Disusun oleh :
1. Desy liyana Malihah
2. Maisya Ulfah.
3. Sigit Andriansyach
4. Siti Aisah
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu agama.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis sadar bahwa masih
banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh kerena itu, penulis meminta kepada para
pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga
kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
B. Pengertian Muamalah........................................................................................................5
BAB III...........................................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................................9
A. Kesimpulan..........................................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam dengan perangkat ajarannya yang menempatkan Al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagai sumber hukum utamanya, telah hadir di muka bumi ini sebagai rahmatan lil
alamin. Kodifikasi ajaran Islam memuat semua dimensi kehidupan manusia, baik
hubungan secara vertikal (hubungan manusia dengan Allah) maupun hubungan secara
horisontal (hubungan manusia dengan manusia). Hubungan manusia dengan manusia
dalam Islam termasuk dalam kajian muamalah. Pengertian muamalah sendiri ialah aturan-
aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam
kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta benda. Pada dasarnya
segala kegiatan muamalah itu diperbolehkan hingga ada dalil yang melarangnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna dari لأللفاظ وال َمبَاني
ِ ِ ال ِعب َرةُ في العُقو ِد للمقا
صد و ال َمعانِي ال
2. Apa pengertian dari muamalah
3. Apa saja akad yang tidak dibenarkan karena kaidah niat
4. Bagaimana pandangan empat madzhab tentang kaidah muamalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu muamalah
2. Untuk mengetahui kaidah-kaidah muamalah menurut beberapa pandangan dari
empat madzhab
BAB II
4
PEMBAHASAN
Yang dijadikan pegangan dalam akad adalah maksud dan maknanya, bukan lafazh
dan susunan redaksinya. Ini termasuk bagian dari kaedah pertama, semua urusan
tergantung pada niatnya.
Contoh : Pemberian dengan syarat diganti (dibayar) termasuk akad bai’ (jual beli).
Seperti, apabila A berkata kepada B, “Saya berikan kuda ini dengan ganti seratus Dinar”
lalu pihak B mengatakan, “Saya terima”, maka akad seperti ini menjadi akad bai’ (jual
beli) sekalipun shighatnya dengan lafazh hibah (memberi).
B. Pengertian Muamalah
Pengertian muamalah menurut bahasa berasal dari kata ل هؼاهلةYY– يؼاهل – ػاه
secara arti kata mengandung arti "saling berbuat" atau berbuat secara timbal balik. Lebih
sederhana lagi berarti "hubungan antar orang dan orang". Mu'amalah secara etimologi
sama dan semakna dengan "al-mufa'alah" الوفاػلةyaitu saling berbuat, yang berarti
hubungan kepentingan antara seseorang dengan orang lain perlakuan atau tindakan
terhadap orang lain.
Kata muamalah adalah kata yang aktif atau kata kerja aktif yang harus
mempunyai pelaku dua orang atau lebih yang harus aktif yang berhubungan dengan
urusan dunia serta saling bertindak dan saling mengamalkan.
Pengertian muamalah menurut istilah syariat Islam ialah suatu kegiatan yang
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan tata cara hidup sesama umat manusia untuk
memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan yang termasuk dalam kegiatan
muamalah diantaranya adalah jual beli, sewa menyewa utang piutang, pinjam meminjam
dan lain sebagainya.
Tujuan dari muamalah itu sendiri adalah terciptanya hubungan yang harmonis
antara sesama manusia sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram, karena
5
didalam muamalah tersirat sifat tolong menolong yang dalam ajaran islam sangat
dianjurkan.
Menurut Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menilai ayat yang mulia ini mencakup
semua jenis bagi kemaslahatan para hamba, di dunia maupun akhirat, baik antara mereka
dengan sesama, ataupun dengan Rabbnya. Sebab seseorang tidak luput dari dua
kewajiban, yaitu kewajiban hablu minallah yakni hubungan terhadap Allah dan hablu
minannas kewajiban sebagai makhluk sosial terhadap sesamanya.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa muamalah mempunyai dua arti,
yaitu arti umum dan arti khusus. Dalam arti umum, muamalah mencakup semua jenis
hubungan antara manusia dengan manusia dalam segala bidang. Dengan demikian,
perkawinan juga termasuk dalam bidang muamalah, karena didalamnya diatur hubungan
antara manusia dengan manusia, yaitu suami istri. Dalam arti khusus, muamalah hanya
mencakup dengan harta benda.
6
dagangan wajib dizakati, sejak dia diniatkan untuk dijual. Jika barang tidak ada
keinginn untuk dijual, tidak wajib dizakati.
Misalnya, orang beli rumah untuk dihuni, maka rumah ini tidak wajib dizakati.
Berbeda dengan orang yang beli rumah dengan rencana, akan dijual lagi jika laku
lebih tinggi. Maka jika memenuhi haul, rumah ini wajib dizakati.
2. Jual beli benda yang berpotensi untuk digunakan maksiat
Seperti pisau untuk membunuh, racu tikus untuk meracuni orang, lem aibon untuk
bikin teller, dst.
Jika penjual tidak tahu, barang yang dia jual akan digunakan pembeli untuk maksiat
maka jual belinya halal. Dan jika penjual tahu, barang yang dia jual akan digunakan
pembeli untuk maksiat maka jual belinya tidak sah.
Ibnu Qudamah mengatakan,
وال بيع السالح في الفتنة،وال يصح بيع العصير ممن يتخذه خمرًا
Tidak sah jual beli anggur kepada orang yang mau menjadikannya menjadi khamr,
dan tidak boleh menjual senjata di masa fitnah (perang). (al-Muqni’, 2/20).
Ketika penjual tahu keinginan pembeli, maka dia dianggap membantu pembeli
untuk melakukan pelanggaran. Sehingga niat pembeli menentukan keabsahan jual
beli.
3. Orang yang meletakkan barang di tempat orang lain ada bbeberapa kemungkinan.
Bisa karena dia ingin memberi sedekah atau hadiah. Atau ditaruh sebatas
dititipkan, karena dia buru-buru sehingga tidak sempat meninggalkan pesan.Yang
menentukan adalah niat dari orang yang meletakkannya.
4. Menemukan barang hilang (luqathah)
Orang yang mengambil barang hilang dengan niat untuk dimiliki pribadi maka
statusnya ghasab (menguasai harta orang lain tanpa izin). Sehingga ketika barang
hilang atau rusak, dia wajib ganti rugi.
Sementara orang yang mengambil barang hilang dengan niat untuk diumumkan
dan dikembalikan ke pemilik maka statusnya orang yang amanah. Sehingga jika
barang hilang atau rusak, dia tidak wajib ganti rugi.
Dalam Pelanggaran yang Disengaja, Niat Tidak Diperhitungkan
7
Orang yang korupsi, mencuri, untuk disedekahkan, niat baiknya tidak
diperhitungkan.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ص َدقَةٌ ِم ْن ُغلُو ٍل ٍ صالَةٌ بِ َغي ِْر طُه
َ َُور َوال َ الَ تُ ْقبَ ُل
Shalat tanpa bersuci tidak akan terima, demikian pula sedekah dari hasil
korupsi. (HR. Muslim 557 & Imam)
Menyembunyikan harta orang lain untuk main-main
Dari as-Saib bin Yazid dari ayahnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الَ يَأْ ُخ َذ َّن أَ َح ُد ُك ْم َمتَا َع أَ ِخي ِه الَ ِعبًا َوالَ َجا ًّدا
Jangan sekali-kali kalian mengambil harta saudaranya (sesama muslim) baik
serius maupun main-main. (HR. Ahmad 18425, Abu Daud 5005, dan dishahihkan al-
Albani).
2) Menurut ulama syafi’iyah bahwa jual beli tidak sah kecuali dilakukan dengan
sighah yang berupa ucapan tertentu atau cara lain yang dapat menggantikan
ucapan,seperti jual beli dengan tulisan,utusan orang atau dengan isyarat tunawicara
yang dapat dimengerti (dipahami maksudnya).Ijab qabul dengan tulisan(surat
dianggap sah jika kedua belah pihak yang berakad berada di tempat yang saling
berjauhan satu sama lain atau pihak yang berakad tidak dapat berbicara.Akan tetapi
apabila penjual dan pembeli berada dalam satu majelis akad dan tidak ada halangan
untuk melakukan akad dengan ucapan,maka akad tersebut tidak syah jika tidak
dipenuhi dengan syarat transaksi jual beli selain dengan kata-kata.
8
3) Menurut ulama Syafi’iyah dan hanabilah,syarat ijab qabul adalah adanya
kesinambungan antara keduanya dalam satu majlis akad tanpa adanya pemisah yang
merusak akad.
4) Menurut ulama malikiyah,keterpisahan antara ijab dan qabul tidak akan merusak
akad jual beli selama hal tersebut terjadi menurut kebiasaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fiqih Mumalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang
berdasarkan hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya
yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci. Ruang lingkup fiqih muamalah adalh
seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan hukum-hukum islam yang
berupaperaturan-peraturan yang berisi perintah atau larangan seperti wajib, sunnah,
haram, makruh dan mubah. hukum-hukum fiqih terdiri dari hokum hukum yang
menyangkut urusan ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertical antara manusia
dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya.
B. Saran
Demikian makalah sederhana ini kami susun. Tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, untuk itu penulis berharap untuk memberikan saran dan kritik kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya bagi pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://www.oaseimani.com/kaidah-fiqhiyyah.html
http://repository.uin-suska.ac.id/18524/8/8.%20BAB%20III__2018564MUA.pdf
https://pengusahamuslim.com/4997-kaidah-dalam-fiqh-jual-beli-bagian-07-pengaruh-niat-
dalam-muamalah.html
https://syams-uddinddi.blogspot.com/2014/11/makalah-muamalah-menurut-imam-
mazhab.html
10