Anda di halaman 1dari 2

PENDIDIKAN AL-QUR’AN

Nama : Siti Khairunnisa


Npm : 2203010217
Kelas :Reguler Pagi Banjarmasin

1. Pengertian nasikh
Jawaban:
a) Pengertian Nasikh secara etimologi (bahasa).
Nasikh adalah ism fa’il (bentuk subyek) dari kata kerja nasakha dan maṣdar-
nya adalah naskh Terdapat beberapa arti kata naskh, diantaranya adalah al-
izalah artinya “menghapus” Dalam al-Qur`an disebutkan:
‫َفَيْنَس ُخ ُهَّللا َم ا ُيْلق‬
‫الَّش ْيَطاُن ُثَّم ُيْح ِكُم ُهَّللا آَياِتِهۗ َو ُهَّللا َع ِليٌم َح ِكيٌم‬
Artinya: “Allah (menghapus) menghilangkan apa yang dimasukkan oleh
syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- Nya. dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Ḥajj : 52) Diartikan juga at-tabdil artinya
“menukar”. Sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Naḥl ayat 101:
‫َو ِإَذ ا َبَّد ْلَنا آَيًة َم َك اَن آَيٍةۙ َو ُهَّللا َأْع َلُم ِبَم ا ُيَنِّز ُل َقاُلوا ِإَّنَم ا َأْنَت ُم ْفَتٍرۚ َبْل َأْكَثُر ُهْم اَل َيْع َلُم وَن‬
Artinya: "Dan apabila kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain
sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-
Nya, mereka berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-
adakan saja”. bahkan kebanyakan mereka tiada Mengetahui."
Selain itu, nasikh juga dapat berarti al-taḥwīl artinya “mengubah”, selain itu
juga dapat diartikan al-naql artinya “memindahkan”.
b) Pengertian Nasikh secara terminologi (istilah).
Secara terminologi Nasikh adalah mengangkat (menghapuskan) dalil hukum
syar‘i dengan dalil hukum syar’i yang lain. Nasikh adalah dalil syara’ yang
menghapus suatu hukum, dan Mansūkh ialah hukum syara’ yang telah
dihapus. Sebagaimana hadis Nabi: Artinya: "Dahulu aku melarang kalian
berziarah kubur, sekarang berziarahlah." (HR. atTirmidzi) Hukum syara’
larangan ziarah kubur kini telah Mansukh (telah dihapus) dengan kebolehan
berziarah kubur, berdasarkan hadis ini.

2. Macam-macam nasikh
Jawaban :
 Macam-macam Nasikh.
maka ada empat jenis Nasikh, yaitu:
a) Nasikh sunnah dengan sunnah. Suatu hukum yang dasarnya sunnah kemudian
di-Naskh dengan dalil syara’ dari sunnah juga. Contohnya: larangan ziarah
kubur yang di-Naskh menjadi boleh, seperti pada hadis di atas.
b) Nasikh sunnah dengan al-Qur`an. Suatu hukum yang telah ditetapkan dengan
dalil sunnah kemudian di-Naskh atau dihapus dengan dalil al-Qur`an, seperti
ayat tentang ṣalat yang semula menghadap Baitul Maqdis diganti dengan
menghadap ke Kiblat setelah turun
QS. al-Baqarah ayat 144: ‫َقْد َنَر ٰى َتَقُّلَب َو ْج ِهَك ِفي الَّس َم اِء ۖ َفَلُنَو ِّلَيَّنَك ِقْبَلًة َتْر َض اَهاۚ َفَو ِّل َو ْج َهَك‬
‫َش ْطَر اْلَم ْس ِج ِد اْلَحَر اِم‬.

Artinya: "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,


Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram
c) Naskh al-Qur`an dengan al-Qur`an. Ada beberapa pendapat ulama tentang
Naskh al-Qur`an dengan al-Qur`an ada yang mengatakan tidak ada Nāsikh dan
Mansūkh dalam ayat-ayat al-Qur`an karena tidak ada yang batil dari al-
Qur`an, diantaranya adalah Abu Muslim al-Isfahani, berdasarkan firman Allah
Swt: ‫اَل َيْأِتيِه اْلَباِط ُل ِم ْن َبْيِن َيَد ْيِه َو اَل ِم ْن َخ ْلِفِهۖ َتْنِزيٌل ِم ْن َحِكيٍم َحِم يٍد‬

Artinya: "yang tidak datang kepadanya (al-Qur`an) kebatilan baik dari depan
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana
lagi Maha Terpuji." (QS. Fuṣṣilat : 42 )
Pendapat kedua mengatakan bahwa ada Nasikh Mansukh dalam ayat-ayat al-
Qur`an tetapi bukan menghapus atau membatalkan hukum, yang berarti hanya
merubah atau mengganti dan keduanya masih berlaku. Contoh QS. al-Anfal
ayat 65 yang menjelaskan satu orang muslim harus bisa menghadapi 10 orang
kafir, di-naskh dengan ayat 66 yang menjelaskan bahwa satu orang muslim
harus dapat menghadapi dua orang kafir. Ayat 66 me-naskh ayat sebelumnya
akan tetapi bukan menghapus kandungan ayat 65. Kedua ayat ini masih
berlaku menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Demikian menurut
beberapa ulama.

Anda mungkin juga menyukai