Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

“NASIKH MANSUKH”

Dosen pengampu :
M. Fuad Badruddin SS. M.Pd

Disusun oleh :
Sholihin Rohil Fillah

UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG


KRAKSAAN-PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah SWT Yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang. Selain
itu, kami juga memanjatkan puja-puji syukur atas limpahan berkah dan hidayah-Nya,
sehingga penyelesaian makalah Nasikh Mansukh bisa berjalan dengan lancar. Kami juga
berharap, agar makalah ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca guna mempelajari
keilmuan yang terdapat dalam al-Qur’an agar tidak mendapatkan kekeliruan dalam
pemahaman.
Makalah ini kami susun dengan semampu kami dengan penjelasan sedetail mungkin agar
orang awam sekalipun dapat memahami dengan mudah. Kami juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa kami juga insan yang dipenuhi kekurangan terutama dalam
menhyusun makalah ini. Kami memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan
kata, sehingga kami membuka dan menerima kritik dan saran dari seluruh pembaca.
Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi para
pembaca. Sekian .

Probolinggo, 08 September 2023

Sholihin Rohil Fillah


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Quran adalah satu kesatuan yang tidak dapat ditentang secara manuskripnya dari awal
sampai akhir adalah murni dari Allah SWT. Namun dari sisi kejelasan makna, terdapat empat
pembagian : Pertama, cukup jelas bagi semua orang. Kedua, cukup jelas bagi semua orang
yang bisa berbahasa Arab. Ketiga, cukup jelas bagi para ulama dan ahlinya. Keempat, hanya
alah yang mengetahui maksudnya.
Dalam al-Qur’an sendiri, terdapat penjelasan-penjelasan induk yang maha benar.
Penjelasan-penjelasan itulah yang menjadi acuan interpretasi dalam ilmu syariat. Hubungan
antara penjelasan-penjelasan dan pernyataan-pernyataan dalam al-Qur’an harus diperhatikan
betul oleh para pengkaji sebelum memunculkan sebuah kesimpulan yang kita sebut sebagai
ilmu fiqih supaya tidak terjadi kontradiksi antara satu ayat dengan ayat yang lain.
Hal ini dilakukan untuk menjamin kepastian hukum. Sementara aspek-aspek yang lain
seperti bahasa, teori, dan interpretasi harus didukung oleh satu aspek yang melatar belakangi
turunnya ayat yang menjadi objek kajian. Itulah aspek yang bias akita sebut “asbaabun
nuzul”.
Dalam ilmu tafsir, asbaabun nuzul memiliki derajat yang cukup tinggi dalam
mengkaji al-Qur’an karena menyangkut sejarah yang menjadi landasan interpretasi kita.
Maka dari itu, kita akan mengkaji Nasikh Mansukh.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Nasikh Mansukh?
2. Apa macam-macam Nasikh Mansukh?
3. Bagaimana cara mengetahui Nasikh Mansukh?

C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah ulumul quran.
2. Untuk menambah wawasan tentang aspek pendukung kajian al-Qur’an.
3. Untuk menambah wawasan tentang Nasikh Mansukh.
4. Untuk mengetahui konsep dan teori Nasikh Mansukh.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN NASIKH MANSUKH

Nasikh secara bahasa adalah isim yang mengikuti wazan isim fa’il dari mashdar
naskh. Terdapat beberapa arti yang terkandumg dalam lafadz naskh, diantaranya adalah al-
izalah yang artinya menghilangkan. Ada juga yang memiliki arti at-tabdil yang artinya
mengganti. Selain itu, naskh memiliki arti at-tahwil artinya mengubah. Secara istilah,
naskh adalah mengangkat (menghapuskan) dalil hukum syar’i dengan dalil syar’i yang
lain. Nasikh adalah dalil yang mengangkat (menghapus) sedangkan Mansukh adalah dalil
yang diangkat (dihapus). Sebagaimana hadits nabi :
‫كنت نهيتكم عن زيارة القبور اال فزورها‬

Dulu aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur, sekarang berziarahlah (HR.at-
Tirmidzi)
Berdasarkan hadits di atas, hukum larangan ziarah kubur telah diganti menjadi kebolehan.

B. MACAM-MACAM NASKH

a. Naskh hadits dengan hadits

Suatu hukum yang dasarnya hadits kemudian di-Naskh dengan dalil syara’ dari hadits
juga. Contohnya: larangan ziarah kubur yang di-Naskh menjadi boleh, seperti pada hadis
di atas

b. Naskh hadits dengan al-Qur’an

Suatu hukum yang telah ditetapkan dengan dalil hadits kemudian di-Naskh atau
dihapus dengan dalil al-Qur`an, seperti ayat tentang ṣalat yang semula menghadap Baitul
Maqdis diganti dengan menghadap ke Kiblat setelah turun QS. al-Baqarah ayat 144:

‫َقْد َنَر ٰى َتَقُّلَب َو ْج ِهَك ِفي الَّس َم اِء ۖ َفَلُنَو ِّلَيَّنَك ِقْبَلًة َتْر َض اَهاۚ َفَو ِّل َو ْج َهَك َش ْطَر اْلَم ْس ِج ِد اْلَحَر اِم‬

Artinya: "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka


sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram....

c. Naskh al-Quran dengan al-Quran

Suatu hukum yang telah ditetapkan oleh al-Qur’an kemudian diganti ketetapan
hukumnya oleh ayat al-Quran yang lain seperti pada kasus khamr. Awalnya al-Qur’an
tidak menunjukkan adanya larangan dalam mengonsumsi khamr, bahkan menyatakan
baiknya khamr seperti dalam ayat :
‫َو ِم ْن َث َم َر ا ِت ال َّن ِخ ي ِل َو ا َأْل ْع َنا ِب َت َّت ِخ ُذ وَن ِم ْن ُه َس َك ًر ا َو ِر ْز ًق ا َح َس ًن اۗ ِإ َّن ِف ي َٰذ ِل َك آَل َي ًة ِل َق ْو ٍم َي ْع ِق ُل وَن‬
Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezeki
yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang memikirkan. (Q.S An-Nahl 67)

Namun setelah melewati beberapa fase, pada puncaknya hukum mengkonsumsi khamr
menjadi haram seperti disebutkan dalam ayat :

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَّنَم ا ٱْلَخ ْم ُر َو ٱْلَم ْيِس ُر َو ٱَأْلنَص اُب َو ٱَأْلْز َٰل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن َع َمِل ٱلَّشْيَٰط ِن َفٱْج َتِنُبوُه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Q.S
al-Maidah 90)

C. CARA MENGETAHUI NASIKH MANSUKH

Seperti yang kita ketahui dari awal bahwa Nasikh adalah dalil atas suatu hukum
yang menggugurkan dalil sebelumnya (Mansukh), maka hal pertama yang harus
kita ketahui terlebih dahulu adalah dalil mana yang lebih dulu turun sebagai
landasan syariat dan dalil mana yang datang terakhir untuk di jadikan
penggugur dalil sebelumnya ketika secara lahiriyah terlihat kontradiktif (tak
searah). Mengapa demikian? Karena sebenarnya teori Nasikh-Mansukh adalah
opsi lanjutan setelah tidak ditemukan cara untuk “al-jam’u wat-
taufiq”(penggabungan dalil dalil), dan “tarjih”(mengunggulkan satu dalil).
BAB 3

PENUTUP

Adapun kesimpulan makalah tentang Nasikh Mansukh ini adalah sebuah cara yang
digunakan sebagai interpretasi alquran yang berupa kajian historis untuk menemukan dalil
yang relevan setelah melalui beberapa tahapan yang telah dipaparkan dengan singkat dan
jelas.

Nasikh adalah dalil yang menggugurkan sedangkan Mansukh adalah dalil yang digugurkan.
Nasikh Mansukh dapat diaplikasikan jika terdapat dua dalil atau lebih yang terlihat
bertentangan namun tidak dapat dicari jalan tengahnya, diunggulkan salah satunya, dan masih
ada harapan untuk dipakai sebagai landasan.

Daftar Pustaka

Az-Zuhaili, Wahbah, 2013, Ushul al-Fiqh al-Islami, Dmaskus ; Dar al-Fikr

Abdurrahman, As-Suyuthi, Jalaluddin, 2005, al-Itqan, Kairo ; Maktabah


Syamilah

Anda mungkin juga menyukai