Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AL-ISLAM

KEMUHAMMADIYAHAN

“HUBUNGAN IBADAH, AKHLAK DAN MUAMALAH”

Dosen Pengampu : Budi Setyono, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

1. Rizki Ari Mahendra ( C2A022500 )

2. Zidan Satria Wijaya ( C2A022506 )

3. Muhammad Rifqi Muafa ( C2A022520 )

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022/2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I . PENDAHULUAN .....................................................................................3

A. LATAR BELAKANG .................................................................................3


B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................3
C. TUJUAN ......................................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................5

A. Pengertian Ibadah, Muamalah dan Akhlak .................................................5


B. Hubungan Antara Ibadah, Muamalah dan Ahklak .......................................7
C. Ibadah,Akhlak dan mualah serta implikasinya dan kehidupan ....................8

BAB III PENUTUP ..............................................................................................12

A. KESIMPULAN ......................................................................................... 12
B. SARAN ......................................................................................................12
C. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... …13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan
agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal
pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang
dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan
kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi
pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.

Menurut Fazlur Rahman secara eksplisit dasar ajaran Alquran adalah moral
yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan social, dapat
dilihat misalnya pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan
peningkatan keimanan, ketaqwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia.
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling
utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta.

3
B. Rumusan Masalah

Apa pengertian dari Ibadah, Muamalah dan akhlak?


Bagaimana hubungan antara Ibadah, Muamalah dan akhlak ?
Bagaimana Implikasinya Ibadah, Muamalah Serta akhlak dalam Kehidupan sehari-
hari?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah adalah memberikan penjelasan mengenai hubungan


antara Aqidah, ibadah, muamalah dan Ahlak serta implementasinya dalam
kehidupan sehari-hari selain itu juga untuk memenuhi tugas kajian tematik islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah, Muamalah dan Akhlak

1. Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.

Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan
Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya
Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
[Adz-Dzaariyaat : 56-58].

2. Pengertian Muamalah

Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang
berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-
kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku,

5
yang satu terhadap yang lain saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga
kedua pelaku tersebut saling menderita dari satu terhadap yang lainnya.

Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan
dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian
muamlah;

Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang


berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli,
perdagangan, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek,
menyatakan muamalah adalah peraturan-peraturan mengenai tiap yang
berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai
kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan
dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan
dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk
bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka.

Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah
adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal
tukar menukar maupun dalam hal utang piutang.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah Ayat 280 yang berbunyi

Artinya : Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

3.Pengertian Akhlak

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan


“akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang
menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti
kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang
berarti yang diciptakan.

6
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang
mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata –
mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang
sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang
menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.

Allah SWT berfirman Surah Al-Maidah, ayat 8

Artinya“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang


selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlakutidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua
yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam
diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna,
mana yang cantik dan mana yang buruk.

B. Hubungan Antara Ibadah, Muamalah dan Ahklak

Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak “Dasar pendidikan akhlak bagi seorang
muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, Karena akhlak
tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah
dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula
sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.

7
ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan
manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik
seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik
dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan
muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila seseorang telah
memiliki akhlak yang baik.

Contohnya :

Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang berjanji maka harus ditepati. Jika
orang menepati janji maka seseorang telah menjalankan aqidahnya dengan baik.
Dengan menepati janji seseorang juga telah melakukan ibadah. Pada dasarnya
setiap perbuatan yang dilakukan manusia arus didasari denga aqidah yang baik.

Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh
perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam
kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan
ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari allah.

Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah. Jujur
dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang
berhubungan dengan aqidah. Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah tersebut
maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik. Sehingga orang akan takut dalam
melakukan perbuatan dosa.

C. Ibadah, ahklak dan Muamalah Serta Implikasinya dalam Kehidupan

a. Ibadah dan Muamalah

Syari’ah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasulnya yang
merupakan jalan atau pedoman hidup manusia dalam melakukan hubungan vertical
kepada Pencipta, Allah SWT, dan juga kepada sesama manusia.

8
Ada dua pendekatan dalam mendefinisikan Syari’ah, yaitu antara lain:

Dari segi tujuan, Syari’ah memiliki pengertian ajaran yang menjaga kehormatan
manusia sebagai makhluk termulia dengan memelihara atau menjamin lima hal
penting, yaitu:

1. Menjamin kebebasan beragama (Berketuhanan Yang Maha Esa)


2. Menjamin kehiupan yang layak (memelihara jiwa)
3. Menjamin kelangsungan hidup keluarga (menjaga keturunan)

Tiga hal pemeliharaan itu akan menjadi ukuran dari lima hukum Islam, seperti
wajib, sunnat, haram, makruh, dan mubah.

Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan selain ibadah.

Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, yaitu
harus ada contoh (tatacara dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Konsep
ibadah ini berdasarkan kepada mamnu’ (dilarang atau haram). Ibadah ini antara lain
meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah mu’amalah (hubungan
kita dengan sesame manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti
makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi,
berlandaskan pada prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari
Allah dan Rasul-Nya.

Berkaitan dengan hal di atas (mu’amalah), Nabi Muhammad SAW mengatakan:

“Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya. Tapi, dalam
urusan dunia Anda, (teknis mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda.”

Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada suruhan atau contoh tata
cara, atau aturan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Apabila hal itu tidak
ada, maka tindakan yang kita lakukan dalam ibadah itu akan jatuh kepada bid’ah,
dan setiap perbuatan bid’ah adalah dhalalah (sesat). Sebaliknya dalam mu’amalah
yang harus dan penting untuk diketahui adalah apakah ada larangan tegas dari Allah
dan Rasul-Nya, karena apabila tidak ada, hal tersebut boleh saja dilakukan.

9
Dalam hal ini, Dr. Kaelany juga menjelaskan adanya dua prinsip yang perlu kita
perhatikan, yaitu:

Pertama: Manusia dilarang “menciptakan agama, termasuk system ibadah dan tata
caranya, karena masalah agama dan ibadah adalah hak mutlak Allah dan para
Rasul-Nya yang ditugasi menyampaikan agama itu kepada masyarakat. Maka
menciptakan agama dan ibadah adalah bid’ah. Sedang setiap bid’ah adalah sesat.

Kedua: Adanya kebebasan dasar dalam menempuh hidup ini, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan masalah mu’amalah, seperti pergaulan hidup dan kehidupan
dalam masyarakat dan lingkungan, yang dikaruniakan Allah kepada umat manusia
(Bani Adam) dengan batasan atau larangan tertentu yang harus dijaga. Sebaliknya
melarang sesuatu yang tidak dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya adalah bid’ah.

Dalam menjalankan keseharian, penting bagi kita untuk mengingat dua prinsip di
atas. Ibadah tidak dapat dilakukan dengan sekehendak hati kita karena semua
ketentuan dan aturan telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta contoh
dan tatacaranya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. Melakukan
sesuatu dalam ibadah, yang tidak ada disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah
berarti melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT, dan ini
sungguh merupakan perbuatan yang sesat.

b. Akhlak dalam Keluarga

Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling
membutuhkan, saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri
dan kepercayaan pada diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua
untuk membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan
baik.

Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan
hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling
menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua
berprilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada
tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lainnya. Sikap orang tua lebih
banyak pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai

10
rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak
harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya,
sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati
sesuai dengan ajaran agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga
sangat menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak
pertama kali menerima sejumlah nilai pendidikan.

Tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua dirasakan oleh
anak dan akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri untuk berperilaku. Nilai
moral yang ditanamkan sebagai landasan utama bagi anak pertama kali diterimanya
dari orang tua, dan juga tidak kalah pentingnya komunikasi dialogis sangat
diperlukan oleh anak untuk memahami berbagai persoalan-persoalan yang tentunya
dalam tingkatan rasional, yang dapat melahirkan kesadaran diri untuk senantiasa
berprilaku taat terhadap nilai moral dan agama yang sudah digariskan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :

1. Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.


Sedangkan menurut syara’ (terminology) Ibadah adalah sebutan yang
mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik
berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
2. Muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan urusan
dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain
sebagainya
3. Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi,
perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya
“Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat.

B. Saran

Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan maka penulis memberikan saran


yakni Al Quran dan sunah merupakan dua pegangan, tuntunan dan pedoman hidup
serta sebagai sumber utama bagi umat islam untuk dijadikan sebagai panduan
analisis dalam mengkaji setiap persoalan yang muncul dalam kehidupan. Oleh
karena itu penting kiranya bagi umat islam untuk terus berpegang teguh pada Al
quran dan As sunah serta untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam
Al quran dan As sunah. Dan dengan Al quran dan As sunah juga dapat memperkuat
Ibadah, Muamalah dan Akhlak umat manusia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari,. 2007. Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal
Jama’ah. Pustaka Imam Syafi’i.

H.A Djazuli &Yadi janwari, 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian


Umat. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Muhammad, 2007. Aspek Hukum dalam Muamalat.Yogyakarta: Graha ilmu.

Kaelany HD, 2009. Islam Agama Universa. Jakarta: Midada Rahma Press.

Rahmat, Jalaludin, 2007. Dahulukan Akhlak diatas Fiqih.Bandung: PT. Mizan


Utama.

Salih bin fauzan bin Abdullah Al Fauzan,2000. Kitab Tauhid I . Jakarta :


Yayasan Al- Sofwa.

13

Anda mungkin juga menyukai