Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK


SEWA-MENYEWA SAWAH SEKALI TANAM DI
DESA BANARJOYOKEC. BATANGHARI

Dosen Pengampu: Siti Nurjanah M,Ag

Disusun oleh:
AYU REHANA
Npm : 1502090117
Kelas : B
Hukum Ekonomi Syariah (HESy)
JURUSAN SYARIAH
INSTITUT TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
TAHUN 2017

1
MOTTO

ِ‫فَا ْستَبقُوا ْال َخي َْرات‬

Artinya : Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan (QS. Al-Baqarah :


148)

2
ABSTRAK

Pengertian Ijarah yaitu suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan
jalan sewa menyewa. Atau nilai sebidang tanah, yang tersisa setelah dikurangi
dengan biaya penggarapannya. Atau dapat juga diartikan sebagai sejumlah hasil
atau pembayaran, yang dibayar oleh petani atau penggarap kepada pemilik tanah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pandangan
Hukum Islam terhadap praktek Sewa-menyewa sawah di Desa Banarjoyo,
Kecamatan. Batanghari? Tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui
pandangan hukum Islam terhadap praktek sewa-menyewa sawah di Desa
Banarjoyo , Kecamatan Batanghari, Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang
digunakan adalah wawancara, observasi dan Dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif.
Berdasarkan penelitian Pelaksanaan praktek sewa-menyewa sawah yang
ada di Desa Banarjoyo Kecamatan BatangharI adalah dimana didalam
pelaksanaannya yaitu pemilik sawah menyewakan sawahnya untuk digarap oleh
penggarap. Bentuk akad yang dilakukan dalam pelaksanaan praktek ijarah di
Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari adalah secara lisan atau tidak tertulis,
karena mereka menggunakan sistem kepercayaan diantara kedua belah pihak yang
melakukan akad. Pembagian hasil dengan sistem Muzaro‘ah, yaitu dengan cara
maro atau 1/2, mrapat atau 1/4.

Kata Kunci; Ijarah, Maro,Mrapat, Oyotan.

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada
kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA-
MENYEWA SAWAH SEKALI TANAM DI DESA BANARJOYO KEC.
BATANGHARI” Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk mengerjakan skripsi pada program studi hukum ekonomi syariah, jurusan
sayariah .Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Kami menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Amiin.

Metro, 12 Desember 2017

Penulis

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………….. ii

DAFTAR ISI …...........…………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………


B. Rumusan Masalah..................................................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................
D. Penelitian Relavan..................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian Sewa-Menyewa.....................................................
B. Pengertian Al-Muzara’ahِ........................................................
C. Dasar Hukum Ijarah dalam Al-Qur’an.....................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian.........................................................


B. Sumber Data............................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data......................................................
D. Teknis Analisa Data................................................................

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Agama Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kemuka
bumi untuk menjadi Rahmatan lil alamin ( rahmat bagi seluruh alam ), Islam
tidak hanya sekedar mengatur masalah ibadah seseorang hamba kepada
tuhan-Nya, tetapi juga mampu menjawab berbagai macam bentuktantangan
pada setiap zaman. Termasuk dalam persoalan Ijarah dalam sistem
penyewaan yang dikenal pada saat ini dengan istilah sewa-menyewa.
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak interaksi yang dilakukan agar
kebutuhannya dapat terpenuhi. Disinilah hubungan timbal balik antara
individu satu dengan yang lainnya dapat terjalin dengan baik. Dibidang
ekonomi, banyak hubungan yang bisa dilakukan, diantaranya :jual beli,
pinjam-meminjam, hutang-piutang, gadai, sewa-menyewa, dan sebagainya.
Secara terminilogi, Ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil
manfaat dengan jalan sewa menyewa. Dalam kasus sewa atas tanah, Ijarah
atau sewa berarti nilai sebidang tanah, yang tersisa setelah dikurangi dengan
biaya penggarapannya. Atau dapat juga diartikan sebagai sejumlah hasil atau
pembayaran, yang dibayar oleh petani atau penggarap kepada pemilik tanah.
Menurutِ Dewanِ Syari’ahِ Nasionalِ ijarah adalah akad pemindahan hak
guna atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa atau upah tanpa di ikuti dengan pemindahan kepemilikan itu sendiri.1
Dari definisi yang telah dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

1
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 29

6
sewa menyewa adalah suatu akad yang berarti pengambilan manfaat sesuatu
dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu sesuai dengan
perjanjian.
Sewa menyewa dibolehkan dalam Islam karena mengandung unsur tolong
menolong dalam kebaikan antar sesama manusia. Kenyataan ini digambarkan
olehAllah SWTdalam QS. al-Maidah (3) : 2 yakni :
 
  
  
  
   
  


Artinya :“ِ Danِ tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran”.ِ(QS. Al-Maidah: 2)2

Dari ayat ini secara umum menjelaskan segenap aktifitas bekerjasama


dihalalkan selama tidak bersifat pelanggaran terhadap ajaran agama, seperti
adanya gharar (tipu daya) dan dharar ( merugikan salah satu pihak).
Berbagai bentuk kerjasama yang legal menurut hukum Islam dikenal dalam
klasifikasi muamalah.
Walaupun pengertian yang dikemukakan para ahli berbeda-beda namun
tujuan yang ingin dicapai tetap sama, yaitu suatu akad yang berisi
pengambilan manfaat sesuatu dengan jalan mengganti. Rukun ijarah ada
empat yaitu :

2
Depag RI, al-Qur’anِdanِTerjemahnya,(ِBandungِ:ِPTِSinarِBaruِAlgesindo,ِ2006),Cet.ِKe-
1,h.85

7
1. Aqid ( orang yang berakad, penyewa dan pemilik tanah )
2. Shighat akad
3. Ujrah (upah)
4. Manfaat 3

Dilihat dari segi obyek ijarah dapat dibagi menjadi dua macam : yaitu
ijarah yang bersifat manfaat dan yang bersifat pekerjaan. Ijarah yang bersifat
manfaat. Umpamanya, sewa menyewa rumah, toko, kenderaan, pakaian, dan
perhiasan. Sedangkan yang bersifat pekerjaan, ialah dengan cara
memperkerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Sebagaimana
firman Allah dalam surat al-Thalaq : 6

Artinyaِ:ِ“ِKemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu


Maka
berikanlahِkepadaِmerekaِupahnya”.ِ(Ath-Thaalaq: 6).

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa menjadi kewajiban bagi
suami untuk menyusukan anak-anaknya. Sekalipun demikian, kalau anak itu
tidak mau menyusu kepada perempuan lain, tetapi mau kepada ibunya, maka
wajiblah anak itu menyusu pada ibunya, dengan upah yang sama besarnya
seperti upah yang diberikan kepada orang lain. Ayat ini dijadikan dasar
bolehnya mengupahkan pekerjaan kepada orang lain.
Dari penjelasan diatas Transaksi Ijarah (sewa) dilandasi adanya
perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (hak milik).
Jadi prinsip ijarah(sewa) sama dengan prinsip jual beli, tetapi perbedaannya
terletak pada objek transaksinya. Pada dasarnya, Ijarah(sewa) didefinisikan

3
RahmatِSyafi’I,ِFiqh Muamalah, (Bandung : CV Pustaka Setia), h. 125

8
sebagai hak untuk menfaatkan barang atau jasa tertentu dengan membayar
imbalan tertentu.4
Dalam kehidupan masyarakat sudah tidak asing lagi dengan suatu akad
sewa-menyewa, praktik sewa-menyewa semacam ini dapat ditemui didesa
Banarjoyo. Sebagian masyarakat mempraktikan sewa-menyewa lahan sawah
dengan sistem sekali tanam yang menjadi kesepakatan antara pemilik sawah
dan penyewa tanah.
Perjanjian yang dikenal dimasyarakat dengan sebutan perjanjian sewa-
menyewa, dan dilakukan secara langsung antara orang yang menyewakan
(mu’aajir),ِ danِ orangِ yangِ menyewaِ (musta’jir),ِ perjanjianِ biasanyaِ tidakِ
tertulis, sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Besar uang penyewaan
biasanya sesuai kesepakatan dan luas lahan sawah yang akan disewakan.
Sesuai kesepakatan antara pemilik sawah dan penyewa (yang biasanya
dipakai dimasyarakat). Penyewa (menurut istilah yang dipakai dimasyarakat)
maka hasil panen sepenuhnya milik penyewa, karena benih padi, pupuk,
tenaga, dan keperluan lainnya semua ditanggung oleh penyewa.
Berdasarkan paparan diatas, adapun permasalahan adalah praktik tersebut
menggunkan akad sewa-menyewa ialah akad (perjanjian) yang berkenaan
dengan kemanfaatan (mengambil manfaat sesuatu) tertentu. Dalam fiqih
pengertian al-ijarah itu objek dari akad tersebut yang berupa lahan sawah
yang disewakan untuk dikelolah penyewa yang telah memberikan sejumlah
uang kepada pemilik sawah. Bagi hasil pada lahan sawah dengan ketentuan
pemilik lahan sekaligus yang mengerjakan lahan sawah dengan menerima
uang dari pihak penyewa diawal akad dengan jangka waktu pengambilan
manfaat oleh pihak penyewa yang telah ditentukan kedua belah pihak.
Berdasarkan pemaparan diatas, penyusun tertarik melakukan kajian skripsi
yangِ berjudul:ِ “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA-
MENYEWA SAWAH SISTEM SEKALI TANAM DI DESA
BANARJOYO, KEC. BATANG HARI”.

4
ibid. Hal.150

9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis membuat judul
Tinjauan hukum islam terhadap praktek sewa-menyewa sawah sekali
tanam, dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktek sewa-menyewa
sawah di Desa Batanghari ?
2. Sejauh mana praktik sewa-menyewa tanah sistem sekali tanam di Desa
Batanghari ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


a. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pandangan hukum islam terhadap praktik sewa-
menyewa sawah di Desa Banarjoyo .
2. Untuk mengetahui sejauh mana praktik sewa-menyewa sawah
sekali tanam di Desa Banarjoyo.

b. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan terhadap pandangan
hukum Islam terhada sewa-menyewa sawah Di Desa Banarjoyo
2. Bagi Masyarakat memberikan informasi sewa-menyewa sawah
sekali tanam dalam tinjauan Hukum Islam.

D.Penelitian Relevan
Bela Anisa Indriyani, Wanprestasi Dalam Perjanjian Sewa-Menyewa
(Studi Kasus di Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari Kabupaten
Lampung Timur), Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Tahun 2017. Proposal
ini lebih membahas tentang wanprestasi dalam sewa-menyewa.

10
Perbedaan dengan masalah yang penulis angkat adalah penulis
meneliti mengenai pandangan hukum islam terhadap sewa-menyewa
sawah di Desa Banarjoyo. Apakah penerapan sewa menyewanya sudah
dalam sistem hukum ekonomi syariah.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sewa-Menyewa
Sewa menyewa dalam bahasa arab di istilahkan dengan Al ijarah. Menurut pengertian
hukum islam, sewa menyewa diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat
dengan jalan penggantian. Dari pengertian diatas dilihat bahwa yang dimaksud dengan
sewa-menyewa adalah pengambilan manfaat sesuatu benda. Jadi, dalam hal ini bendanya
sama sekali tidak berkurang. Dengan perkataan lain terjadinya sewa menyewa yang
berpindah hanyalah manfaat dari benda yang disewakan tersebut. Didalam istilah hukum
islam, orang yang menyewakan disebut muhajir. Sedangkan orang yang menyewa disebut
muhtajir. Benda yang disewakan diistilahkan dengan mahjur, dan uang sewa atau imbalan
atas pemakaiaan manfaat barang disebut ajrah atau ujrah. Sewa menyewa sebagaimana
perjanjian lainnya, merupakan perjanjian yang bersifat konsensual (kesepakatan). Perjanjian
itu mempunyai kekuatan hukum, yaitu pada saat sewa menyewa berlangsung. Apabila akad
sudah berlangsung, pihak yang menyewakan (muhajir) wajib menyerahkan barang (majur)
kepada penyewa (mustahjir). Dengan diserahkannya manfaat barang / benda maka penyewa
wajib pula menyerahkan uang sewanya (ujarah) .Al-Ijarah terambil dari kata al-Ajr yang
artinya adalah pengganti atau upah. Allah berfirman yangartinya : “jika kamu mau, niscaya
kamuِmengambilِupahِuntukِitu”(Qs.ِAl-Kahfi 18 : 77).

11
Defenisi ijarah dalam syarah adalah akad atas manfaat yang dibolehkan, yang berasal
dari benda tertentu atau yang disebutkan cirri-cirinya, dalam jangka waktu yang diketahui,
atau akad atas pekerjaan yang diketahui, dengan bayaran yang diketahui. Menurut para
ulama, sewa-menyewa didefenisikan secara berbeda - beda, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Hanafiyah:
Akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti.
2. Menurut Malikiyah:
Nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk
sebagian yang dapat dipindah kan.
3. Menurut Al-syarbini al-khatib:
Pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan syarat´.
4. Menurut Asy-syafiiyah:
Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah, serta
menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
.Berdasarkan defenisi-defenisi di atas maka dapat di pahami bahwa ijarah
adalah menukar sesuatu dengan ada imbalannya.
Konsepsi hukum Islam dalam ajaran Islam berbeda dengan konsepsi
hukum pada umumnya, khususnya hukum modern. Dalam Islam hukum
dipandang sebagai bagian dari ajaran agama, dan norma-norma hukum
bersumber kepada agama. Umat Islam meyakini bahwa hukum Islam
berdasarkan kepada wahyu ilahi. Oleh karena itu, ia disebut syariah, yang
berarti jalan yang digariskan Tuhan untuk manusia.5

Dalam sewa menyewa harus ada barang yang disewakan, penyewa,


pemberi sewa, imbalan dan kesepakatan antara pemilik barang dan yang
menyewa barang. Penyewa dalam mengembalikan barang atau aset yang
disewa harus mengembalikan barang secara utuh seperti pertama kali

12
dipinjam tanpa berkurang maupun bertambah, kecuali ada kesepatan lain
yang disepakati saat sebelum barang berpindah tangan.

B. Pengertian Al-Muzara’ah
Al-Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik
lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada
penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan tertentu dari
hasil panen.6
 Rukun muzara’ah adalah:
a. Pemilik lahan
b. Penggarap
c. Lahan yang akan di garap, dan Akad
 Syarat muzara’ah adalah:
1) Syarat yang berkaitan dengan aqidain, yaitu harus berakal.
2) Berkaitan dengan perolehan hasil tanaman;
a) Bagian masing-masing harus disebutkan jumlahnya.
b) hasil adalah milik bersama
c) bagian kedua belah pihak sudah dapat diketahui
d) bagian amil dan malika dalah satu jenis barang yang sama
e) tidak diisyaratkan bagi salah satuِpenambahanِyangِma’lum.

3) Berkaitan dengan tanaman, yaitu adanya penentuan macam tanaman


yang akan ditanam.
4) Hal yang berkaitan dengan tanah yang akan ditanami:
a) Tanah tersebut dapat ditanami.
b) Tanah tersebut dapat diketahui batasanbatasannya.
5) Hal yang berkaitan dengan waktu:
a) Waktunya telah ditentukan.

6
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung. CV Pustaka setia, 2000), hal. 190

13
b) Waktu tersebut memungkinkan untuk menanam tanaman yang
dimaksud.
6) Hal yang berkaitan dengan peralatan yang akan digunakan untuk
menanam, alat-alat tersebut disyaratkan berupa hewan atau yang
lainnya dibebankan pada pemilik tanah.

Dasar Hukum Al- Muzaro’ah :


Artinya; Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al Mundzir
telah menceritakan kepada kami Anas bin 'Iyadh dari 'Ubaidullah dari Nafi'
bahwa 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma mengabarkannya bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memperkerjakan orang untuk
memanfaatkan tanah Khaibar dengan ketentuan separuh dari hasilnya
berupa kurma atau sayuran untuk pekerja. Beliau membagikan hasilnya
kepada isteri-isteri Beliau sebanyak seratus wasaq, delapan puluh wasaq
kurma dan dua puluh wasaq gandum. Pada zamannya, 'Umar radliallahu
'anhu membagibagikan tanah Khaibar. Maka isteri-isteri Nabi shallallahu
'alaihi wasallam ada yang mendapatkan air (sumur), tanah atau seperti hak
mereka sebelumnya. Dan diantara mereka ada yag memilih tanah dan ada
juga yang memilih menerima haq dari hasilnya. Sedangkan 'Aisyah
radliallahu 'anha memilih tanah". [Menggarap lahan dengan mendapatkan
setengah bagian, HADIST BUKHARI NO –2160].

Pengertian Al-Musaqah
Al-Musaqah merupakan bagian dari al-muzara’ah yaitu penggarap hanya
bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan
menggunakan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari
persentase hasil panen pertanian. Jadi, tetap dalam konteks adalah kerja
sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap.

Syarat dan Rukun Musaqah;


 Adapun Syarat Musaqah adalah;

14
a. Ucapan yang dilakukan dengan Jelas/ Akad.
b. Kedua belah pihak yang melakukan transaksi Al-Musaqah harus mampu
dalam bertindakyaitu dewasa.
c. Obyek Al-Musaqah
d. hasil yang dihasilkan dari kebun merupakan hak bersama.
e. Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap.
f. Lamanya perjanjian itu harus jelas, karena transaksi ini hampir sama
dengan transaksi ijarah/ sewa menyewa.

 Adapun Rukun Al-Musaqah adalah;


a. Pemilik Kebun
b. Penggarap Keduanya Hendaklah orang yang membelanjakan hartanya.

 Berakhirnya Akad Al-Musaqah;


1. Tenggang Waktu yang disepakati dalam akad telah habis
2. Salah satu pihak meninggal Dunia
3. Ada udzur yang membuat salah.

 Akad
Istilahِ “perjanjian”ِ dalamِ hukumِ Indonesiaِ disebutِ “akad”ِ dalamِ
hukum Islam. Kata akad berasal dari kata al-‘aqd,ِ yangِ berartiِ mengikat,ِ
menyambung atau menghubungkan (ar-rabt). Sebagai suatu istilah hukum
Islam, ada beberapa definisi yang diberikan kepada akad (perjanjian).
Menurut pasal 262 Mursyid Al-Hairan,ِ akadِ merupakanِ ,ِ “pertemuanِ ijabِ
yang diajukan oleh salah satu pihak dengan Kabul dari pihak lain yang
menimbulkanِ akibatِ hukumِ padaِ objekِ akad”.ِ hukumِ perjanjianِ syariah.ِ
studi tentang teori akad dalam fikih muamalat.7

7
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian SyariahStudi Tentang Teori Akad Dalam Fikih
Muamalat...,hlm.3.

15
Dalam menjalankan bisnis, satu hal yang paling penting adalah masalah
akad (perjanjian) . akad sebagai salah satu cara untuk memperoleh harta
dalam syariat Islam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Akad merupakan cara yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya.

Sesuai dalam firman-Nya :


“telah dijelaskan bahwa setiap seseorang yang berakad haruslah dipenuhi
akad yang telah dibuatnya. Oleh karena itu sebelum melakukan suatu akad
para pihak haruslah mengetahui secara jelas klausul akad yang akan
dilaksanakan. “

Akad dibedakan dalam berbagai penggolongan dilihat dari beberapa sudut


pandang.yaitu ada akad bernama dan akad tidak bernama, yaitu sebagai berikut
ini:
a. Akad bernama ialah akad yang sudah ditentukan namanya oleh pembuat
hukum dan ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku
terhadapnya dan tidak berlaku terhadap akad lain. Seperti halnya yaitu
akad Al- Ijarah, salam, istishna, dan masih banyak nama akad lainnya.

b. Akad tak bernama adalah akad yang tidak diatur secara khusus dalam
kitab-kitab fikih dibawah satu nama tertentu. Dengan kata lain, akad tak
bernama adalah akad yang tidak ditentukan oleh pembuat hukum namanya
yang khusus serta tidak ada pengaturannya tersendiri mengenainya.
Terhadapnya berlaku ketentuan-ketentuan umum akad. Akad jenis ini
dibuat dan ditentukan oleh para pihak sendiri sesuai dengan kebutuhan
mereka.kebebasan untuk membuat akad tidak tertentu ( tidak bernama) ini
termasuk kedalam apa yang disebut sebagai asas kebebasan berakad. Akad
tidak bernama ini timbul selaras dengan kepentingan para pihak dan
merupakan akibat kebutuhan manusia yang terus berkembang. Contoh

16
akad tidak bernama adalah perjanjian penerbitan periklanan dan
sebagainya.8

Dalam sejarah hukum Islam, sering muncul suatu akad baru dan untuk waktu
lama tidak mempunyai nama, kemudian diolah oleh para fukuha, diberi nama dan
dibuatkan aturannya sehingga kemudian menjadi akad bernama. Misalnya al-
bai’biِal-wafa’ِ(jualِ beliِopsi)ِ yangِdalamِhukumِ Islamِ timbulِdariِpraktikِdan
merupakan campuran antara gadai dan jual-beli, meskipun unsur gadai lebih
menonjol. Oleh karena itu diberi nama sendiri.

B. Dasar Hukum Ijarah dalam Al-Qur’an


(QS. Ath-Thalaq: 6)

   


  
 
  
  
 

Artinya:ِ“Kemudianِjikaِmerekaِmenyusukanِ(anak-anak) mu untukmu,
makaِberikanlahِkepadaِmerekaِupahnya”ِ(QS.ِAth-Thalaq: 6)

QS. al-Zukhruf ayat 32

8
IbId., hlm. 73

17
  
   
  
  
  
  
   
  
  

Artinya : “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah


menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami
telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

QS. al-Baqarah ayat 233:


  

  
   
  
 
  
   

18
“…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.”

QS. al-Qashash ayat 26:

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya.’”

 Dasar Hukum Ijarah dalam al-Hadis

Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”

Hadisِriwayatِ‘Abdِar-RazzaqِdariِAbuِHurairahِdanِAbuِSa’idِal-Khudri,
Nabi s.a.w. bersabda:
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”

Hadis riwayat Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, ia berkata:
“Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya;
maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan
memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”

HadisِNabiِriwayatِTirmidziِdariِ‘Amrِbinِ‘Auf:
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

19
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

 Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.


 Kaidah fiqh:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.”
“Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus didahulukan
atas mendatangkan kemaslahatan.”

Dengan tiga dasar hukum yaitu Al-Qur'an, Hadits, dan Ijma' maka hukum
diperbolehkannya sewa menyewa sangat kuat karena ketiga dasar hukum
tersebut merupakan sumber penggalian hukum Islam yang utama. Dari
beberapa dasar di atas, kiranya dapat dipahami bahwa sewa menyewa itu
diperbolehkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia senantiasa
terbentur pada keterbatasan dan kekurangan.

Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, ada orang kaya yang memiliki


beberapa rumah yang tidak ditempati, disisi lain ada orang yang tidak
memiliki tempat dengan dibolehkan ijarah maka orang yang tidak memiliki
tempat tinggal bisa menempati rumah orang lain yang tidak digunakan untuk
beberapa waktu tertentu, dengan memberikan imbalan berupa uang sewa
yang disepakati bersama tanpa harus membeli rumah.

Ulama Madzhab Hanafi berpendapat bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat
kedua belah pihak, tetapi dapat dibatalkan secara sepihak, apabila terdapat
udzur seperti meninggal dunia atau tidak dapat bertindak secara hukum atau
gila. Jumhur ulama berpendapat bahwa akad ijarah bersifat mengikat, kecuali
ada cacat atau barang itu tidak dapat dimanfaatkan. Menurut Madzab Hanafi

20
apabila salah seorang meninggal dunia, maka akad ijarah menjadi batal,
karena manfaat tidak dapat diwariskan kepada ahli waris, sedangkan menurut
jumhur ulama akad itu tidak menjadi batal karena manfaat menurut mereka
dapat diwariskan kepada ahli waris, manfaat juga termasuk harta

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat penelitian


Dalam penelitian ini dapat digolongkan dalam bentuk penelitian
lapangan atau field research. Dalam penelitian ini kehidupan yang terjadi
di dalam masyarakat menjadi faktor yang terpenting dalam penelitian yang
dilakukan. Maka dari itu dalam penelitian ini memerlukan suatu metode
tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
penelitian yang dilakukan langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh
data yang diinginkan mengenai praktik sewa menyewa sawah sistem
sekali tanam, di Desa Banarjoyo..

2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penyusunan skripsi yang penulis gunakan
adalah preskripstif analitik, penelitian Preskriptif secara singkat penelitian

ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau merumuskan masalah


sesuai dengan keadaan/ fakta yang ada. penulis akan meninjau mengenai
permasalahan dalam proses pelaksanaan praktik sewa menyewa sawah

21
sistem sekuli tanam yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa
Banarjoyo,Kecamata Batanghari, Lampung Timur yang kemudian
dianalisis berdasarkan aturan-aturan hukum Islam.

B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari
masyarakat, yaitu masyarakat Dusun Boyolali, Bumi Mas. Yaitu para
pihak yang bersangkutan antara lain pemilik sawah dan penyewa disebut
sebagai responden. Dalam penulisan skripsi ini untuk menentukan
responden yaitu dengan cara metode purposive yaitu cara menentukan
responden yang dipilih dengan tujuan yang hendak penulis capai dalam
penyusunan skripsi .
Jenis Data
 Data primer ini penuyusun peroleh dari hasil wawancara langsung
dengan pihak penyewa dan pemilik sawah di Desa Banarjoyo.
 Data sekunder yaitu penyusun peroleh dari karya-karya tertulis
yang berupa buku, jurnal, artikel, dan skripsi.

C. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, maka perlu adanya metode
pengumpulan data. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:

a. Wawancara (Interview)
Interview atau wawancara merupakan proses Tanya jawab secara lisan
di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Dalam hal ini
penyusun mewawancarai para pihak yang terlibat dalam praktik sewa
menyewa sawah tersebut, yaitu pemilik sawah dan pihak penyewa
sebanyak kurang lebih lima orang.
Dalam hal ini penyusun menerapkan Interview dalam bentuk interview
terpimpin, dalam melakukan interview terpimpin, penulis menggunakan

22
pedoman kerja yang sudah dipersiapkan sebelumnya yaitu yang disebut
interview guide.

b. Dokumentasi
Dalam penelitian ini penyusun melakukan pengumpulan data melalui
dokumentasi, cara ini diarahkan untuk mencari data penunjang mengenai
hal-hal yang berupa catatan, buku, dan dokumen yang ada.

D. Teknik Analisis Data


Dalam melakukan analisis data, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Penulis menggunakan
analisis deduktif yaitu menerapkan suatu norma hukum (sebagai premis
mayor) bagi penyelesaian suatu perkara, dengan kata lain peneliti berusaha
menerapkan hukum in-abstraco dalam memecahkan suatu masalah hukum
in-concreto. Dengan demikian hasil penelitiannya (penelitian hukum klinis)
tidak dapat di dageneralis (membangun teori) tetapi sebaliknya, yakni
menguji teori yang ada bagi suatu situasi konkrit tertentu. Bahwa dengan
demikian penulis akan menganalisa terlebih dahulu praktik sewa-menyewa
sawah sistem sekali tanam di Desa Banarjoyo, setelah menganalisa kasus
tersebut selanjutnya akan disimpulkan dengan cara menguji teori yang
sudah ada.

23
ANALISIS SKRIPSI

Analisis mengenai skripsi ini saya buat guna memenuhi tugas mata kuliah metode
penelitian hukum, mohon maaf jika terdapat kesalahan mengenai isi yang ada
didalamnya.

JUDUL Skripsi : TINJAUAN EKONIMI ISLAM TERHADAP USAHA


BISNIS BUSANA MUSLIM ( Study pada CV. Azka Syahrani Collection)

1. Jenis penelitiananya adalah penelitian survei karena tujuan utamanya


adalah mengumpulkan informasi tentang usaha busana muslim di CV.
Azka sayahrani collection yang dapat diteliti pada skripsi ini variabelnya
berupa permasalahan terhadap ekonomi islam.
2. Sifat penelitiannya berdasarkan sifat masalahnya yaitu:
a. Jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan data
dan informasi dilapangan berdasarkan fakta yang diperoleh dilapangan
secara mendalam.
b. Penelitian Kasus atau Lapangan dalam pengambilan data penulis
mengambil data secara langsung terhadap objek yang ingin diteliti
yaitu tinjauan ekonomi islam terhadap usaha bisnis busana muslim.
c. Pendekata yang digunakan adalah pendekatan empiris, yaitu subjek
kajian dengan melakukan pengamatan langsung kelapangan.
3. Berdasarkan pengumpulan datanya yaitu:
a. Pengamatan (observasi) karena cara pengumpulan data dengan tujuan
dan melihat langsung kelapangan terhadap objek yang diteliti.

24
b. Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan langsung
mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti.
c. Study Kepustakaan adalah melakukan penelusuran kepustakaan dan
menelaahnya. Sumber berupa buku, koran, majalah, dan dokumen dari
CV. AzkaSyah collection.

4. Teknik pengelolahan data


Pengelolahan data yang diperoleh, penulis mengklasifikasikan data
tersebut, kemudian melengkapi dengan interpretasi.
5. Berdasarkan metode penelitian tujuannya yaitu
a. untuk mengetahui konsep Ekonomi islam terhadap proses produksi
CV. AzkaSyah Collection.
b. Untuk mengetahui baimana konsep ekonomi islam terhadap sistem
pendistribusian pada usaha bisnis busana muslim CV.AzkaSyah
Collection.
6. Data yang diambil bersifat kuantitatif karena data yang diambil berupa
analisi data sangat ditentukan oleh jenis permasalahannya.
7. Menurut saya pada bab 1 sudah mencangkup semua kriteria yang ada pada
bab 1 seharusnya, seperti latar belakang permasalahan, alasan dalam
pengambilan terhadap masalah yang ditelitih lalu metode yang digunakan
serta tujuan yang jelas dalam pembuatan laporan ini. Tetapi dalam
penulisannya sedikit da yang harus di perbaiki, karena masih banya huruf
yang salah dan kurangnya spasi.
8. Menurut saya pada bab 2 materi yang diasampaikan terhadap
permasalahan yang diambil belum semuanya terpenuhi dengan kriteria
yang dibutuhkan, dimana teori yang disampaikan banyak mengenai
ekonomi islam, dasar-dasar ekonomi islam, teori distribusi dalam perpektif
islam.
9. Menurut saya pada bab 3 sudah memenuhi kriteria penulisan ilmiah karena
pada bab metodologi penulisan ini, penulis menjabarkan cara-cara yang

25
dilakukan pada saat pengambilan data, seperti melakukan deskripsi
(lokasi, profil usaha sejarahnya), wawancara langsung terhadap visi dan
misi, program-program perusahaan, dalam pengambilan datanya juga
cukup bagus.
10. Menurut saya pada bab 4 pembahasan ini penulis sudah bagus dalam
melakukan pengolahan data serta menjelaskan sangat detail mengenai
bisnis busana muslim yang ditelitih serta penjabaran yang dilakukan
sangat bagus dan sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan kepada
para pembaca.
11. Menurut saya pada bab kesimpulan dan saran ini, penulis sudah sesuai
dengan metode penelitian karena isi dari penulisan tugas akhir atau skripsi
12. pada bab ini menjawab tujuan yang ada pada bab 1.
13. Berdasarkan analisa saya secara keseluruhan terhadap skripsi ini sudah
memenuhi syarat suatu penelitian, karena sudah sesuai dengan isi dari
matode penelitian serta penyampaian isi kepada pembaca juga sangat
bangus karena sangat mudah dimengerti oleh para pembaca.

26
PENUTUP

Kesimpulan

Agama Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kemuka
bumi untuk menjadi Rahmatan lil alamin ( rahmat bagi seluruh alam ), Islam
tidak hanya sekedar mengatur masalah ibadah seseorang hamba kepada
tuhan-Nya, tetapi juga mampu menjawab berbagai macam bentuktantangan
pada setiap zaman. Termasuk dalam persoalan Ijarah dalam sistem
penyewaan yang dikenal pada saat ini dengan istilah sewa-menyewa.
Secara terminilogi, Ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil
manfaat dengan jalan sewa menyewa. Dalam kasus sewa atas tanah, Ijarah
atau sewa berarti nilai sebidang tanah, yang tersisa setelah dikurangi dengan
biaya penggarapannya. Atau dapat juga diartikan sebagai sejumlah hasil atau
pembayaran, yang dibayar oleh petani atau penggarap kepada pemilik tanah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Karim, Helmi. 1997..Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Depag RI, al-Qur’anِdanِTerjemahnya,2006, Bandung : PT Sinar Baru Algesindo.

Syafi’I,Rahmat. 2000. Fiqh Muamalah, Bandung : CV Pustaka Setia

Anwar,Samsul. Hukum Perjanjian SyariahStudi Tentang Teori Akad Dalam Fikih Muamalat.

28
29

Anda mungkin juga menyukai