Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“HADIS DAN AYAT UJRAH”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Hadis Tarbawih Dosen Pengampuh :
Dr.Malkan,M.Ag

Oleh Kelompok 13 :

 Sri Wulan Purnamasai


 Ega Nianti

MPI 1 / SEMESTER III

PROGRAM STUDI MANEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKRAMA PALU (UIN DATOKRAMA
PALU)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul Hadis dan Ayat Ujrah dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas semester III kelas MPI 1 dari Bapak
Dr. Malkan, M.Ag pada bidang Hadis Tarbawih. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Hadis dan Ayat Ujrah.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Malkan M.Ag selaku Dosen
Matakuliah Hadis Tarbawih. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta
saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Palu, 17 September 2021


Kelompok 13

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.......................................................................................................
2. Rumusan Masalah.................................................................................................
3. Tujuan....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Upah (Ujrah)..........................................................................................................
2. Landasan Hukum Upah Perspektif Ekonomi Islam.................................
3. Syarat Pengupahan................................................................................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan..........................................................................................................
2. Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam memandang bahwa hidup manusia di dunia ini hanyalah sebagian kecil dari perjalanan
kehidupan manusia, karena setelah kehidupan di dunia ini masih ada lagi kehidupan akhirat
yang kekal dan abadi. Pandangan ajaran Islam itu tidak hanya sebatas pada masalah
hubungan pribadi antara seorang individu dengan penciptanya (hablum minallah), namun
mencakup pula masalah hubungan manusia antar sesama manusia (hablum minannas),
bahkan juga antara manusia dengan makhluk lainnya termasuk dengan alam dan lingkungan
(hablum minalalam). Allah swt, telah menjadikan manusia sebagai mahluk social yang di
mana masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, agar mereka saling tolong
menolong, tukar menukar untuk keperluan dalam hal segala urusan kepentingan hidup
masing-masing , baik dalam jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, bercocok tanam atau
dengan kegiatan yang lainnya.
Oleh karena itu, kehidupan masyarakat menjadi teratur dan subur serta silaturahim yang
satu dengan yang lainpun menjadi teguh. Fiqh muamalat adalah ilmu yang mengetahui
ketentuanketentuan hukum tentang usaha-usaha memperoleh dan mengembangkan harta,
jual beli, hutang piutang dan jasa penitipan diantara anggota-anggota masyarakat sesuai
keperluan mereka, yang dapat dipahami dan dalil-dalil syara yang terperinci. Salah satu
bentuk kegiatan mu’amalat yang sering terjadi yaitu al-ijarah, yang bisa diartikan sebagai
kerjasama antara dua belah pihak yang dimana salah satu pihak sebagai penyedia jasa
manfaat dengan orang lain yang menyediakan pekerjaan.
Dalam rangka saling memenuhi kebutuhannya penyedia jasa manfaat mendapatkan
kompensasi berupa upah. Didalam kitab-kitab fiqih al-ijarah sering diartikan sebagai “sewa
menyewa”, akan tetapi kata al-ijarah janganlah diartikan sebagai menyewa suatu barang
yang hanya dapat diambil manfaatnya saja, harus juga dipahami dalam arti luas. Kerjasama
saling upah mengupah dalam literatur fiqih sering disebut dengan istilah ijarah al-amal,
yakni sewa menyewa tenaga manusia dengan adanya imbalan atau upah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktik Pemberian Upah?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Upah?
3. Bagaimana Analisis Pemberian Upah?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Praktik Pemberian Upah
2. Untuk Mengetahui Tinjauan Hukum Islam Tentang Upah
3. Untuk Mengetahui Analisis Tentang Pemberian Upah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Upah (ujrah)
1. Pengertian Upah
Di dalam kehidupan sehari-hari pembayaran kepada tenaga kerja kadang
dibedakan dalam dua pengertian: gaji dan upah. Gaji cenderung identik dengan
pekerja-pekerja, pegawai-pegawai, dan karyawan-karyawan tetap dimana
pembayarannya sebulan atau seminggu sekali. Sedangkan upah cenderung
diidentikkan dengan pekerja-pekerja kasar, buruh-buruh kasar, buruh-buruh
pertanian, dan segala jenis pekerjaan tidak tetap. Menurut Nuriasah haribuan,
bahwasannya upah adalah segala macam bentuk penghasilan yang diterima buruh
(tenaga kerja) baik berupa uang ataupun barang dalam jangka waktu tertentu pada
suatu kegiatan ekonomi.1 Menurut Benham, upah dapat didefinisikan dengan
“sejumlah uang yang dibayar oleh orang yang memberi pekerjaan kepada seorang
pekerja atas jasanya sesuai perjanjian.
Dari penjelasan di atas, pada dasarnya upah memiliki makna yang sama yaitu
timbal balik dari pengusaha kepada karyawan. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa upah merupakan hak yang harus diterima oleh tenaga kerja sebagai bentuk
imbalan atas pekerjaan mereka yang kesemuanya didasarkan atas perjanjian,
kesepakatan atau undang-undang yang ruang lingkupnya mencakup pada
kesejahteraan keluarganya.
2. Landasan Hukum Upah Perspektif Ekonomi Islam
Para ulama fiqih mengatakan bahwa yang menjadikan dasar-dasar hukum
ujrah adalah Al-Qur’an, Al-sunnah dan Ijma’.
a. Dasar hukum ujrah dalam Al-qur’an adalah:
1) Firman Allah, yang berbunyi
Jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka
berikanlah kepada mereka upahnya. (QS. At-talaq 65:6)
b. Dasar hukum ujrah dalam Al- sunnah
Dasar-dasar hukum ujrah menurut hadits nabi diantaranya:
ْ‫ج َو َر اِ ْحتَ ا ْع ِط ِج ْم‬
َ
‫أ‬
َ
‫(ال ُح َّجام هُ )رواه ا لبخا ر ى ومسلم‬
Artinya: “ Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya
kepada tukang bekam itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Umar r.a bahwasannya Nabi Muhammad SAW
bersabda Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”(H.R.
Ibnu Majalah dan Imam Thabrani)9
c. Dasar hukum ujrah dalam Ijma’
Mengenai disyariatkannya ijarah, para sahabat dan tabi’in, mereka
semua telah memperbolehkan hukum ijarah, selain itu pula ada yang
mengatakan bahwa Ijma’ ulama’ tentang perkara ijarah kembali kepada
nash Al-qur’an dan sunnah nabi yang suci, semua ulama sepakat dan tidak
seorang ulama’ pun yang membatah kesepakatan (ijma’) ini.10
Lebih jauh lagi, disyariatkannya ujrah karena manusia
membutuhkannya. Mereka membutuhkan rumah untuk tempat tinggal,
mereka membutuhkan binatang untuk dijadikan kendaraan dan angkutan.
Begitu juga manusia membutuhkan berbagai peralatan untuk digunakan dalam
kebutuhan hidup dan lain sebagainya. Semua itu bisa dijangkau
dengan memperoleh upah.
3. Syarat Pengupahan
Adapun syarat-syarat upah menurut Taqiyuddin an-Nabhani
memberikan kriteria sebagai berikut:
1) Upah hendaklah jelas dengan bukti dan ciri yang bisa menghilangkan
ketidakjelasan dan disebutkan besar dan bentuk upah.
2) Upah harus dibayarkan sesegera mungkin atau sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam akad.
3) Upah tersebut bisa dimanfaatkan oleh pekerja untuk
memenuhi kebutuhan kehidupannya dan keluarganya (baik dalam
bentuk uang, barang, atau jasa).
4) Upah yang diberikan harus sesuai dan berharga. Maksud dari sesuai
adalah sesuai dengan kesepakatan bersama, tidak dikurangi dan tidak
ditambahi. Upah harus sesuai dengan pekerjaan yang telah dikerjakan,
tidaklah tepat jika pekerjaan yang diberikan banyak dan beraneka
ragam jenisnya, sedangkan upah yang diberikan tidak seimbang.
Sedangkan berharga maksudnya adalah upah tersebut dapat diukur
dengan uang.
5) Upah yang diberikan majikan bisa dipastikan kehalalannya, artinya
barang-barang tersebut bukanlah barang curian, rampasan, penipuan
atau sejenisnya.
6) Barang pengganti upah yang diberikan tidak cacat, misalnya barang
pengganti tersebut adalah nasi dan lauk pauk, maka tidak boleh
diberikan yang sudah basi atau berbau kurang sedap.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai