(‘ARIYAH)
Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqh
Muamalah
Dosen Pengampu : Abdul Kadir, M.Ag
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala limpahan rahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayah-Nya,
sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah . Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugasfiqh muamalah I.
Kami mohon maaf atas kesalahan serta kekhilafan yang kami perbuat baik
sengaja maupun tidak sengaja dan kami mengharapkan kritik dan saran demi
menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan dapat berguna semaksimal
mungkin.
Hormat kami
Penulis
PINJAM MEMINJAM....................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian ‘Ariyah.................................................................................................3
B. Dasar Hukum ‘Ariyah............................................................................................3
C. Rukun dan syarat‘Ariyah........................................................................................6
D. Macam-macam ‘Ariyah..........................................................................................7
E. Pembayaran Pinjaman dan Tanggung Jawab Peminjam.........................................8
F. Meminjam Pinjaman dan Menyewakannya..........................................................12
G. Tata Krama Berwenang........................................................................................12
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
ii | P i n j a m M e m i n j a m ( A r i y a h )
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beranjak dari hal tersebut maka munculah akad-akad baik yang berasal
dari Rasulullah maupun ijma’ para ulama untuk mengatasi hal yang dilarang
oleh agama islam. Dimana akad-akad tersebut bertujuan untuk kemaslahatan
umat,saling tolong menolongdan yang paling penting adalah menghindari
larangan yang ditetapkan oleh Allah SWT.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud ‘Ariyah?
2. Apa dasar hukum ‘Ariyah?
3. Apakah rukun dan syarat ‘Ariyah?
4. Sebutkan macam-macam dan batasan‘Ariyah!
5. Bagaimana Pembayaran pinjaman dan tanggung jawab peminjam?
6. Bagaimana hukumnya meminjam pinjaman dan menyewakan?
7. Bagaimana tata krama berutang?
PEMBAHASAN
A. Pengertian ‘Ariyah
Secara etimologi ‘Ariyah adalah al’ariyah diambil dari kata ‘aara
yang berarti datang dan pergi. Menurut sebagian pendapat,’ariyah berasal
dari kata at-ta’awur yang sama artinya dengan “saling menukar dan
mengganti” yakni tradisi pinjam meminjam.
M.A Tihani mengemukakan bahwa ‘ariyah ialah kebolehan
mengambil manfaat sesaat terhadap sesuatu yang diizinkan untuk diambil
manfaatnya,sedangkan sesuatu benda yang diambil manfaatnya itu tetap
utuh keadaannya atau wujud sesuatu itu memang dapat dikembalikan
kecuali sesuatu yang tidak bisa dikembalikan akibat diambil manfaatnya
itu.1
Jadi,yang dimaksud dengan ‘ariyah adalah memberikan manfaat
suatu barang dari seseorang kepada orang lain secara Cuma-Cuma
(gratis).Bila digantikan dengan sesuatu atau ada imbalannya maka yang
demikian itu tidak dapat disebut ‘ariyah.
وتعاونواعلى البروالتقو
ويمنعون الماعون
1
MA. Tihani,Kamus Istilah-Istilah dalam Studi Keislaman menurut Syaikh Muhammad Nawawi
al Bantani,(Serang:Suhu Sentra Utama,2003),hlm 7-8
,اaف بظلفهaؤه ذات الظلaاع قرقرتطaة بقaوم القيامaaا يaد لهaا اال أقعaمامن صاحب ابل والغنم اليؤدي حقه
:الaaا؟ قaa ماحقه,ول هللاaaا رسaa ي: قلنا. جماءوال مكسورة القرنa ليس فيها يومئذ,وتنطحه ذات القرن بقرنها
اطراق فحلها واعارة دلوها ومنيحتها وحلبها على الماء وحمل عليها في سبيل هللا.
“Pemilik unta, atau pemilik sapi, atau pemilik kambing yang tidak
menunaikan hak hewannya, niscaya ia akan didudukkan pada hari kiamat
di sebuah lapangan yang luas, kemudian ia diinjak-injak dan ditanduk
dengan hewan tersebut; dimana pada hari itu tidak seekor binatang pun
yang tidak bertanduk dan tanduknya pecah
(patah).”(mendengarhaltersebut,) maka kami (parasahabat) bertanya,
“Wahai Rasulullah, apakah hak dari hewan-hewanitu?” Rasulullah
menjawab, “Hak dari hewan-hewan itu adalah hewan jantan dipinjamkan
untuk dikawinkan dengan hewan betina, meminjamkan timbanya,
meminjamkan hewan itu untuk dimanfaatkan, menggiringnya ketempat
pengambilan air serta dinaiki dijalan Allah”.
Hukum ariyah ialah disunnahkan, hal itu berdasarkan firman Allah,
2
Sohari Sahrani,Fikih Muamalah,Bogor:Ghalia Indonesia,2011,hlm 141
3
Sohari Sahrani,Fikih Muamalah,Bogor:Ghalia Indonesia,2011,hlm 141
D. Macam-macam ‘Ariyah
1. Ariyah mutlak
2. Ariyah muqayyad
4
Syafe’i Rachmat,fiqh muamalah,Bandung: Pustaka Setia,2001,hlm.144-145.
5
Ibnu Abidin, Radd al-Muchtar ‘ala ad Durr al-Muchtar, jilid IV,hlm.527.
6
Imam al-Kasani, al-Bada’I’u ash-Shana’I’u, jilid VI, hlm.218.
7
Ibnu Qudamah, al-Mugni, (ar-Riyadh: Maktabah ar-Roiyadh al Haditsah, tt.) jilid V, hlm. 312.
10 | P i n j a m M e m i n j a m ( A r i y a h )
mengatakan bahwa “al-Ariyah itu dikenakan ganti rugi” (HR. Abu Daud
dan Ahmad). Akan tetapi apabila kerusakan itu terjadi dalam batasan
pemanfaatan yang diizinkan pemilikannya, maka peminjam itu tidak
dikenakan ganti rugi.
Ulama’ Malikiyah menyatakan bahwa apabila barang yang di
pinjamkan itu dapat disembunyikan seperti pakaian, cincin, kalung dan
jam tangan, lalu peminjam mengatakan bahwa barang itu hilang atau
hancur, sedangkan ia tidak dapat membuktikannya, ia tidak dapat
membuktikannya, ia tidak dikenakan ganti rugi. Selanjtnya, apabila
barang yang dipinjam itu termasuk jenis yang tidak dapat disembunyikan
seperti rumah, tanah, dan kendaraan, kemudian barang itu rusak ketika
dimanfaatkan maka tidak dikenakan ganti rugi atau kerusakan itu. 8 Alasan
mereka adalah sabda Rasulullah saw. Sebagai berikut :
)ليس على المستعير غير المحل ضما ن (رواه ابو داود والحا كم
“ Pihak peminjam yang tidak bersifat khianat tidak dikenakan ganti
rugi”. (Hdis riwayat Abu Dawud dan Hakim).
1. Mu’ir mensyaratkan Peminjam Harus Bertanggung Jawab
Ulama’ Hanafiyah berpendapat, jika mu’ir memberikan syarat
adanya tanggungan kepada peminjam, syarat tersebut batal. Begitu
juga pada penitipan. Hal itu mensyaratkan tidak ada tanggung jawab
pada sewa menyewa sebab persyaratan tersebut mengubah inti akad.
Menurut Ilama’ Malkiyah, jika Mu’ir mensyaratkan peminjam
untuk bertanggung jawab kepada sesuatu yang bukan pada tempatnya,
pemijam tidak menanggungnnya. Hanya saja ia harus memberikan
bayaran atas pemakaian barang yang dipinjamnya sesuai dengan
nilainya. Akad pun berubah menjadi sewa menyewa fasid (rusak), jika
mu’ir tidak rela meminjamkannya, kecuali pinjam bersedia untuk
menanggungnya.9
Ulama’ Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat, jika peminjam
mensyaratkan ariyah sebagai amanat bukan tanggungan, tanggungan
tidak gugur dan syarat batal, sebab setiap akad mengharuskan adanya
8
Ad-Dardir, asy-Syarh al-Kabir, (Beirut: Dar al-Fikr,tt.), jilid IV, hlm. 439.
9
Ibn Qudamah, hlm. 218.
11 | P i n j a m M e m i n j a m ( A r i y a h )
tanggungan tidak dapat diubah dengan syarat, seperti penyerahan atau
pemahaman barang pada jual-beli, baik jual beli sahih maupun fasid.10
F. Meminjam Pinjaman dan Menyewakannya
Abu Hanifah dan Malik berpendapat, bahwa peminjam boleh
meminjamkan benda-benda pinjaman kepada orang lain, sekalipun
pemiliknya belum mengizinkan jika penggunaannya untuk hal-hal yang
tidak berlainan dengan tujuan pemakaian pinjaman. Menurut Madzab
Hanbali, peminjam boleh memanfaatkan barang pinjaman atau siapa saja
yang menggantikan statusnya selama peminjaman berlangsung, kecuali
jika barang tersebut disewakan. Menurut Hanbaliyah, haram hukumnya
menyewakan barang pinjaman tanpa seizin pemilik barang.
Jika peminjam suatu benda meminjamkan benda pinjaman tersebut
kepada orang lain, kemudian rusak ditangan kedua, maka pemilik berhak
meminta jaminan kepada salah seorang diantara keduanya. Dalam keadaan
seperti ini, lebih baik pemilik barang meminta jaminan kepada pihak
kedua karena dialah yang memegang ketika barang rusak.11
10
Abu Ishaq Asy-Syiraza, Al-Muhadzadzab, juz II, hlm. 302.
11
Sohari Sahrani,Fikih Muamalah,Bogor:Ghalia Indonesia,2011,hlm 144
12 | P i n j a m M e m i n j a m ( A r i y a h )
3. Pihak berpiutang hendaknya berniat memberikan pertolongan
kepada pihak berutang. Bila yang meminjam tidak mampu
mengembalikannya maka yang berpiutang hendaknya memberikan
tenggang waktu yang lama atau kalau perlu dapat
membebaskannya.
4. Pihak yang berutang bila sudah mampu membayar pinjaman
hendaknya dipercepat pembayaran utangnya, karena bila lalai
dalam membayar pinjaman berarti berbuat zalim.12
12
Hendi Suhendi,Op.cit,hlm. 97-98
13 | P i n j a m M e m i n j a m ( A r i y a h )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
‘Ariyah diambil dari kata ‘Aara yang berarti dating dan pergi. Menurut
sebagian pemdapat Ariyah berasal dari kata At Ta’aawuru yang sama artinya
sama dengan At Tanaawulu au At Tanaasubu yang berarti saling menukar
dan mengganti dalam konteks tradisi pinjam meminjam. Menurut hanafiyah
ariyah adalah memiliki manfaat secara Cuma Cuma. Menurut malikiyah
ariyah adalah memiliki manfaat dalam waktu tertentu tanpa imbalan. Adapun
rukun ’äriyah menurut Jumhur ulama ada empat, yaitu :1)Orang yang
meminjamkan atau Mu’ir.2)Orang yang meminjam atau Musta’ír.3)Barang
yang dipinjam atau Mu’ar.4)Lafal atau sighat pinjaman atau sighat ’ariyah.
Adapun syarat-syarat ‘ariyah sebagai berikut :a)Orang yang meminjam itu
ialah orang yang telah berakal b) Barang bukan jenis barang yang bersifat
sementara.c)Barang harus secara langsung dapat dikuasai oleh peminjam.d)
Manfaat barang yang dipinjam itu termasuk manfaat yang mubah. Asal
hukum pinjam meminjam sesuatu itu sunah, seperti tolong-menolong dengan
yang lain. Kadang-kadang menjadi wajib, seperti meminjamkan kain kepada
orang yang terpaksa dan meminjamkan pakaian untuk menyembelih
binatang yang hampir mati. Juga kadang-kadang haram, kalau yang dipinjam
itu akan dipergunakan untuk sesuatu yang haram. Disepakati oleh
ulama’Fiqh bahwa Ariyah itu bersifat tolong menolong akan tetapi mengenai
masalah apakah aqad ariyah itu bersifat amanah di tangan peminjam
sehingga ia tidak boleh di tuntut ganti rugi setelah barang itu rusak, terdapat
perbedaan pendapat di antara mereka. Ditinjau dari kewenangannya, akad
pinjaman meminjam (‘ariyah) pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua
macam :
1. ‘Ariyah Muqayyadah
Yaitu bentuk pinjam meminjam barang yang bersifat terikat dengan batasan
tertentu. Misalnya peminjaman barang yang dibatasi pada tempat dan jangka
waktu tertentu. 2. ‘Ariyah Mutlaqah
14 | P i n j a m M e m i n j a m ( A r i y a h )
Yaitu bentuk pinjam meminjam barang yang bersifat tidak dibatasi. Melalui
akad ‘ariyah ini, peminjam diberi kebebasan untuk memanfaatkan barang
pinjaman, meskipun tanpa ada pembatasan tertentu dari pemiliknya.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
kekurangan dalam menyampaikan isi tentang judul yang kami ambil,
untuk itu penulis sangat mengharapkan partisipasi pembaca berupa saran
serta kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
15 | P i n j a m M e m i n j a m ( A r i y a h )
DAFTAR PUSTAKA
16 | P i n j a m M e m i n j a m ( A r i y a h )