september 2019
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-
perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu
mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu
minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu
dengan cara yang sebaik- baiknya.”

Terjadinya Nansakh-Mansukh mengharuskan adanya syarat-syarat berikut :

1) Hukum yang mansukh adalah hukum syara’.

2) Adanya dalil baru yang mengganti (nasikh) harus setelah ada tenggang waktu dari dalil
hukum yang pertama (mansukh).

3) Antara dua dalil nasikh dan mansukh harus ada pertetangan yang nyata (kontradiktif).

4) Dalil yang mengganti (nasikh) harus bersifat mutawatir.

B. Macam-Macam Naskh dalam Al-Quran

1. Berdasarkan kejelasan dan kecakupannya,naskh dalam Al-Quran dibagi menjadi


empat macam,yaitu:

a. Nasakh Sharih

Yaitu ayat yang secara jelas menghapus hukum yang terdapat pada ayat
terdahulu. Misalnya ayat tentang perang (qital) pada ayat 65 surat Al-Anfal yang
mengharuskan satu orang muslim melawan kafir:

َ‫صاَبدكروقن يِقيغلدكبوا‬ ‫ض اَيلكميؤدمدنيقن قعقلى اَيلقدقتاَدل ۚ إدين يِقككين دمينككيم دعيشكروقن ق‬ ‫قيِاَ أقلِيِقهاَ اَلنابدلِي قحلر د‬
‫دماَئقتقييدن ۚ قوإدين يِقككين دمينككيم دماَئقةر يِقيغلدكبواَ أقيلحفاَ دمقن اَلادذيِقن قكفقكرواَ بدأ قناهكيم ققيورم قل يِقيفقق ك‬
‫هونق‬

Artinya:
“ Hai Nabi, kabarkanlah semangat orang mukmin unttuk berperang. Jika ada 20 orang
yang sabar diantara kamu, pasti mereka akan dapat mengalahkan 200 musuh. Dan jika
ada 100 orang (yang sabar) diantara kamu, meraka dapat mengalahkan 1000 kafir,
sebab orang-orang kafir adalah kaum yang tidak mengerti.” (Q.S. Al- Anfal:65)4

Ayat ini, menurut jumhur ulama di naskh oleh ayat yang mengharuskan satu orang mukmin
melawan dua orang kafir pada ayat 66 dalam surat yang sama:

‫اك قعينككيم قوقعلدقم أقان دفيككيم ق‬


‫ضيعحفاَ ۚ فقإ دين يِقككين دمينككيم دماَئقةر ق‬
‫صاَبدقرةر يِقيغلدكبواَ دماَئقتقييدن ۚ قوإدين يِقككين دمينككيم‬ ‫ف ا‬ ‫اَيلقن قخفا ق‬
‫ريِنق‬ ‫صاَبد د‬ ‫اد قو ا‬
‫اك قمقع اَل ا‬ ‫ف يِقيغلدكبواَ أقيلفقييدن بدإ ديذدن ا‬
‫أقيل ر‬
Artinya:
“Sekarang, Allah telah meringankan kamu dan mengetahui pula bahwa kamu memiliki
kelemahan. Maka jika ada di antara kamu 100 orang yang sabar, niscaya mereka dapat
mengalahkan 200 orang kafir, dan jika di antara kamu terdapat 1000 orang yang
sabar,mereka akan dapat mengalahkan 2000 orang kafir,” (Q.S. Al-Anfal:66)

b. Nasakh Dhimmy
Yaitu jika terdapat dua nasakh yang saling bertentangan dan tidak
dikompromian, dan keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama, serta
keduanya diketahui waktu turunnya, ayat yang datang kemudian menghapus ayat
yang terdahulu.Contohnya, ketetapan Allah yang mewajibkan berwasiat bagi
orang-orang yang akan mati yang terdapat dalam surat Al-Baqarah:180.

َ‫ف ۖ قححققا‬
‫صياةك لديلقواَلدقدييِدن قواَيلقيققردبيقن دباَيلقميعكرو د‬
‫ك قخييحراَ اَيلقو د‬ ‫ضقر أققحقدكككم اَيلقميو ك‬
‫ت إدين تققر ق‬ ‫ب قعلقييككيم إدقذاَ قح ق‬‫ككتد ق‬
‫قعقلى اَيلكمتادقيقن‬

Artinya:5
“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)
maut, jia ia meninggalkan harta yang banyak, untuk berwasiat bagi ibu-bapak serta
karib-kerabatnya secara ma’ruf.”Ayat ini, menurut pendukung teori naskh di naskh oleh
hadist la washiyyah li waris

4
Javanlabs, 2015, https://tafsirq,al-anfal ayat 65-66.com. 28 september 2019

5
Javanlabs,2015, https://tafsirq,al-baqaroh ayat 180.com. 28 september 2019
c. Nasakh Kully
Yaitu menghapus hukum yang sebelumnya secara keseluruhan.
Contohnya, ketentuan ‘iddah empat bulan sepuluh hari pada surat Al-Baqarah
ayat 234 di naskh oleh ketentuan ‘iddah empat bulan sepuluh hari pada surat Al-
Baqarah ayat 240.

d. Nasakh Juz’iy
Yaitu menghapus hukum umum yang berlaku bagi semua individu dengan
hukum yang bersifat mutlaq dengan hukum yang muqayyad. Contohnya, hukum
dera 80 kali bagi orang yang menuduh wanita tanpa adanya saksi pada surat An-
Nur ayat 4, dihapus oleh ketentuan li’an, yaitu bersumpah empat kali dengan
nama Allah, jika si penuduh suami yang tertuduh, pada surat An-Nur ayat 6.6

2. Diihat dari segi bacaan dan hukumnya, nasakh dibagi menjadi 3 macam yaitu:

a. Penghapusan terhadap hukum (hukum) dan bacaan (tilawah) secara


bersamaan. Ayat-ayat yang terbilang ketegori ini tidak dibenarkan dibaca dan
tidak dibenarkan diamalkan. Misalnya sebuah riwayat Al-Bukhari dan
Muslim, yaitu hadist Aisyah r.a. Yang artinya:
“Dahulu termasuk yang diturunkan (ayat Al-Quran) adalah seluruh radaha’at(isapan
menyusu) yang diketahui, kemudian di naskh oleh lima (isapan menyusu) yang diketahui.
Setelah Rasulullah wafat, hukum yang terakhir tetap dibaca sebagai bagian Al-Quran.”
Maksudnya, mula-mula dua orang yang berlainan ibu sudah di anggap bersaudara apabila
salah seorang diantara keduanya menyusu kepada ibu salah seorang diantara mereka
sebanyak sepuluh isapan. Ketetapan sepuluh isapan ini kemudian di naskh menjadi lima
isapan. Ayat tentang sepuluh atau lima isapan dalam menyusu kepada seorang ibu,
sekarang ini tidak termasuk di dalam mushaf karena baik bacaannya maupun hukumnya
telah di naskh.

6
Anwar,Rosihon.2018.Ulum Al-Quran.Bandung: CV.PUSTAKA SETIA (173-175)
b. Penghapusan terhadap hukumnya saja, sedangkan bacaanya tetap ada.
Contohnya, ajakan para penyembah berhala dari kalangan mesyrikin kepada
umat Islam untuksaling bergantian dalam beribadah, telah dihapus oleh
ketentuan ayat qital(peperangan). Akan tetapi, bunyi teksnya masih dapat
kitatemukan dalam surah Al-Kafirun ayat 6:

‫لقككيم دديِنكككيم قولدقي دديِدن‬

Artinya;
“Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.”(Q.S.Al-Kafirun:6)7

c. Penghapusan terhadap bacaannya saja, sedangkan hukumnya tetap berlaku.


Contoh kategori ini biasanya diambil dari ayat rajam. Mula-mula ayat rajam
ini terbilang ayat Al-Quran. Ayat yang dinyatakan mansukh bacaannya,
sementara hukumnya tetap berlaku itu adalah :
Artinya:
“Jika seorang pria tua dan wanita tua berzina, makarajamlah keduanya ...”
Cerita tentang ayat orang tua berzina diatas diturunkan berdasarkan riwayat Ubay bin
Ka’ab bin Abu Umamah bin Sahl menurunkan bunyi yang bernada mengenai ayat yang
di anggap bacaannya mansukh itu. Umamah mengatakan bahwa Rasulullah telah
mengajarkan kami bacaan ayat rajam :
Artinya:
“Seorang pria tua dan seorang wanita tua, rajamlah mereka lantaran apa yang mereka
perbuat dalam bentuk kelezatan (zina).”8

3. Adapun dari sisi otoritas mana yang lebih berhak menghapus sebuah nasakh, para
ulama membagi nasakh ke dalam empat macam:
a. Me-nasakh Al-Quran dangan Al-Quran.

7
Javanlabs, 2015, https://tafsirq,al- kafirun ayat 6. Com.28 september 2019
8
Anwar,Rosihon.2018.Ulum Al-Quran.Bandung: CV.PUSTAKA SETIA (175-177)
Jenis ini disepakati kebolehannya dan nyata terjadi menurut kalangan yang
menyatakan adanya nasakh. Sebagai contoh, ayat tentang iddah yang
menggunakan hitungan tahun dihapus dan diganti dengan iddah yang
menggunakan hitungan empat bulan sepuluh hari.

b. Me-nasakh Al-Quran dengan As-Sunnah.


Bagian ini terdiri atas dua macam:
a) Me-nasakh Al-Quran dengan hadist ahad. Jumhur ulama berpendapat,
nasakh jenis ini tidak boleh, kkarena Al-Quran mutawatir dan
menunjukkan keyakinan, sementar hadist-hadist ahad bersifat dugaan.
Untuk itu, sah membatalkan sesuatu yang diketahui secara yakin dengan
sesuatu yang bersifat dugaan.
b) Me-nasakh Al-Quran dengan hadist mutawatir. Imam Malik, Abu Hanifah,
dan Ahmad dalam salah satu riwayat membolehkan jenis ini, karena
semua itu wahyu. Allah SWT berfirman,“Dan tidaklah yang diucapkannya
itu (Al-Quran itu) adalah wahyyu yang duwahyukan (kepadanya).” (An-
Najm:3-4).Sementara Imam Syafi’i, mazhab Zhahiri, dan Ahmad dalam
riwayat yang lain, mereka tidak membolehkan naskh jenis ini, berdasarkan
firman Allah SWT, “Ayat yang kami batalkan atau Kami hilangkan dari
ingatan, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding
dengannya. Tidaklah kamu tahu bahwa Allah maha kuasa atas segala
sesuatu?’’ (Al-Baqarah:106), dan hadist tidak lebih baik dari Al-Quran,
juga tidak sebanding dengannya.

c. Me-nasakh As-Sunnah dengan Al-Quran.


Nasakh jenis ini dibolehkan oleh jumhur. Sholat menghadap ke Baitul
Maqdis berlaku berdasarkan As-Sunnah,dan di dalam Al-Quran tidak ada ayat
yang menunjukkan seperti itu. Setelah itu, syariat ini dihapus Al-Quran melalui
firman Allah SWT,”Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.” (Al-
Baqarah:144).Nasakh jenis ini tidak dibolehkan oleh Asy-Syafi’i dalam salah satu
dari dua riwayat dirinya. Ia berkata, “ Karena naskh terjadi di dalam As-Sunnah
oleh Al-Quran, atau terjadi didalam Al-Quran oleh As-Sunnah yang
memperkuatnya, dengan demikian terbukti keselarasan antara Al-Quran dan As-
Sunnah.”

d. Me-nasakh As-Sunnah dengan As-Sunnah.


Jenis ini terdiri dari empat macam:
a)Me-nasakh hadist mutawatir dengan hadist mutawatir.
b)Me-nasakh hadist ahad dengan hadist ahad.
c)Me-nasakh hadist ahad dengan hadist mutawatir.
d)Me-nasakh hadist mutawatir dengan hadist ahad.

Tiga macam yang pertama hukumnya boleh, sementara yang keempat


diperdebatkan, sama seperti perbedaan pendapat terkait me-nasakh Al-Quran
dengan hadist ahad. Jumhur ulama berpendapat tidak boleh.
Adapun nasakh ijmak dan qiyas,atau me-nasakh keduanya, menurut pendapat
yang sahih tidak boleh.9

C. Pandangan Para Ulama

Terdapat dua golongan ulama, baik dikalangan ulama mutaqaddimin maupun


muta’akhirin, mengenai nasakh:
1. Golongan yang membenarkan adanya nasakh dalam Al-Quran. Golongan ini
dipelopori oleh Asy-Syafi’i, An-Nahhas, As Suyuti, dan Asy Syaukani. Mereka
berdandar pada firman Allah:

‫قماَ نقينقسيخ دمين آيِقءة أقيو نكيندسقهاَ نقأي د‬


‫ت بدقخييءر دمينقهاَ أقيو دميثلدقهاَ أقلقيم تقيعلقيم أقان ا‬
۞ ‫اق قعلقىى ككلل قشييءء ققدديِرر‬

Artinya: “Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding
9
Al-Qaththan,Manna’.2016.Dasar-Dasar Ilmu Al-Quran. Jakarta: UMMUL QURA (371-373)
4
Mustoifah,dkk.2018. STUDI ALQURAN. Yogyakarta:Diandra Kreatif (120-122)
dengannya. Tidaklah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu? (Q.S.Al-Baqarah:106)10

2. Golongan yang menolak adanya nasakh dalam Al-Quran.


Golongan yang menyatakan bahwa dalam Al-Quran tidak ada nasakh dan
mansukh dipelopori oleh Abu Muslim Ishfani, Al Fahrurrazi, dan Muhammad Abduh.
Mereka yang menolak adanya naskh dalam Al-Quran, beranggapan bahwa pembatalan
hukum dari Allah mengakibatkan satu dari dua kemustahilan-Nya, yaitu:
a)Ketidaktahuan,
Sehingga dia perlu mengganti atau membatalkan satu hukum yang lain.Kesia-
siaan dan permainan belaka.Alasan lain yang dapat dianggap terkuat adalah firman
Allah Q.S. Fushsilat ayat 42.

‫قل يِقأيدتيده اَيلقباَدطكل دمين بقييدن يِققدييِده قوقل دمين قخيلفدده ۖ تقيندزيِرل دمين قحدكيءم قحدميءد‬

Artinya:
“Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun belakangnya,
yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.11

D. Hikmah mempelajari nansikh dan Mansukh

Hikmah adanya Nasakh Mansukh. Diantara hikmah adanya nasakh mansukh adalah12:

1.Meneguhkan keyakinan bahwa Allah tidak akan terikat dengan ketentuan-ketentuan


yang sesuai dengan logika manusia. Sehingga jalan pikiran manusia takkan pernah
bisa mengikat Allah Swt. Allah mampu melakukan apa saja, sekalipun menurut
manusia hal tersebut tidak logis. Tetapi Allah Swt akan menunjukkan, bahwa
kehendak-Nyalah yang akan terjadi, bukan kehendak kita. Sehingga diharapkan dari
keberadaan nāsakh dan mansūkh ini akan mampu meningkatkan keimanan kita kepada
Allah Swt, bahwa Dia-lah yang Maha Menentukan.
10
Javanlabs,2015, htpps://tafsirq al- baqarah ayat 106. Com. 28 september 2019
11
Javanlabs, 2015, https://tafsirq fusilat ayat 42. Com. 28 september 2019
12
Nuraini anggreini,2017,https://kompasiana.com.
2.Kita semakin yakin bahwa Allah Maha Bijak, Maha Kasih, Maha Sayang, karena
memang pada kenyataannya hukum-hukum nasakh dan mansūkh tersebut semuanya
untuk kemaslahatan dan kebaikan manusia.

3.Mengetahui proses tasyri’ (penetapan dan penerapan hukum) Islam dan untuk
menelusuri tujuan ajaran, serta ‘illatul ḥukmi (alasan ditetapkannya suatu hukum).

4.Mengetahui perkembangan tasyri’ menuju tingkat sempurna sesuai dengan


perkembangan dakwah dan kondisi umat Islam.

5.Cobaan dan ujian bagi seorang mukallaf untuk mengikutinya atau tidak

6.Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika naskh itu beralih ke hal
yang lebih berat maka di dalamnya terdapat tambahan pahala, dan jika beralih ke hal
yang lebih ringanmaka ia mengandung kemudahan dan keringanan.

BAB III
PENUTUP

A. kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai