Anda di halaman 1dari 25

A DEFINISI

Kehidupan Manusia tidak dapat terhindar dari mengekspresikan dirinya dengan akhlak dan
tingkah laku kepada orang lain di masyarakat. Untuk menjadi seseorang yang ideal di
masyarakat, kita diharuskan untuk memiliki budi pekerti yang mulia, salah satunya adalah
bersifat jujur dan adil kepada siapapun atau apapun yang kita hadapi di lingkungan kita.

Kejujuran merupakan kata berimbuhan yang berasal dari kata Jujur Dalam Kamus Bahasa
Indonesia dikatakan bahwa jujur berarti sikap yang lurus hati; tidak berbohong; tidak curang
dalam sebuah permainan. Sedangkan kejujuran sendiri diartikan sebagai sebuah ketulusan
hati dari seseorang untuk bersikap atau berkata apa adanya.

Tidak jauh berbeda dengan definisi yang ada dalam bahasa indonesia. Dalam bahasa Arab
kata kejujuran disimbolkan dengan kata ash-shidq. Selain menggambarkan kejujuran, kata
tersebut juga dapat diartikan sebagai kebenaran; ketulusan; kesungguhan; kenyataan;
dll.245Dari arti kata tersebut dapat kita ketahui bahwa jujur merupakan bentuk sifat terpuji
yang mengedepankan kejujuran dan kebenaran. Sifat ini dapat diketahui dengan sinkronnya
perkataan dan perbuatan. Mereka yang bersifat jujur, biasanya memiliki perkataan yang
selaras dan dapat dibuktikan dengan perilaku real yang ia praktekkan.

Keadilan berasal dari kata Adil. Secara bahasa adil diartikan sebagai sesuatu yang sama berat;
tidak berat sebelah; tidak memihak dalam memberikan keputusan; dan juga dapat diartikan
sebagai kondisi yang berpegang kepada kebenaran. Sedangkan keadilan dalam bahasa
dikatakan sebagai sifat, perbuatan maupun tingkah laku yang mencerminkan adil tersebut.

Secara bahasa adil juga merupakan kata serapan dari bahasa arab al-'adl, sehingga tidak ada
perbedaan yang menonjol antara keduanya. Kata ini pun pada mulanya diartikan dengan
makna sama. Persamaan yang sering dikaitkan dengan hal ini merupakan persamaan yang
bersifat non-materi. Dan inti dari peramaan itulah yang menjadikan pelakunya tidak berpihak,
dan berpihak kepada yang benar serta bersikap adil. Karena baik yang benar maupun yang
salah keduanya harus memperoleh hak yang sama. Yang kemudian dari sikap tersebut, ia
akan menjadi seorang yang selalu melakukan sesuatu yang patut dilakukan dan tidak
bertindak sewenang-wenang.

B. KEJUJURAN DAN KEADILAN DALAM AL-QUR'AN

1. Kejujuran
Anjuran untuk berlaku jujur cukup banyak disebutkan dalam Al-Quran. Diantaranya pada
Surat at-Taubah yang menganjurkan kita untuk berlaku jujur dengan perkataan dan
perbuatan. Dengannya kita harus berkata sesuai dengan yang sesungguhnya berlandaskan
takwa. (At-Taubah[9]: 119)

َ‫يَا اَيُّهَاالَّ ِذ ۡينَ ٓا َمنُ ۡوااتَّقُ ۡواهّٰللا َ َو ُك ۡونُ ۡوا َم َع الصَّا ِدقِ ۡين‬

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar".

Tidak semua orang sanggup untuk berlaku jujur dalam setiap tingkah laku mereka, hanya
mereka yang telah terbiasa dengan kejujuran dan bersama orang-orang yang jujurlah yang
sanggup untuk istiqamah dalam kejujuran. Hal itu merupakan sebuah kebaikan bagi setiap
orang yang melakukannya, sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut: (Muhammad [47] :
21)

ۡ َ‫ص َدقُ ۡواﷲَ لَ َكان‬


ۡ‫خَيرًا لَهُم‬ َ ‫فَلَ ۡو‬

”Tetapi jika mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu le lebih baik
bagi mereka".

Sikap jujur, dapat dikatakan sebagai fadhilah yang menentukan status dan kemajuan perseorangan
maupun masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu kemaslahatan dalam hubungan
antara manusia secara individu maupun kelompok.

Secara individu dampak dari sifat jujur dapat menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang
merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa senang dan
percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Dengan demikian dampaknya pasti berimbas kepada
kelompok yang menjadi domisili para individu yang memiliki kejujuran tingkah laku tersebut.
Sebagaimana firman Allah pada Surat Az-Zumar dan AlAhzab, sifat ini tidak dapat dimiliki dan
dilaksanakan secara sempurna oleh orang yang tidak kukuh imannya. Para orang beriman dan
bertakwa, dengan dorongan iman dan taqwanya biasa merasakan bahwa dirinya wajib untuk selalu
berbuat dan bersikap benar serta jujur. Hal ini merupakan sebuah tarikan benang lurus yang
mewajibkan kepada para orang beriman untuk bertakwa dan dengan bertakwa tersebut, ia pun
diharuskan untuk berlaku jujur. (Az-Zumar [39] : 33) & (Al-Ahzab [33]: 70)

َ‫ك هُ ُم ۡال ُمتَّقُ ۡون‬


َ ‫ق بِ ِه ُأولَِئ‬
َ ‫ص َد‬ ِ ‫َوالَّ ِذي َجا َء بِالص ِّۡد‬
َ ‫ق َو‬
“dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-
orang yang bertakwa”.
‫يَا أيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٓا َمنُ ۡوا اتَّقُ ۡوااﷲَ َو قُ ۡولُ ۡوا قَ ۡواًل َس ِد ۡيدًا‬
'Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang
benar”.
2. Keadilan
a.makna keadilan
Dalam Al-Quran kata adil dapat kita temukan dengan kata-kata al-'adl, al-qisth, al-mizan. Keadilan
biasanya dilawankan malamnya dengan kata kezaliman, walaupun pengertian keadilan tidak selalu
menjadi antonim kezaliman. 'Adl, yang berarti "sama" biasa digunakan pada hal yang berkesan
adanya dua pihak atau lebih untuk mewujudkan adanya sebuah persamaan. Sehingga manusia dituntut
untuk memberikan keadilan kepada para pihak yang bersangkutan.(QS Al-Nahl [16]: 90)
‫ِإ َّن اﷲَيَ ۡأ ُم ُر بِ ۡال َع ۡد ِل َواِإۡل ۡح َسا ِن‬
"Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan)".
Qisth awal maknanya berarti ”bagian" yang _wajar dan patut. Hal ini tidak harus mewujudkan
terwujudnya sebuah persamaan, karena bagian dapat diperoleh oleh satu pihak tanpa adanya pihak
lain. Makna ini juga menjadikan qisth sebagai sebuah kata yang menginterpretasikan keadilan dalam
artisan yang lebih umum daripada 'adl. Meski demikian, Allah tetap mendorong kita untuk tetap
berlaku adil (qisth). (QS Al-A'raf (7):29)
‫قُ ۡل َأ َم َر َربِّي بِ ۡالقِ ۡس ِط‬
"Katakanlah, Tuhanku memerintahkan menjalankan alqisth (keadilan)"

Mizan berasal dari akar kata wazn yang berarti timbangan… Mizan memang sebuah alat untuk
menimbang, namun ia dapat digunakan sebagai neraca yang menunjukkan sebuah keadilan. Karena
biasanya penggunaan dan hasil dari sebuah timbangan memiliki hubungan untuk menentukan makna
dari hasil penggunaan tersebut yang berbuah suatu keadilan.251 (QS AlRahman [55]: 7-8).

ِ ‫(َأاَّل ت َۡطغ َۡوا فِي ۡال ِم ۡي َز‬٧) َ‫ض َعهَا ۡال ِم ۡي َزان‬
٨)‫ان‬ َ ‫َوال َّس َما َء َرفَ َعهَا• َو َو‬
"Dan langit ditinggikan-Nya dan Dia meletakkan neraca (keadilan) agar kamu tidak melampaui batas
tentang neraca itu”.
Dan ketiga kata tersebut; 'adl, qisth dan mizan, pada berbagai bentuknya digunakan oleh Al-Quran
dalam konteks perintah kepada manusia untuk berlaku adil. Banyak ayat yang menganjurkan kita
untuk mengaplikasikan keadilan dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebagai contoh, Firman Allah
dalam sur Al-Nisa' (4): 135,

َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ ِب ْالقِ ْس ِط ُشهَدَا َء هَّلِل ِ َولَوْ َعلَ ٰى َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ِو ْال َوالِ َد ْي ِن َواَأْل ْق َربِين‬
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri”
Meskipun demikian, Al-Quran membicarakan keadilan dalam berbagai masalah yang berbeda,
terkadang keadilan dibicarakan untuk menentukan proses penetapan hukum, memutuskan perkara
pada mereka yang berselisih satu sama lain, atau bahkan menuntut seseorang untuk berlaku adil
terhadap diri sendiri, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sebagaimana dinyatakan pada kedua
ayat berikut: (QS Al-An'am [6]: 152).
‫َوِإ َذا قُ ْلتُ ْم فَا ْع ِدلُوا َولَوْ َكانَ َذا قُرْ بَ ٰى‬
“Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil walaupun terhadap kerabat...! ”
Imam al-Razi dalam tafsirnya Mafatih al-Ghaib berkenaan dengan ayat tersebut, beliau mengatakan
bahwa salah satu hal yang sederhana yang telah diwajibkan kepada seluruh hambanya adalah
menunaikan amanah, tetapi para mufassir menurut alRazi menafsirkan ayat tersebut dengan perintah
untuk bersaksi dengan benar meskipun kesaksiannya utuk saudara kerabatnya. Tetapi beliau menukil
pendapat dari salah satu ulama, bahwa ayat tersebut berlaku perkataan secara umum. Termasuk
ucapan seorang Da'I dalam menyeru amar ma'ruf nahi mungkar, tidak boleh ditambah dan dikurangi
baik dalil yang disampaikan maupun riwayat hadis yang dijadikan pijakan, begitu juga cerita-cerita
yang disampaikan haruslah benar. Termasuk didalamnya keputusan seorang hakim yang disampaikan
melalui ucapan haruslah adil dan tidak memandang unsur kekerabatan dan hubungan pertemanan.252
(QS Al-Baqarah [2]: 282).
‫َو ۡليَ ۡكتُ ۡب بَ ۡينَ ُكمۡ كَاتِبٌ بِ ۡال َع ۡد ِل‬
”Dan hendaklah ada di antara kamu seorang penulis yang menulis dengan adil”.
Kehadiran para Rasul yang ditegaskan Al-Quran bertujuan untuk menegakkan sistem bermasyarakat
yang adil.
57.Al-Ḥadid : 25

ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬


‫ْط‬ َ ‫ت َوَأ ْن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan
(QS Al-Hadid [57]: 25).

Dengan hadirnya Rasul tersebut, Al-Quran memandang kepemimpinan sebagai perjanjian Ilahi yang
melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan. Sehingga
kepemimpinan bukan sekadar kontrak sosial, tapi juga menjadi kontrak atau perjanjian antara Allah
dan sang pemimpin untuk menegakkan keadilan.

َ‫اس ِإ َما ًما ۖ قَا َل َو ِم ْن ُذ ِّريَّتِي ۖ قَا َل اَل يَنَا ُل َع ْه ِدي الظَّالِ ِمين‬ َ ُ‫اعل‬
ِ َّ‫ك لِلن‬ ِ ‫ال ِإنِّي َج‬
َ َ‫ق‬
Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia\". Ibrahim
berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai
orang yang zalim” (QS Al-Baqarah (2): 124)
Bahkan Al-Qur'an menegaskan bahwa alam semesta ini pun ditegakkan atas dasar keadilan: (QS Al-
Rahman (55): 7)

َ‫ض َع ۡال ِم ۡي َزان‬


َ ‫َوال َّس َما َ•ء َرفَ َعهَا َو َو‬
”Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan)" .
Dengan berbagai konteks keadilan yang disampaikan dalam Al-Quran, keadilan dapat kita simpulkan
sebagai syarat bagi terciptanya kesempurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan hal yang
dapat mendekatkan kita kepada kebahagiaan ukhrawi.
Kata 'adl yang dalam berbagai bentuk terulang dua puluh delapan kali dalam Al-Quran, memiliki
aspek-aspek yang beragam dalam menyikapi makna keadilan. Sehingga secara konteksnya adil dalam
Al-Quran dapat kita temukan dengan arti sama dan seimbang.
a
Pertama, adil yang mempunyai makna sama rata biasanya terjadi pada mereka yang menjadi seorang
yang berhak untuk memutuskan perkara. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang yang adil, karena
dia memperlakukan sama atau tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Tetapi harus diketahui
bahwa persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Dalam surat Al-Nisa' (4): 58
dinyatakan bahwa,
‫اس َأ ۡن ت َۡح ُك ُم ۡوا بِ ۡال َع ۡد ِل‬
ِ َّ‫َو ِإ َذا َحكَمۡ تُمۡ بَ ۡينَ الن‬
”Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya
dengan adil " .
Dalam Ayat ini dapat kita ketahui bahwa proses menentukan putusan dari sebuah sengketa diperlukan
sebuah keadilan, dan menuntun sang hakim untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di
dalam posisi yang sama.

”Al-Quran mengisahkan dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Daud a.s. untuk mencari
keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina, sedangkan orang
kedua hanya memiliki seekor. Pemilik kambing yang banyak mendesak agar diberi pula yang seekor
itu agar genap seratus. Nabi Daud tidak memutuskan perkara ini dengan membagi kambing-kambing
itu dengan jumlah yang sama, melainkan menyatakan bahwa pemilik sembilan puluh sembilan
kambing itu telah berlaku aniaya atas permintaannya itu? ".(QS Shad [38]: 23).

ِ ‫ْجةٌ َوا ِح َدةٌ فَقَا َل َأ ْكفِ ْلنِيهَا َو َع َّزنِي فِي ْال ِخطَا‬
‫ب‬ َ ‫ِإ َّن ٰهَ َذا َأ ِخي لَهُ تِ ْس ٌع َوتِ ْسعُونَ نَع‬
َ ‫ْجةً َولِ َي نَع‬

“Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku
mempunyai seekor saja. Maka dia berkata: "Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan dia
mengalahkan aku dalam perdebatan”

cerita yang disampaikan haruslah benar. Termasuk didalamnya keputusan seorang hakim yang
disampaikan melalui ucapan haruslah adil dan tidak memandang unsur kekerabatan dan hubungan
pertemanan.252 (QS Al-Baqarah [2]: 282).

‫َو ۡليَ ۡكتُ ۡب بَ ۡينَ ُكمۡ كَاتِبٌ بِ ۡال َع ۡد ِل‬


”Dan hendaklah ada di antara kamu seorang penulis yang menulis dengan adil”.
Kehadiran para Rasul yang ditegaskan Al-Quran bertujuan untuk menegakkan sistem bermasyarakat
yang adil.
57.Al-Ḥadid : 25

ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬


‫ْط‬ َ ‫ت َوَأ ْن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan
(QS Al-Hadid [57]: 25).
Dengan hadirnya Rasul tersebut, Al-Quran memandang kepemimpinan sebagai perjanjian Ilahi yang
melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan. Sehingga
kepemimpinan bukan sekadar kontrak sosial, tapi juga menjadi kontrak atau perjanjian antara Allah
dan sang pemimpin untuk menegakkan keadilan.

Bahkan Al-Qur'an menegaskan bahwa alam semesta ini pun ditegakkan atas dasar keadilan: (QS Al-
Rahman (55): 7)

َ‫ض َع ۡال ِم ۡي َزان‬


َ ‫َوال َّس َما َ•ء َرفَ َعهَا َو َو‬
”Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan)" .
Dengan berbagai konteks keadilan yang disampaikan dalam Al-Quran, keadilan dapat kita simpulkan
sebagai syarat bagi terciptanya kesempurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan hal yang
dapat mendekatkan kita kepada kebahagiaan ukhrawi.
Kata 'adl yang dalam berbagai bentuk terulang dua puluh delapan kali dalam Al-Quran, memiliki
aspek-aspek yang beragam dalam menyikapi makna keadilan. Sehingga secara konteksnya adil dalam
Al-Quran dapat kita temukan dengan arti sama dan seimbang.253

Pertama, adil yang mempunyai makna sama rata biasanya terjadi pada mereka yang menjadi seorang
yang berhak untuk memutuskan perkara. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang yang adil, karena
dia memperlakukan sama atau tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Tetapi harus diketahui
bahwa persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Dalam surat Al-Nisa' (4): 58
dinyatakan bahwa,
‫اس َأ ۡن ت َۡح ُك ُم ۡوا بِ ۡال َع ۡد ِل‬
ِ َّ‫َو ِإ َذا َحكَمۡ تُمۡ بَ ۡينَ الن‬
”Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya
dengan adil " .
Dalam Ayat ini dapat kita ketahui bahwa proses menentukan putusan dari sebuah sengketa diperlukan
sebuah keadilan, dan menuntun sang hakim untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di
dalam posisi yang sama.

”Al-Quran mengisahkan dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Daud a.s. untuk mencari
keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina, sedangkan orang
kedua hanya memiliki seekor. Pemilik kambing yang banyak mendesak agar diberi pula yang seekor
itu agar genap seratus. Nabi Daud tidak memutuskan perkara ini dengan membagi kambing-kambing
itu dengan jumlah yang sama, melainkan menyatakan bahwa pemilik sembilan puluh sembilan
kambing itu telah berlaku aniaya atas permintaannya itu? ".(QS Shad [38]: 23).

Kedua, adil dalam arti seimbang. Keseimbangan yang dimaksud adalah dimana terdapat sebuah
kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang memiliki tugas dan tujuan masing-masing,
selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian, hal tersebut merupakan sebuah
keseimbangan pada kelompok tersebut
"Dengan terhimpunnya syarat ini, jika kelompok itu kita lihat sebagai manusia, dapat kita lihat
bagaimana manusia bertahan dan berjalan memenuhi kehadirannya". (QS Al-Infithar [82]: 6-7)

ِ ‫ك ْالك‬
‫َر ۡي ِم‬ َ ِّ‫يَا َأيُّهَا اِإْل ْن َسانُ َما َغرَّكَ بِ َرب‬
َ َ‫الَّ ِذي خَ لَق‬
َ َ‫ك فَ َسوَّاكَ فَ َع َدل‬
‫ك‬
“Wahai manusia, apakah yang meperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah? Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan mengadilkan kamu
(menjadikan susunan tubuhmu seimbang)”
Seandainya ada salah satu anggota tubuh manusia berlebih atau berkurang dari kadar atau syarat yang
seharusnya, maka pasti tidak akan terjadi keseimbangan. Dan berbalik menjadi ketimpangan di
berbagai sisi yang tidak memenuhi kadar tersebut. Alam raya bersama ekosistemnya, adalah contoh
lain dari bentuk keseimbangan yang ada dalam Al-Quran. dinyatakan bahwa, Allah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis.
‫ور‬ َ َ‫ت ۖ فَارْ ِج ِع ْالب‬
ٍ ُ‫ص َر هَلْ ت ََر ٰى ِم ْن فُط‬ ِ ‫ت ِطبَاقًا ۖ َما ت ََر ٰى فِي َخ ْل‬
ٍ ‫ق الرَّحْ ٰ َم ِن ِم ْن تَفَا ُو‬ َ َ‫الَّ ِذي خَ ل‬
َ ‫ق َس ْب َع َس َم‬
ٍ ‫اوا‬
“Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”(QS Al-
Mulk (67): 3)
cerita yang disampaikan haruslah benar. Termasuk didalamnya keputusan seorang hakim yang
disampaikan melalui ucapan haruslah adil dan tidak memandang unsur kekerabatan dan hubungan
pertemanan.252 (QS Al-Baqarah [2]: 282).

‫َو ۡليَ ۡكتُ ۡب َب ۡينَ ُكمۡ كَاتِبٌ بِ ۡال َع ۡد ِل‬


”Dan hendaklah ada di antara kamu seorang penulis yang menulis dengan adil”.
Kehadiran para Rasul yang ditegaskan Al-Quran bertujuan untuk menegakkan sistem bermasyarakat
yang adil.
57.Al-Ḥadid : 25

ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬


‫ْط‬ َ ‫ت َوَأ ْن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan
(QS Al-Hadid [57]: 25).

Dengan hadirnya Rasul tersebut, Al-Quran memandang kepemimpinan sebagai perjanjian Ilahi yang
melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan. Sehingga
kepemimpinan bukan sekadar kontrak sosial, tapi juga menjadi kontrak atau perjanjian antara Allah
dan sang pemimpin untuk menegakkan keadilan.

Bahkan Al-Qur'an menegaskan bahwa alam semesta ini pun ditegakkan atas dasar keadilan: (QS Al-
Rahman (55): 7)

َ‫ض َع ۡال ِم ۡي َزان‬


َ ‫َوال َّس َما َ•ء َرفَ َعهَا َو َو‬
”Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan)" .
Dengan berbagai konteks keadilan yang disampaikan dalam Al-Quran, keadilan dapat kita simpulkan
sebagai syarat bagi terciptanya kesempurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan hal yang
dapat mendekatkan kita kepada kebahagiaan ukhrawi.
Kata 'adl yang dalam berbagai bentuk terulang dua puluh delapan kali dalam Al-Quran, memiliki
aspek-aspek yang beragam dalam menyikapi makna keadilan. Sehingga secara konteksnya adil dalam
Al-Quran dapat kita temukan dengan arti sama dan seimbang.253

Pertama, adil yang mempunyai makna sama rata biasanya terjadi pada mereka yang menjadi seorang
yang berhak untuk memutuskan perkara. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang yang adil, karena
dia memperlakukan sama atau tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Tetapi harus diketahui
bahwa persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Dalam surat Al-Nisa' (4): 58
dinyatakan bahwa,
‫اس َأ ۡن ت َۡح ُك ُم ۡوا بِ ۡال َع ۡد ِل‬
ِ َّ‫َو ِإ َذا َحكَمۡ تُمۡ بَ ۡينَ الن‬
”Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya
dengan adil " .
Dalam Ayat ini dapat kita ketahui bahwa proses menentukan putusan dari sebuah sengketa diperlukan
sebuah keadilan, dan menuntun sang hakim untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di
dalam posisi yang sama.

”Al-Quran mengisahkan dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Daud a.s. untuk mencari
keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina, sedangkan orang
kedua hanya memiliki seekor. Pemilik kambing yang banyak mendesak agar diberi pula yang seekor
itu agar genap seratus. Nabi Daud tidak memutuskan perkara ini dengan membagi kambing-kambing
itu dengan jumlah yang sama, melainkan menyatakan bahwa pemilik sembilan puluh sembilan
kambing itu telah berlaku aniaya atas permintaannya itu? ".(QS Shad [38]: 23).

Kedua, adil dalam arti seimbang. Keseimbangan yang dimaksud adalah dimana terdapat sebuah
kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang memiliki tugas dan tujuan masing-masing,
selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian, hal tersebut merupakan sebuah
keseimbangan pada kelompok tersebut

"Dengan terhimpunnya syarat ini, jika kelompok itu kita lihat sebagai manusia, dapat kita lihat
bagaimana manusia bertahan dan berjalan memenuhi tujuan kehadirannya". (QS Al-Infithar [82]: 6-7)

ِ ‫ك بِ َربِّكَ ْالك‬
)٦(‫َر ِيم‬ َ ‫يَا َأيُّهَا اِإْل ْن َسانُ َما َغ َّر‬
َ ‫الَّ ِذي َخلَقَكَ فَ َسوَّا‬
َ َ‫ك فَ َع َدل‬
)٧(‫ك‬
”Wahai manusia, apakah yang meperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah? Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan mengadilkan kamu
(menjadikan susunan tubuhmu seimbang)”
Seandainya ada salah satu anggota tubuh manusia berlebih atau berkurang dari kadar atau syarat yang
seharusnya, maka pasti tidak akan terjadi keseimbangan. Dan berbalik menjadi ketimpangan di
berbagai sisi yang tidak memenuhi kadar tersebut. Alam raya bersama ekosistemnya, adalah contoh
lain dari bentuk keseimbangan yang ada dalam Al-Quran. dinyatakan bahwa, Allah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis.

Dengan hal tersebut, keadilan tidak hanya merupakan sesuatu yang harus disamakan kadarnya, tetapi
dapat berupa hal yang identik dengan keseimbangan yang proporsional, bukan lawan kata kezaliman.
Perlu dicatat bahwa keseimbangan tidak mengharuskan persamaan. seperti pembedaan lelaki dan
perempuan pada beberapa hak waris dan persaksian -apabila ditinjau dari sudut pandang
keadilanharus dipahami dalam arti keseimbangan,bukan persamaan .254
Keadilan dalam pengertian ini menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang menciptakan dan
mengelola segala sesuatu dengan ukuran, kadar, dan waktu tertentu guna mencapai tujuan yang
dikehendaki oleh Allah SWT. (QS Al-Rahman [55]: 5) & (QS Al-Qamar [54]: 49)
‫ال َّشمۡ سُ َو ۡالقَ َم ُر بِح ُۡسبَا ِن‬
"Matahari dan bulan beredar dengan perhitungan yang amat teliti"
‫ِإ َّن ُك َّل ش َۡي ٍء خَ لَ ۡقنَاهُ بِقَ ۡد ٍر‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut kadarnya”

cerita yang disampaikan haruslah benar. Termasuk didalamnya keputusan seorang hakim yang
disampaikan melalui ucapan haruslah adil dan tidak memandang unsur kekerabatan dan hubungan
pertemanan.252 (QS Al-Baqarah [2]: 282).

‫َو ۡليَ ۡكتُ ۡب بَ ۡينَ ُكمۡ كَاتِبٌ بِ ۡال َع ۡد ِل‬


”Dan hendaklah ada di antara kamu seorang penulis yang menulis dengan adil”.
Kehadiran para Rasul yang ditegaskan Al-Quran bertujuan untuk menegakkan sistem bermasyarakat
yang adil.
57.Al-Ḥadid : 25

ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬


‫ْط‬ َ ‫ت َوَأ ْن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan
(QS Al-Hadid [57]: 25).

Dengan hadirnya Rasul tersebut, Al-Quran memandang kepemimpinan sebagai perjanjian Ilahi yang
melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan. Sehingga
kepemimpinan bukan sekadar kontrak sosial, tapi juga menjadi kontrak atau perjanjian antara Allah
dan sang pemimpin untuk menegakkan keadilan.
Bahkan Al-Qur'an menegaskan bahwa alam semesta ini pun ditegakkan atas dasar keadilan: (QS Al-
Rahman (55): 7)

َ‫ض َع ۡال ِم ۡي َزان‬


َ ‫َوال َّس َما َ•ء َرفَ َعهَا َو َو‬
”Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan)" .
Dengan berbagai konteks keadilan yang disampaikan dalam Al-Quran, keadilan dapat kita simpulkan
sebagai syarat bagi terciptanya kesempurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan hal yang
dapat mendekatkan kita kepada kebahagiaan ukhrawi.
Kata 'adl yang dalam berbagai bentuk terulang dua puluh delapan kali dalam Al-Quran, memiliki
aspek-aspek yang beragam dalam menyikapi makna keadilan. Sehingga secara konteksnya adil dalam
Al-Quran dapat kita temukan dengan arti sama dan seimbang.253

Pertama, adil yang mempunyai makna sama rata biasanya terjadi pada mereka yang menjadi seorang
yang berhak untuk memutuskan perkara. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang yang adil, karena
dia memperlakukan sama atau tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Tetapi harus diketahui
bahwa persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Dalam surat Al-Nisa' (4): 58
dinyatakan bahwa,
‫اس َأ ۡن ت َۡح ُك ُم ۡوا بِ ۡال َع ۡد ِل‬
ِ َّ‫َو ِإ َذا َحكَمۡ تُمۡ بَ ۡينَ الن‬
”Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya
dengan adil " .
Dalam Ayat ini dapat kita ketahui bahwa proses menentukan putusan dari sebuah sengketa diperlukan
sebuah keadilan, dan menuntun sang hakim untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di
dalam posisi yang sama.

”Al-Quran mengisahkan dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Daud a.s. untuk mencari
keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina, sedangkan orang
kedua hanya memiliki seekor. Pemilik kambing yang banyak mendesak agar diberi pula yang seekor
itu agar genap seratus. Nabi Daud tidak memutuskan perkara ini dengan membagi kambing-kambing
itu dengan jumlah yang sama, melainkan menyatakan bahwa pemilik sembilan puluh sembilan
kambing itu telah berlaku aniaya atas permintaannya itu? ".(QS Shad [38]: 23).

Kedua, adil dalam arti seimbang. Keseimbangan yang dimaksud adalah dimana terdapat sebuah
kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang memiliki tugas dan tujuan masing-masing,
selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian, hal tersebut merupakan sebuah
keseimbangan pada kelompok tersebut

"Dengan terhimpunnya syarat ini, jika kelompok itu kita lihat sebagai manusia, dapat kita lihat
bagaimana manusia bertahan dan berjalan memenuhi tujuan kehadirannya". (QS Al-Infithar [82]: 6-7)

ِ ‫ك بِ َربِّكَ ْالك‬
)٦(‫َر ِيم‬ َ ‫يَا َأيُّهَا اِإْل ْن َسانُ َما َغ َّر‬
َ ‫الَّ ِذي َخلَقَكَ فَ َسوَّا‬
َ َ‫ك فَ َع َدل‬
)٧(‫ك‬
”Wahai manusia, apakah yang meperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah? Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan mengadilkan kamu
(menjadikan susunan tubuhmu seimbang)”

Seandainya ada salah satu anggota tubuh manusia berlebih atau berkurang dari kadar atau syarat yang
seharusnya, maka pasti tidak akan terjadi keseimbangan. Dan berbalik menjadi ketimpangan di
berbagai sisi yang tidak memenuhi kadar tersebut. Alam raya bersama ekosistemnya, adalah contoh
lain dari bentuk keseimbangan yang ada dalam Al-Quran. dinyatakan bahwa, Allah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis.

Dengan hal tersebut, keadilan tidak hanya merupakan sesuatu yang harus disamakan kadarnya, tetapi
dapat berupa hal yang identik dengan keseimbangan yang proporsional, bukan lawan kata kezaliman.
Perlu dicatat bahwa keseimbangan tidak mengharuskan persamaan. seperti pembedaan lelaki dan
perempuan pada beberapa hak waris dan persaksian -apabila ditinjau dari sudut pandang
keadilanharus dipahami dalam arti keseimbangan,bukan persamaan .254

Keadilan dalam pengertian ini menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang menciptakan dan
mengelola segala sesuatu

dengan ukuran, kadar, dan waktu tertentu guna mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
(QS Al-Rahman [55]: 5) & (QS Al-Qamar [54]: 49)

‫ال َّشمۡ سُ َو ۡالقَ َم ُر بِح ُۡسبَا ِن‬

"Matahari dan bulan beredar dengan perhitungan yang amat teliti"

Keadilan yang lain dapat diartikan sebagai ke-Maha Adil-an yang dinisbatkan kepada Allah Swt
sebagai wujud keseimbangan dalam memeberikan balasan kepada setiap hambanya Dimana Allah
memelihara kewajaran dan rahmat yang diberikan kepada setiap makhluknya. Sebagaimana tertera
dalam Firman Allah berikut. .(QS Fushshilat [41]: 46).
‫ك بِظَاّل ٍم ِل ۡل َعبِ ۡي ِد‬
َ ُّ‫صالِحًا فَلِن َۡف ِس ِه َو َم ۡن َأ َسا َء فَ َعلَ ۡيهَا َو َما َرب‬
َ ‫َم ۡن َع َم َل‬
”Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa Jawa mengerjakan perbuatan jahat, maka (desanyaruntuk dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya".

b.Urgensi Keadilan

Keadilan harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Bahkan, jika perlu
dengan tindakan tegas. Salah satu ayat Al-Quran menggandengkan "timbangan" (alat ukur yang adil)
dengan "besi" yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk memberi isyarat bahwa kekerasan
adalah salah satu cara dan bukan satu-satunya untuk menegakkan keadilan.
(QS Al-Hadid (57):25)
‫ْأ‬
‫اس َولِيَ ْعلَ َم هَّللا ُ َم ْن‬ ِ َّ‫َاب َو ْال ِميزَ انَ ِليَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِ ْس ِط ۖ َوَأ ْنز َْلنَا ْال َح ِدي َد فِي ِه بَ سٌ َش ِدي ٌد َو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ ‫ت َوَأ ْنز َْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
ٌ‫َزيز‬ِ ‫يع‬ ‫هَّللا‬
ٌّ ‫ب ۚ ِإ َّن َ قَ ِو‬ ْ َ
ِ ‫ص ُرهُ َو ُر ُسلهُ بِال َغ ْي‬
ُ ‫يَن‬ ْ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa”
Allah menciptakan dan mengelola alam raya ini dengan keadilan, dan menuntut agar keadilan
mencakup semua aspek kehidupan. Akidah, syariat atau hukum,akhlak, bahkan cinta dan benci.
4.An-Nisā : 135

‫ْط ُشهَدَا َء هَّلِل ِ َولَوْ َعلَ ٰى َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ِو ْال َوالِ َدي ِْن َواَأْل ْق َربِينَ ۚ ِإ ْن يَ ُك ْن َغنِيًّا َأوْ فَقِيرًا فَاهَّلل ُ َأوْ لَ ٰى ِب ِه َما ۖ فَاَل‬
ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ بِ ْالقِس‬
ُ ‫هَّللا‬
‫ْرضُوا فِإ َّن َ َكانَ بِ َما تَ ْع َملونَ َخبِيرًا‬ َ ُ ‫َأ‬ ْ ُ ‫َأ‬ ٰ
ِ ‫تَتبِعُوا الهَ َوى ْن تَ ْع ِدلوا ۚ وَِإ ْن تَل ُووا وْ تع‬ ْ َّ

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya
ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan”.
cerita yang disampaikan haruslah benar. Termasuk didalamnya keputusan seorang hakim yang
disampaikan melalui ucapan haruslah adil dan tidak memandang unsur kekerabatan dan hubungan
pertemanan.252 (QS Al-Baqarah [2]: 282).

‫َو ۡليَ ۡكتُ ۡب بَ ۡينَ ُكمۡ كَاتِبٌ بِ ۡال َع ۡد ِل‬


”Dan hendaklah ada di antara kamu seorang penulis yang menulis dengan adil”.
Kehadiran para Rasul yang ditegaskan Al-Quran bertujuan untuk menegakkan sistem bermasyarakat
yang adil.
57.Al-Ḥadid : 25

ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬


‫ْط‬ َ ‫ت َوَأ ْن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan
(QS Al-Hadid [57]: 25).
Dengan hadirnya Rasul tersebut, Al-Quran memandang kepemimpinan sebagai perjanjian Ilahi yang
melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan. Sehingga
kepemimpinan bukan sekadar kontrak sosial, tapi juga menjadi kontrak atau perjanjian antara Allah
dan sang pemimpin untuk menegakkan keadilan.

Bahkan Al-Qur'an menegaskan bahwa alam semesta ini pun ditegakkan atas dasar keadilan: (QS Al-
Rahman (55): 7)

َ‫ض َع ۡال ِم ۡي َزان‬


َ ‫َوال َّس َما َ•ء َرفَ َعهَا َو َو‬
”Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan)" .
Dengan berbagai konteks keadilan yang disampaikan dalam Al-Quran, keadilan dapat kita simpulkan
sebagai syarat bagi terciptanya kesempurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan hal yang
dapat mendekatkan kita kepada kebahagiaan ukhrawi.
Kata 'adl yang dalam berbagai bentuk terulang dua puluh delapan kali dalam Al-Quran, memiliki
aspek-aspek yang beragam dalam menyikapi makna keadilan. Sehingga secara konteksnya adil dalam
Al-Quran dapat kita temukan dengan arti sama dan seimbang.253

Pertama, adil yang mempunyai makna sama rata biasanya terjadi pada mereka yang menjadi seorang
yang berhak untuk memutuskan perkara. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang yang adil, karena
dia memperlakukan sama atau tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Tetapi harus diketahui
bahwa persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Dalam surat Al-Nisa' (4): 58
dinyatakan bahwa,
‫اس َأ ۡن ت َۡح ُك ُم ۡوا بِ ۡال َع ۡد ِل‬
ِ َّ‫َو ِإ َذا َحكَمۡ تُمۡ بَ ۡينَ الن‬
”Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya
dengan adil " .
Dalam Ayat ini dapat kita ketahui bahwa proses menentukan putusan dari sebuah sengketa diperlukan
sebuah keadilan, dan menuntun sang hakim untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di
dalam posisi yang sama.

”Al-Quran mengisahkan dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Daud a.s. untuk mencari
keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina, sedangkan orang
kedua hanya memiliki seekor. Pemilik kambing yang banyak mendesak agar diberi pula yang seekor
itu agar genap seratus. Nabi Daud tidak memutuskan perkara ini dengan membagi kambing-kambing
itu dengan jumlah yang sama, melainkan menyatakan bahwa pemilik sembilan puluh sembilan
kambing itu telah berlaku aniaya atas permintaannya itu? ".(QS Shad [38]: 23).

Kedua, adil dalam arti seimbang. Keseimbangan yang dimaksud adalah dimana terdapat sebuah
kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang memiliki tugas dan tujuan masing-masing,
selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian, hal tersebut merupakan sebuah
keseimbangan pada kelompok tersebut
"Dengan terhimpunnya syarat ini, jika kelompok itu kita lihat sebagai manusia, dapat kita lihat
bagaimana manusia bertahan dan berjalan memenuhi tujuan kehadirannya". (QS Al-Infithar [82]: 6-7)

ِ ‫ك بِ َربِّكَ ْالك‬
)٦(‫َر ِيم‬ َ ‫يَا َأيُّهَا اِإْل ْن َسانُ َما َغ َّر‬
َ ‫الَّ ِذي َخلَقَكَ فَ َسوَّا‬
َ َ‫ك فَ َع َدل‬
)٧(‫ك‬
”Wahai manusia, apakah yang meperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah? Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan mengadilkan kamu
(menjadikan susunan tubuhmu seimbang)”

Seandainya ada salah satu anggota tubuh manusia berlebih atau berkurang dari kadar atau syarat yang
seharusnya, maka pasti tidak akan terjadi keseimbangan. Dan berbalik menjadi ketimpangan di
berbagai sisi yang tidak memenuhi kadar tersebut. Alam raya bersama ekosistemnya, adalah contoh
lain dari bentuk keseimbangan yang ada dalam Al-Quran. dinyatakan bahwa, Allah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis.

Dengan hal tersebut, keadilan tidak hanya merupakan sesuatu yang harus disamakan kadarnya, tetapi
dapat berupa hal yang identik dengan keseimbangan yang proporsional, bukan lawan kata kezaliman.
Perlu dicatat bahwa keseimbangan tidak mengharuskan persamaan. seperti pembedaan lelaki dan
perempuan pada beberapa hak waris dan persaksian -apabila ditinjau dari sudut pandang
keadilanharus dipahami dalam arti keseimbangan,bukan persamaan .254

Keadilan dalam pengertian ini menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang menciptakan dan
mengelola segala sesuatu

dengan ukuran, kadar, dan waktu tertentu guna mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
(QS Al-Rahman [55]: 5) & (QS Al-Qamar [54]: 49)

‫ال َّشمۡ سُ َو ۡالقَ َم ُر بِح ُۡسبَا ِن‬

"Matahari dan bulan beredar dengan perhitungan yang amat teliti"

Keadilan yang lain dapat diartikan sebagai ice-Maha Adilan yang dinisbatkan kepada Allah Swt
sebagai wujud keseimbangan dalam memeberikan balasan kepada setiap hambanya Dimana Allah
memelihara kewajaran dan rahmat yang diberikan kepada setiap makhluknya. Sebagaimana tertera
dalam Firman Allah berikut. .(QS Fushshilat [41]: 46).

' “I ' 'f,,,o,; '.'“: ,,zo/ gaugNBngvatha-zlbrwyiwwwdasy


”Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa Jawa mengerjakan perbuatan jahat, maka (desanyaruntuk dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya".

bUrgensi Keadilan

Keadilan harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Bahkan, jika perlu
dengan tindakan tegas. Salah satu ayat Al-Quran menggandengkan "timbangan" (alat ukur yang adil)
dengan "besi" yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk memberi isyarat bahwa kekerasan
adalah salah

satu cara dan bukan satu-satunya untuk menegakkan keadilan?“ [QS Al-Hadid [57]:25) “" & ““““

Keadilan yang lain dapat diartikan sebagai ke-Maha Adil-an yang dinisbatkan kepada Allah Swt
sebagai wujud keseimbangan dalam memeberikan balasan kepada setiap hambanya. Dimana Allah
memelihara kewajaran dan rahmat
yang diberikan kepada setiap makhluknya. Sebagaimana tertera dalam Firman Allah berikut. .(QS
Fushshilat [41]: 46).
‫ك بِظَاَّل ٍم لِ ْل َعبِي ِد‬
َ ُّ‫صالِحًا فَلِنَ ْف ِس ِه ۖ َو َم ْن َأ َسا َء فَ َعلَ ْيهَا ۗ َو َما َرب‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
"Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya".
b. Urgensi Keadilan
Keadilan harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Bahkan, jika perlu
dengan tindakan tegas. Salah satu ayat Al-Quran menggandengkan "timbangan" (alat ukur yang adil)
dengan 'besi" yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk memberi isyarat bahwa kekerasan
adalah salah satu cara dan bukan satu-satunya untuk menegakkan keadilan.

[QS Al-Hadid [57125) WM"

Ayat tersebut menegaskan urgensi keadilan yang harus ditegakkan kepada siapapun, meski ia adalah
sebagai musuh, meskipun ia adalah seseorang yanًg dibenci. Sesungguhnya menegakkan keadilan
walaupun kepada musuh sekalipun merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan ketaqwaan kepada
Allah. Dari sini dapat dipahami bahwa keadilan sangat

Ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa keadilan harus benar-benar ditegakkan, keadilan tidaklah
boleh mengikuti hawa nafsu, dalam keadaan bagaimanapun keadilan harus ditegakkan, baik kepada
diri sendiri, orang tua, kerabat, orang miskin dan orang kaya juga. Keadilan harus dilandaskan atas
nama Allah bukan atas nama kehendak nafsu.
(QS Al-Ma-idah (5): 8)

َ ‫ْط ۖ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَ ٰى َأاَّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا هُ َو َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا‬
ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِس‬
ُ
َ‫َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملون‬

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Ayat tersebut menegaskan urgensi keadilan yang harus ditegakkan kepada siapapun, meski ia adalah
sebagai musuh, meskipun ia adalah seseorang yang dibenci. Sesungguhnya menegakkan keadilan
walaupun kepada musuh sekalipun merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan ketaqwaan kepada
Allah. Dari sini dapat dipahami bahwa keadilan sangat menentukan kualitas taqwa seseorang.
cerita yang disampaikan haruslah benar. Termasuk didalamnya keputusan seorang hakim yang
disampaikan melalui ucapan haruslah adil dan tidak memandang unsur kekerabatan dan hubungan
pertemanan.252 (QS Al-Baqarah [2]: 282).

‫َو ۡليَ ۡكتُ ۡب بَ ۡينَ ُكمۡ كَاتِبٌ بِ ۡال َع ۡد ِل‬


”Dan hendaklah ada di antara kamu seorang penulis yang menulis dengan adil”.
Kehadiran para Rasul yang ditegaskan Al-Quran bertujuan untuk menegakkan sistem bermasyarakat
yang adil.
57.Al-Ḥadid : 25

ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬


‫ْط‬ َ ‫ت َوَأ ْن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan
(QS Al-Hadid [57]: 25).

Dengan hadirnya Rasul tersebut, Al-Quran memandang kepemimpinan sebagai perjanjian Ilahi yang
melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan. Sehingga
kepemimpinan bukan sekadar kontrak sosial, tapi juga menjadi kontrak atau perjanjian antara Allah
dan sang pemimpin untuk menegakkan keadilan.

Bahkan Al-Qur'an menegaskan bahwa alam semesta ini pun ditegakkan atas dasar keadilan: (QS Al-
Rahman (55): 7)

َ‫ض َع ۡال ِم ۡي َزان‬


َ ‫َوال َّس َما َ•ء َرفَ َعهَا َو َو‬
”Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan)" .
Dengan berbagai konteks keadilan yang disampaikan dalam Al-Quran, keadilan dapat kita simpulkan
sebagai syarat bagi terciptanya kesempurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan hal yang
dapat mendekatkan kita kepada kebahagiaan ukhrawi.
Kata 'adl yang dalam berbagai bentuk terulang dua puluh delapan kali dalam Al-Quran, memiliki
aspek-aspek yang beragam dalam menyikapi makna keadilan. Sehingga secara konteksnya adil dalam
Al-Quran dapat kita temukan dengan arti sama dan seimbang.253

Pertama, adil yang mempunyai makna sama rata biasanya terjadi pada mereka yang menjadi seorang
yang berhak untuk memutuskan perkara. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang yang adil, karena
dia memperlakukan sama atau tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Tetapi harus diketahui
bahwa persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Dalam surat Al-Nisa' (4): 58
dinyatakan bahwa,
‫اس َأ ۡن ت َۡح ُك ُم ۡوا بِ ۡال َع ۡد ِل‬
ِ َّ‫َو ِإ َذا َحكَمۡ تُمۡ بَ ۡينَ الن‬
”Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya
dengan adil " .
Dalam Ayat ini dapat kita ketahui bahwa proses menentukan putusan dari sebuah sengketa diperlukan
sebuah keadilan, dan menuntun sang hakim untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di
dalam posisi yang sama.

”Al-Quran mengisahkan dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Daud a.s. untuk mencari
keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina, sedangkan orang
kedua hanya memiliki seekor. Pemilik kambing yang banyak mendesak agar diberi pula yang seekor
itu agar genap seratus. Nabi Daud tidak memutuskan perkara ini dengan membagi kambing-kambing
itu dengan jumlah yang sama, melainkan menyatakan bahwa pemilik sembilan puluh sembilan
kambing itu telah berlaku aniaya atas permintaannya itu? ".(QS Shad [38]: 23).

Kedua, adil dalam arti seimbang. Keseimbangan yang dimaksud adalah dimana terdapat sebuah
kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang memiliki tugas dan tujuan masing-masing,
selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian, hal tersebut merupakan sebuah
keseimbangan pada kelompok tersebut

"Dengan terhimpunnya syarat ini, jika kelompok itu kita lihat sebagai manusia, dapat kita lihat
bagaimana manusia bertahan dan berjalan memenuhi tujuan kehadirannya". (QS Al-Infithar [82]: 6-7)

ِ ‫ك بِ َربِّكَ ْالك‬
)٦(‫َر ِيم‬ َ ‫يَا َأيُّهَا اِإْل ْن َسانُ َما َغ َّر‬
َ ‫الَّ ِذي َخلَقَكَ فَ َسوَّا‬
َ َ‫ك فَ َع َدل‬
)٧(‫ك‬
”Wahai manusia, apakah yang meperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah? Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan mengadilkan kamu
(menjadikan susunan tubuhmu seimbang)”

Seandainya ada salah satu anggota tubuh manusia berlebih atau berkurang dari kadar atau syarat yang
seharusnya, maka pasti tidak akan terjadi keseimbangan. Dan berbalik menjadi ketimpangan di
berbagai sisi yang tidak memenuhi kadar tersebut. Alam raya bersama ekosistemnya, adalah contoh
lain dari bentuk keseimbangan yang ada dalam Al-Quran. dinyatakan bahwa, Allah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis.

Dengan hal tersebut, keadilan tidak hanya merupakan sesuatu yang harus disamakan kadarnya, tetapi
dapat berupa hal yang identik dengan keseimbangan yang proporsional, bukan lawan kata kezaliman.
Perlu dicatat bahwa keseimbangan tidak mengharuskan persamaan. seperti pembedaan lelaki dan
perempuan pada beberapa hak waris dan persaksian -apabila ditinjau dari sudut pandang
keadilanharus dipahami dalam arti keseimbangan,bukan persamaan .254

Keadilan dalam pengertian ini menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang menciptakan dan
mengelola segala sesuatu

dengan ukuran, kadar, dan waktu tertentu guna mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
(QS Al-Rahman [55]: 5) & (QS Al-Qamar [54]: 49)

‫ال َّشمۡ سُ َو ۡالقَ َم ُر بِح ُۡسبَا ِن‬

"Matahari dan bulan beredar dengan perhitungan yang amat teliti"

Keadilan yang lain dapat diartikan sebagai ice-Maha Adilan yang dinisbatkan kepada Allah Swt
sebagai wujud keseimbangan dalam memeberikan balasan kepada setiap hambanya Dimana Allah
memelihara kewajaran dan rahmat yang diberikan kepada setiap makhluknya. Sebagaimana tertera
dalam Firman Allah berikut. .(QS Fushshilat [41]: 46).

' “I ' 'f,,,o,; '.'“: ,,zo/ gaugNBngvatha-zlbrwyiwwwdasy

”Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa Jawa mengerjakan perbuatan jahat, maka (desanyaruntuk dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya".

bUrgensi Keadilan

Keadilan harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Bahkan, jika perlu
dengan tindakan tegas. Salah satu ayat Al-Quran menggandengkan "timbangan" (alat ukur yang adil)
dengan "besi" yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk memberi isyarat bahwa kekerasan
adalah salah
satu cara dan bukan satu-satunya untuk menegakkan keadilan?“ [QS Al-Hadid [57]:25) “" & ““““

Keadilan yang lain dapat diartikan sebagai ke-Maha Adil-an yang dinisbatkan kepada Allah Swt
sebagai wujud keseimbangan dalam memeberikan balasan kepada setiap hambanya. Dimana Allah
memelihara kewajaran dan rahmat
yang diberikan kepada setiap makhluknya. Sebagaimana tertera dalam Firman Allah berikut. .(QS
Fushshilat [41]: 46).
‫ك بِظَاَّل ٍم لِ ْل َعبِي ِد‬
َ ُّ‫صالِحًا فَلِنَ ْف ِس ِه ۖ َو َم ْن َأ َسا َء فَ َعلَ ْيهَا ۗ َو َما َرب‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
"Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya".
b. Urgensi Keadilan
Keadilan harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Bahkan, jika perlu
dengan tindakan tegas. Salah satu ayat Al-Quran menggandengkan "timbangan" (alat ukur yang adil)
dengan 'besi" yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk memberi isyarat bahwa kekerasan
adalah salah satu cara dan bukan satu-satunya untuk menegakkan keadilan.

[QS Al-Hadid [57125) WM"

Ayat tersebut menegaskan urgensi keadilan yang harus ditegakkan kepada siapapun, meski ia adalah
sebagai musuh, meskipun ia adalah seseorang yanًg dibenci. Sesungguhnya menegakkan keadilan
walaupun kepada musuh sekalipun merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan ketaqwaan kepada
Allah. Dari sini dapat dipahami bahwa keadilan sangat

menentukan kualitas taqwa seseorang. 257 <,

Ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa keadilan harus benar-benar ditegakkan, keadilan tidaklah
boleh mengikuti hawa nafsu, dalam keadaan bagaimanapun keadilan harus ditegakkan, baik kepada
diri sendiri, orang tua, kerabat, orang miskin dan orang kaya juga. Keadilan harus dilandaskan atas
nama Allah bukan atas nama kehendak nafsu.
(QS Al-Ma-idah (5): 8)

َ ‫ْط ۖ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَ ٰى َأاَّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا هُ َو َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا‬
ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِس‬
َ‫َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Ayat tersebut menegaskan urgensi keadilan yang harus ditegakkan kepada siapapun, meski ia adalah
sebagai musuh, meskipun ia adalah seseorang yang dibenci. Sesungguhnya menegakkan keadilan
walaupun kepada musuh sekalipun merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan ketaqwaan kepada
Allah. Dari sini dapat dipahami bahwa keadilan sangat M kualitas taqwa seseorang. 257

c. Keadilan Ilahi

Segala sesuatu diciptakan oleh Allah, dan segala sesuatu yang bersumber dari Allah pasti baik.
Keburukan adalah akibat dari keterbatasan pandangan. Segala sesuatu sebenarnya tidak buruk, tetapi
nalar manusia mengiranya demikian. (QS Al-Baqarah [21: 215).
2.Al-Baqarah : 216

َ‫َو َع َس ٰى َأ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيًئا َوه َُو خَ ْي ٌر لَ ُك ْم ۖ َو َع َس ٰى َأ ْن تُ ِحبُّوا َش ْيًئا َوه َُو َش ٌّر لَ ُك ْم ۗ َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َوَأ ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬

"Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan bolehjadi engkau menyenangi
sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui."

Nalar tidak dapat menembus semua dimensi. Seringkali ketika seseorang memandang sesuatu secara
mikro, hal itu dinilainya buruk dan jahat, tetapi jika dipandang secara makro dan menyeluruh, justru
hal itu merupakan unsur keindahan dan kebaikan. Bukankah jika pandangan hanya ditujukan kepada
tahi

lalat di wajah seorang wanita akan terlihat buruk? Tetapi, bila wajah dipandang secara menyeluruh,
tahi lalat tadi justru menjadi unsur utama kecantikannya! Bukankah jika Anda hanya melihat kaki
seseorang dipotong, Anda akan menilainya kejam,tetapi bila Anda mengetahui bahwa sang dokterlah
yang mengamputasi pasiennya, Anda justru akan berterima kasih dan memujinya? Karena itu, jangan
memandang kebijaksanaan Allah secara mikro. Kalaupun Anda tidak mampu memandangnya secara
makro, yakinilah bahwa ada hikmah di balik semua itu.

jika seperti itu adanya, persoalan keadilan Ilahi bukan problem nalar, melainkan problem rasa, sebagai
akibat dari cerita yang disampaikan haruslah benar. Termasuk didalamnya keputusan seorang hakim
yang disampaikan melalui ucapan haruslah adil dan tidak memandang unsur kekerabatan dan
hubungan pertemanan.252 (QS Al-Baqarah [2]: 282).

‫َو ۡليَ ۡكتُ ۡب بَ ۡينَ ُكمۡ كَاتِبٌ بِ ۡال َع ۡد ِل‬


”Dan hendaklah ada di antara kamu seorang penulis yang menulis dengan adil”.
Kehadiran para Rasul yang ditegaskan Al-Quran bertujuan untuk menegakkan sistem bermasyarakat
yang adil.
57.Al-Ḥadid : 25
ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬
‫ْط‬ َ ‫ت َوَأ ْن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan
(QS Al-Hadid [57]: 25).

Dengan hadirnya Rasul tersebut, Al-Quran memandang kepemimpinan sebagai perjanjian Ilahi yang
melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan. Sehingga
kepemimpinan bukan sekadar kontrak sosial, tapi juga menjadi kontrak atau perjanjian antara Allah
dan sang pemimpin untuk menegakkan keadilan.

Bahkan Al-Qur'an menegaskan bahwa alam semesta ini pun ditegakkan atas dasar keadilan: (QS Al-
Rahman (55): 7)

َ‫ض َع ۡال ِم ۡي َزان‬


َ ‫َوال َّس َما َ•ء َرفَ َعهَا َو َو‬
”Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan)" .
Dengan berbagai konteks keadilan yang disampaikan dalam Al-Quran, keadilan dapat kita simpulkan
sebagai syarat bagi terciptanya kesempurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan hal yang
dapat mendekatkan kita kepada kebahagiaan ukhrawi.
Kata 'adl yang dalam berbagai bentuk terulang dua puluh delapan kali dalam Al-Quran, memiliki
aspek-aspek yang beragam dalam menyikapi makna keadilan. Sehingga secara konteksnya adil dalam
Al-Quran dapat kita temukan dengan arti sama dan seimbang.253

Pertama, adil yang mempunyai makna sama rata biasanya terjadi pada mereka yang menjadi seorang
yang berhak untuk memutuskan perkara. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang yang adil, karena
dia memperlakukan sama atau tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Tetapi harus diketahui
bahwa persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Dalam surat Al-Nisa' (4): 58
dinyatakan bahwa,
‫اس َأ ۡن ت َۡح ُك ُم ۡوا بِ ۡال َع ۡد ِل‬
ِ َّ‫َو ِإ َذا َحكَمۡ تُمۡ بَ ۡينَ الن‬
”Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya
dengan adil " .
Dalam Ayat ini dapat kita ketahui bahwa proses menentukan putusan dari sebuah sengketa diperlukan
sebuah keadilan, dan menuntun sang hakim untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di
dalam posisi yang sama.

”Al-Quran mengisahkan dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Daud a.s. untuk mencari
keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina, sedangkan orang
kedua hanya memiliki seekor. Pemilik kambing yang banyak mendesak agar diberi pula yang seekor
itu agar genap seratus. Nabi Daud tidak memutuskan perkara ini dengan membagi kambing-kambing
itu dengan jumlah yang sama, melainkan menyatakan bahwa pemilik sembilan puluh sembilan
kambing itu telah berlaku aniaya atas permintaannya itu? ".(QS Shad [38]: 23).
Kedua, adil dalam arti seimbang. Keseimbangan yang dimaksud adalah dimana terdapat sebuah
kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang memiliki tugas dan tujuan masing-masing,
selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian, hal tersebut merupakan sebuah
keseimbangan pada kelompok tersebut

"Dengan terhimpunnya syarat ini, jika kelompok itu kita lihat sebagai manusia, dapat kita lihat
bagaimana manusia bertahan dan berjalan memenuhi tujuan kehadirannya". (QS Al-Infithar [82]: 6-7)

ِ ‫ك بِ َربِّكَ ْالك‬
)٦(‫َر ِيم‬ َ ‫يَا َأيُّهَا اِإْل ْن َسانُ َما َغ َّر‬
َ ‫الَّ ِذي َخلَقَكَ فَ َسوَّا‬
َ َ‫ك فَ َع َدل‬
)٧(‫ك‬
”Wahai manusia, apakah yang meperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah? Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan mengadilkan kamu
(menjadikan susunan tubuhmu seimbang)”

Seandainya ada salah satu anggota tubuh manusia berlebih atau berkurang dari kadar atau syarat yang
seharusnya, maka pasti tidak akan terjadi keseimbangan. Dan berbalik menjadi ketimpangan di
berbagai sisi yang tidak memenuhi kadar tersebut. Alam raya bersama ekosistemnya, adalah contoh
lain dari bentuk keseimbangan yang ada dalam Al-Quran. dinyatakan bahwa, Allah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis.

Dengan hal tersebut, keadilan tidak hanya merupakan sesuatu yang harus disamakan kadarnya, tetapi
dapat berupa hal yang identik dengan keseimbangan yang proporsional, bukan lawan kata kezaliman.
Perlu dicatat bahwa keseimbangan tidak mengharuskan persamaan. seperti pembedaan lelaki dan
perempuan pada beberapa hak waris dan persaksian -apabila ditinjau dari sudut pandang
keadilanharus dipahami dalam arti keseimbangan,bukan persamaan .254

Keadilan dalam pengertian ini menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang menciptakan dan
mengelola segala sesuatu

dengan ukuran, kadar, dan waktu tertentu guna mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
(QS Al-Rahman [55]: 5) & (QS Al-Qamar [54]: 49)

‫ال َّشمۡ سُ َو ۡالقَ َم ُر بِح ُۡسبَا ِن‬

"Matahari dan bulan beredar dengan perhitungan yang amat teliti"

Keadilan yang lain dapat diartikan sebagai ice-Maha Adilan yang dinisbatkan kepada Allah Swt
sebagai wujud keseimbangan dalam memeberikan balasan kepada setiap hambanya Dimana Allah
memelihara kewajaran dan rahmat yang diberikan kepada setiap makhluknya. Sebagaimana tertera
dalam Firman Allah berikut. .(QS Fushshilat [41]: 46).

' “I ' 'f,,,o,; '.'“: ,,zo/ gaugNBngvatha-zlbrwyiwwwdasy

”Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa Jawa mengerjakan perbuatan jahat, maka (desanyaruntuk dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya".

bUrgensi Keadilan

Keadilan harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Bahkan, jika perlu
dengan tindakan tegas. Salah satu ayat Al-Quran menggandengkan "timbangan" (alat ukur yang adil)
dengan "besi" yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk memberi isyarat bahwa kekerasan
adalah salah

satu cara dan bukan satu-satunya untuk menegakkan keadilan?“ [QS Al-Hadid [57]:25) “" & ““““

Keadilan yang lain dapat diartikan sebagai ke-Maha Adil-an yang dinisbatkan kepada Allah Swt
sebagai wujud keseimbangan dalam memeberikan balasan kepada setiap hambanya. Dimana Allah
memelihara kewajaran dan rahmat
yang diberikan kepada setiap makhluknya. Sebagaimana tertera dalam Firman Allah berikut. .(QS
Fushshilat [41]: 46).
‫ك بِظَاَّل ٍم لِ ْل َعبِي ِد‬
َ ُّ‫صالِحًا فَلِنَ ْف ِس ِه ۖ َو َم ْن َأ َسا َء فَ َعلَ ْيهَا ۗ َو َما َرب‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
"Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya".
b. Urgensi Keadilan
Keadilan harus ditegakkan di mana pun, kapan pun, dan terhadap siapa pun. Bahkan, jika perlu
dengan tindakan tegas. Salah satu ayat Al-Quran menggandengkan "timbangan" (alat ukur yang adil)
dengan 'besi" yang antara lain digunakan sebagai senjata. Ini untuk memberi isyarat bahwa kekerasan
adalah salah satu cara dan bukan satu-satunya untuk menegakkan keadilan.

[QS Al-Hadid [57125) WM"

Ayat tersebut menegaskan urgensi keadilan yang harus ditegakkan kepada siapapun, meski ia adalah
sebagai musuh, meskipun ia adalah seseorang yanًg dibenci. Sesungguhnya menegakkan keadilan
walaupun kepada musuh sekalipun merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan ketaqwaan kepada
Allah. Dari sini dapat dipahami bahwa keadilan sangat

menentukan kualitas taqwa seseorang. 257 <,

Ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa keadilan harus benar-benar ditegakkan, keadilan tidaklah
boleh mengikuti hawa nafsu, dalam keadaan bagaimanapun keadilan harus ditegakkan, baik kepada
diri sendiri, orang tua, kerabat, orang miskin dan orang kaya juga. Keadilan harus dilandaskan atas
nama Allah bukan atas nama kehendak nafsu.
(QS Al-Ma-idah (5): 8)

َ ‫ْط ۖ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم َعلَ ٰى َأاَّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا هُ َو َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ ِإ َّن هَّللا‬
ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَوَّا ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَا َء بِ ْالقِس‬
ُ
َ‫َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملون‬

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Ayat tersebut menegaskan urgensi keadilan yang harus ditegakkan kepada siapapun, meski ia adalah
sebagai musuh, meskipun ia adalah seseorang yang dibenci. Sesungguhnya menegakkan keadilan
walaupun kepada musuh sekalipun merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan ketaqwaan kepada
Allah. Dari sini dapat dipahami bahwa keadilan sangat M kualitas taqwa seseorang. 257

c. Keadilan Ilahi

Segala sesuatu diciptakan oleh Allah, dan segala sesuatu yang bersumber dari Allah pasti baik.
Keburukan adalah akibat dari keterbatasan pandangan. Segala sesuatu sebenarnya tidak buruk, tetapi
nalar manusia mengiranya demikian. (QS Al-Baqarah [21: 215).

"Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan bolehjadi engkau menyenangi
sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui."

Nalar tidak dapat menembus semua dimensi. Seringkali ketika seseorang memandang sesuatu secara
mikro, hal itu dinilainya buruk dan jahat, tetapi jika dipandang secara makro dan menyeluruh, justru
hal itu merupakan unsur keindahan dan kebaikan. Bukankah jika pandangan hanya ditujukan kepada
tahi

lalat di wajah seorang wanita akan terlihat buruk? Tetapi, bila wajah dipandang secara menyeluruh,
tahi lalat tadi justru menjadi unsur utama kecantikannya! Bukankah jika Anda hanya melihat kaki
seseorang dipotong, Anda akan menilainya kejam,tetapi bila Anda mengetahui bahwa sang dokterlah
yang mengamputasi pasiennya, Anda justru akan berterima kasih dan memujinya? Karena itu, jangan
memandang kebijaksanaan Allah secara mikro. Kalaupun Anda tidak mampu memandangnya secara
makro, yakinilah bahwa ada hikmah di balik semua itu.

jika seperti itu adanya, persoalan keadilan Ilahi bukan problem nalar, melainkan problem rasa, sebagai
akibat darikeinginan manusia untuk selalu mendapatkan yang terbaik untuk diri, keluarga, atau
jenisnya saja, hingga melupakan pihak lain. jika problemnya demikian, yang mampu
menanggulanginya adalah rasa juga. Di sinilah agama dan keyakinan berperan amat besar.

Anda mungkin juga menyukai