Anda di halaman 1dari 11

MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

TANAH MASYARAKAT DENGAN PERUSAHAAN


PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Diusun Oleh:
TASYA ULFA YAHYA [2174201025]

Dosen Pembimbing
AKBAR ROMADHON, S.H., M.H.

PRODI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan penulisan……………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAAN
A. Prosedur mediasi penyelesai sengketa...........................................................
B. Kekuatan Akta Perjanjian..............................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri sebagai bahan baku penghasil minyak masak
terbesar di indonesia dan banyak dibudidayakan oelah perusahaan besar dan individu.
Dimana minyak industri ini memiliki nilai jual ekonomi yang tinggi, minyak kelapa sawit
juga di gunakan di berbagai industri seperi industri kosmetik, dan farmasi maupun bahan
bakar. Sehingga tidak heran jika perkebunan kelapa sawit banyak di jumpai di wilayah
indonesia.

Perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan
perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, Indonesia adalah penghasil
minyak kelapa sawit terbesar di dunia khususnya di Kalimantan Tengah. Dimana perusahaan
kelapa sawit banyak di bangun di daerah perbukitan dan membutuhkan lahan yang luas
sehingga tidak mengherankan jika perusahaan perkebunan kelapa sawit ini dalam terminologi
hukum agraria merupakan kategori penggunaan hak atas tanah dengan pola hak guna usaha.
Pola penggunaan atau penguasaan hak atas tanah yang bersifat Hak Guna Usaha merupakan
hak atas tanah yang bersifat sekunder, karena kedudukannya berada dibawah hak milik atas
tanah.Selain itu, dalam penggunaan pola Hak Guna Usaha atas perkebunan ini salah satu
persyaratannya, yakni luas tanah diatas 5 hektar dan memiliki modal serta penggunaan
teknologi yang tinggi dalam usaha penggerak dari usaha perkebunan tersebut.
Namun apabila sengketa masih saja belum selesai dari pihak perusahaan dengan
masyarakat maka seharusnya sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 30 Tahun
1999 Tentang Arbitrase dan Penyelesaian sengketa dalam Pasal 6 ayat (2) yang
berbunyi:“Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para
pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas)hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu
kesepakatan tertulis”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur mediasi penyelesaian sengketa tanah masyarakat dengan perusahaan
perkebunan kelapa sawit PT. Menthobi Makmur Lestari ?
2. Bagaimanakekuatan akta perdamaian terhadap tanah yang menjadi sengketa ?

C. TUJUAN PENULISAN
Untuk Mengetahui penyebab terjadinya sengketa tanah perkebunan kelapa sawit
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prosedur mediasi penyelesai sengketa
Sengketa adalah pertentangan atau konflik antara dua pihak atau kelompok yang
pemicunya antara lain perbedaan tentang suatu kepentingan atau hak milik. Biasanya pihak
yang merasa dirugikan akan melakukan suatu tindakan – tindakan untuk membalas atas
kerugian yang ditimpanya karena sengketa ini bisa menimbulkan akibat hukum dan karena
perbuatan tersebut bisa dikenai sanksi untuk salah satu diantara mereka. Tujuan seseorang
dalam memperkarakan sengketa adalah untuk menyelesaikan masalah yang konkret dan
memuaskan.
Sengketa ini pada umumnya hanya berdampak pada pihak - pihak yang terlibat langsung
dalam sengketa. Sengketa tanah dapat berupa sengketa administratif, sengketa perdata,
sengketa pidana terkait dengan kepemilikan,transaksi, pendaftaran, penjaminan, pemanfaatan,
penguasaan dan sengketa hak ulayat. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan
padapasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa “sengketa tanah yang selanjutnya disebut sengketa
adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang
tidak berdampak luas”.
Penyelesaian sengketa tanah itu sendiri senantiasa diupayakan agar tetap mengikuti tata
cara dan prosedur yang telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan
pentingnya mengindahkan ketentuan peraturan dimaksud karena untuk menghindari tindakan
melanggar hukum dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku agar para pihak tidak
merasa dirugikan apabila terjadi pelanggaran hukum.
Perselisihan yang timbul antara para pihak perusahaan dengan masyarakat diselesaiakn
secara mediasi yaitu dengan menyatukan pendapat dari para pihak yang bersengketadalam
mencapai kesepakatan dimana maksud dan tujuan para pihak bermaksud untuk mengikatkan
diri dalam kerjasama pengelolaan kebun kelapa sawit dimana pihak perusahaan bertindak
sebagai mitra sekaligus bertindak sebagai pengelola yang akan mengelola kebun kelapa sawit
di atas lahan masyarakat desa kujan dengan luas 500 Ha (lima ratus hektar) dengan di
saksikan oleh tokoh masyarakat yang diwakili oleh Ketua Koperasi Berkah Kujan Bersatu
dan perwakilan dari perusahaan.
Jika terjadi hal-hal diluar kendali para pihak seperti bencana alam, banjir, kebakaran,
dan sebab-sebab lain seperti peraturan atau kebijakan pemerintah yang menyebabkan
kerugian bagi para pihak, maka akan dilakukan perhitungan kembali terhadap hasil kebun
yang diberikan oleh pihak perusahaan kepada pihak masyarakat atas kerugian perusahaan
yang di sebebkan oleh bencana alam terjadi diluar kendali pihak perusahaandimana bencana
alam sendiri akan mengakibatkan kerusakan perkebunan yang mana akan mempengaruhi
hasil panen dari perkebunan yang mengakibatkan kerugian yang cukum besar. Oleh karena
itu pihak perusahaan dapat melakukan negosiasi kembali kepada masyrakat dengan
kesepakatan bersama. Mencermati konflik dan sengketa pertanahan di Indonesia yang
meningkat dalam satu dasawarsa terakhir ini, akar masalahnya terletak pada, pertama belum
sempurnanya peraturan perundang-undangan yang ada, kedua belum dilaksanakan dengan
baik peraturan perundangan Bidang pertanahan, hal tersebut menjadi salah satupenyebab
terjadinya benturan antara berbagai kepentingan diatas Status hak tas tanah.

Adapun Prosedur mediasi memiliki beberepa tahap seperti tujuan mediasi menghasilkan
suatu rencana kesepakatan ke depan yang dapat diterima dan dijalankan oleh para pihak yang
bersengketa, peserta mediasi para pihak yang bersengketa dan adanya pihak ketiga yang
menjadi mediator, pelaksanaan mediasi dicatat dalam notulensi dan hasil pelaksanaan
mediasi dituangkan dalam berita acara mediasi, kesepakatan mediasi iyalah kesepakatan
antara kedua belah pihak yang mana dalam kesepakatan tersebut di ambil dari pendapat
masing-masing pihak dan di tuangkan ke dalam subuah akta perjanjian.

B. Kekuatan Akta Perjanjian


Akta perdamaian merupakan perjanjian antar dua belah pihak yang mana mereka
memintakan kekuatan hukum yang di bantu oleh mediator dalam menerima dan menjalankan
isiperjanjian yang telah disepakatiakta perdamaian itu pun diharapkan memberikan kepastian
hukum, bermanfaat dan memberikan keadilan diantara mereka yang berselisih dan bagi
keturunannya kelak. Dengan demikian maka akan tercipta suatu ketenangan hidup,
kedamaian dan kerukunan diantara mereka yang berselisih.
Berkenaan dengan kekuatan mengikat dari akta perdamaian dikuatkan dalam bentuk
purusan yang mana putusan tersebut dimuat dalam akta perdamaian yang berbentuk surat
perjanjian dari para pihak yang sepakat untuk membuat perjanjian tersebut dihadapan
mediator, kekuatan akta perdamaian bersifat mengikat,sehingga tidak dapat lagi diajukan
menjadi sebuah perkara apabila terbentuk dan dituangkan dalam akta perdamaian.
Pentingnya akta perdamaian serta hakikat akta perdamaian dari hasil mediasi adalah
kesepakatan untuk mengakhiri sengketa antar kedua belah pihak. Dengan adanya kesepakatan
para pihak dapat menciptakan solusi, serta perdamaian tidak menentukan siapa yang menang
dan siapa yang kalah. Perdamaian merupakan bentuk alternatif penyelesaian sengketa yang
dapat di capai dengan memenangkan kedua belah pihak (win-win solution).

Hal lain yang belum belum di atur dalam perjanjian ini maka para pihak sepakat untuk
membantu addendum yang merupakan bagian tak terpisah dari perjanjian ini, yang mana jilid
tambahan istilah dalam kontrak atau surat perjanjian yang berarti tambahan klausula atau
pasal yang secara fisik terpisah dari perjanjian pokoknya namun secara hukum melekat pada
perjanjian pokok itusebelum dilakukan perubahan kontrak yang perlu dilakukan oleh para
pihak yang terikat di dalam kontrak adalah melakukan musyawarah untuk suatu mufakat.
Apakah memang betul-betul diperlukan untuk melakukan addendum kontrak ataukah tidak.

Hal ini bertujuan agar dikemudian hari tidak menimbulkan masalah dan para pihak tidak
merasa dirugikan terhadap perubahan keadaan yang telah terjadi.Semua lampiran yang di
sebutkan dalam perjanjian yang akan, telah dan/ atau akan dibuat kemudia oleh kedua belah
pihak di kemuadia hari harus dianggap sebagai kesatuan dan bagian yang tidak dapat terpisah
dari perjanjian ini. Untuk menghindari keraguan-raguan dengan ditandatanganinya perjanjian
ini maka seluruh kesepakatan yang ada sebelumnya secara otomatis batal dan hanya isi dan
ketentuan yang tercantum dalam perjian ini berlaku yang berarti apa bila ada perjanjian
sebelum perjanjian kemitraan ini ada berarti kesepakan terdahulu dinyatakn batal atau tidak
sah, perjanjian ini tetap mengikat pihak perusahaan bila terjadi pengalihan kepemilikan
saham pihak perusahaan.

Kekuatan akta perjanjian ini yang mana telah di sepakati bersama di depan mediator atau
di sebut penengah dan di saksikan oleh beberapa pihak yang bersangkutan, diaman akta itu
sendiri telah ditanda tangani kedua belah pihak yang berisi bahwa para pihak bermaksud
bekerjasama dalam program pemerintah dalam upaya penetasan kemiskinan melalui
pengelolaan kebun kelapa sawit di lahan masyarakat yang berada didesan kujan. Oleh karena
itu para pihak sepakat
menanda tangani surat perjanjian tersebut. Dalam kesepakatan pihak perusahaan akan
bertanggung jawab atas tanah yang disengkatan dengan cara mengganti rugi atau lebih
tepatnya berbagi hasil dengan masyarakat yaitu sebesar Rp.740.000.000 (tujuh ratus empat
puluh
juta rupiah) hasil dari tanaman kelapa sawit yang berada di atas tanah yang disengketakan
akan diberikan kepada masyarakat.
Dengan adanya pertanggung jawaban dari perusahaan, perusahaan meminta masyarakat
agar menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan, kenyamanan, keharmonisan dalam
hubungan dengan masyarakat, saling bahu membahu dalam hal pengelolaan tanaman kelapa
sawit di atas tanah yang disengketakan, maka masyarakat pun menyetujui hal tersebut, dari
kesepakatan tersebut masyarakat dan perusahaan memiliki hak dan kewajiban atas tanah yang
disengketakan dan tanaman kelapa sawit yang berdiri di atasnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prosedur mediasi penyelesai sengketa
Prosedur mediasi untuk menyelesaikan sengketa antara perusahaan dengan masyarakat desa
kujan sudah berjalan sesui dengan ketentuan yang ada yang mana di bantu oleh pihak ketiga
untuk menjadi mediator atau di sebut pihak penengah dan membantu para pihak untuk
mendapatkan jalan keluar yang dapat bersama-sama di terima oleh kedua belah pihak dimana
masyarakat dan perusahaan akan sama-sama menjaga dan mengelola kebun kelapa sawit
yang mana hasil dari perkebunan akan di bagi dua sesuai dengan yang telah di sepakati
bersama.
2. Kekuatan Akta Perjanjian
Dari hasil akta perjanjian mediasi yang telah dilaksanakan kedua belah pihak dan di tengahi
oleh Bupati Kabupaten Lamandau, atas kesepakatan kedua belah pihak sepakat untuk
berdamai dan perusahaan akan bertanggung jawab atas tanah yang disengkatan dengan cara
mengganti rugi atau berbagi hasil dengan masyarakat yaitu sebesar Rp. 740.000.000 (tujuh
ratus empat puluh juta rupiah) hasil dari tanaman kelapa sawit yang berada di atas tanah yang
disengketakan akan diberikan kepada masyarakat.
C. Saran
1. Untuk pihak perusahaan hendaknya sebelum membengun sebuah perusahaan besar
hendaknya melakukan sebuah surpai lapangan untuk mengetahui batasan-batasan tanah agar
tidak menimbulkan sengketaan antara pihak perusahaan dengan pihak masyarakat yang dapat
merigikan pihak perusahaan itu sendiri.
2. Untuk meningkatkan keberhasilan mediasi mediator harus meningkatkan kemampuannya
dalam berkomunikasi kepada para pihak karena dengak kemampuan berbicarasangat
menentukan keberhasilan pada saat proses negosiasi antar pihak agar sama mendapat
kesepakatan yang adil.
DAFTAR PUSTAKA

Fitroin Jamilah,(2014),Strategi Penyelesaian Sengketa Bisnis, Pustaka Yustisa, Yogyakarta,


hlm12
Joni Emirzon, (2000), Alternative Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan (Negosasi,
Mediasi, Konsiliasi, danArbitrase), Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
KhotibulUmam,S.H.,LL.M, (2010), Penyelesaiansengketadiluarpengadilan, PustakaYustisia,
Yogyakarta.
Lukas Hariadi, (2009), Pedoman Bertanaman Kelapa Sawit, Jakarta Prof. Dr. Soerjono
Soekanto, Sri Mamudji, (2012), Penelitian Hukum Normatif, Cet.14, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Prof.Dr.TakdirRahmadi, S.H, LL.M, (2017),Mediasi:

Anda mungkin juga menyukai