Anda di halaman 1dari 7

Materi 4 (20 -08- 2019)

AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN AKHLAK


MULIA DALAM KEHIDUPAN

Pengertian Agama
Secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai undang-undang ilahi
yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia di alam
dunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesentosaan di akhirat. Agama adalah
peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kehidupan manusia
untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Endang Saefudin Anshari menyimpulkan bahwa agama meliputi: sistem kredo kepercayaan
atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; sistem ritus tata cara peribadatan
manusia kepada yang mutlak; dan sistem norma atau tata kaidah yang mengatur hubungan
manusia dengan sesame manusia dan hubungan dengan alam lainnya sesuai dan sejalan
dengan tata keimanan.

Pengertian Moral
Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi moral adalah
tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan
sosial tertentu.
Dengan demikian moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya manusia
sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-norma dan nilai-
nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat. Moral mengacu pada baik buruk perilaku
bukan pada fisik seseorang.

Agama sebagai Sumber Moral


Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan menjadikan
agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan di dinia ini.
Dalam konteks Islam sumber moral itu adalah Al-Qur’an dan Hadits.
Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada
beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

1)      Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal
2)     Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa
3)      Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat
mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.

Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya,
sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat efektif dan
memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak melakukan tindakan
amoral.
1. Aqidah, Syariah, akhlak

Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak
tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati,
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Aqidah dalam Al-Qur’an dapat di jabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5:15-16)

ِ َ‫ون ِم َن ۡٱل ِك ٰت‬


‫ب‬ َ ُ‫يرا ِّم َّما ُكنتُمۡ تُ ۡخف‬ٗ ِ‫ب قَ ۡد َجٓا َء ُكمۡ َرسُولُنَا يُبَي ُِّن لَ ُكمۡ َكث‬ ِ َ‫ٰيََٓأ ۡه َل ۡٱل ِك ٰت‬
‫ين يَ ۡه ِدي بِ ِه ٱهَّلل ُ َم ِن ٱتَّبَ َع‬ٞ ِ‫ب ُّمب‬ٞ َ‫ور َو ِك ٰت‬ ٞ ُ‫ير قَ ۡد َجٓا َء ُكم ِّم َن ٱهَّلل ِ ن‬
ٖ ۚ ِ‫وا َعن َكث‬ ْ ُ‫َويَ ۡعف‬
‫ور بِِإ ۡذنِ ِهۦ َويَ ۡه ِدي ِهمۡ ِإلَ ٰى‬
ِ ُّ‫ت ِإلَى ٱلن‬ ُّ ‫ض ٰ َونَهۥُ ُسب َُل ٱل َّس ٰلَ ِم َوي ُۡخ ِر ُجهُم ِّم َن‬
ِ ‫ٱلظلُ ٰ َم‬ ۡ ‫ِر‬
‫ص ٰ َر ٖط ُّم ۡستَقِ ٖيم‬ِ
artinya
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan
yang lurus” “Dan agar orang-orang yg telah diberi ilmu meyakini bahwasannya Al-Qur’an
itulah yg hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yg beriman kepada jalan
yang lurus.”
Al-Haj 22:54
Aqidah,syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam.
Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.

‫ت لَهۥُ قُلُوبُهُمۡ ۗ َوِإ َّن‬


َ ِ‫وا بِ ِهۦ فَتُ ۡخب‬
ْ ُ‫ق ِمن َّرب َِّك فَي ُۡؤ ِمن‬ ُّ ‫وا ۡٱل ِع ۡل َم َأنَّهُ ۡٱل َح‬
Oْ ُ‫ين ُأوت‬
َ ‫َولِيَ ۡعلَ َم ٱلَّ ِذ‬
‫ص ٰ َر ٖط ُّم ۡستَقِ ٖيم‬ِ ‫ين َءا َمنُ ٓو ْا ِإلَ ٰى‬ َ ‫ٱهَّلل َ لَهَا ِد ٱلَّ ِذ‬
54. dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang
hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan
yang lurus.

 Aqidah sebagai system kepercayaan yg bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,


menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama.
 Sementara syariah sebagai system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi
agama.
 Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yg hendak
dicapai agama.
Muslim yg baik adalah orang yg memiliki aqidah yg lurus dan kuat yg mendorongnya
untuk melaksanakan syariah yg hanya ditujukan pada Allah sehingga tergambar akhlak yg
terpuji pada dirinya. Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yg melakukan suatu
perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk
ke dalam kategori kafir.
Seseorang yg mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak mau melaksanakan
syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yg mengaku beriman dan
melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yg tidak lurus disebut munafik.
Aqidah, syariah dan akhlak dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman
menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan
akhlak. Seseorang yg melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka
perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik.
Perbuatan baik adalah perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi
belum tentu dipandang benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yg didorong oleh
keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh. Kerena itu
didalam Al-Qur’an kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman.
antara lain firman Allah dalam (An-Nur, 24:55) “Allah menjanjikan bagi orang-orang
yg beriman diantara kamu dan mengerjakan amal saleh menjadi pemimpin di bumi
sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang dari sebelum mereka (kaum muslimin
dahulu) sebagai pemimpin; dan mengokohkan bagi mereka agama mereka yg Ia Ridhai bagi
mereka; dan menggantikan mereka dari rasa takut mereka (dengan rasa) tenang. Mereka
menyembah (hanya) kepada-Ku, mereka tidak menserikatkan Aku dengan sesuatupun. Dan
barang siapa ingkar setelah itu, maka mereka itu adalah orang-orang yg fasik”

2. Syariat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online (KBBI daring),
syariat adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia,
hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan manusia dengan
manusia dan alam sekitar berdasarkan Alquran dan hadis. Bentuk kata
tidak bakunya: sarengat, sariat, sereat, syariah.

Sebagai sebuah khas agama, istilah syariat selalu identik dengan teologi
Islam. Seperti kalimat, Al-Quran adalah sumber pertama
dari syariat Islam. Meskipun sebenarnya istilah ini sudah ada sejak
sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, namun di
lingkungan masyarakat Indonesia istilah syariat lebih populer identik
dengan Islam.

Untuk mendapatkan definisi lebih jelas tentang makna syariat dalam


Islam, maka kita perlu merujuk kepada kamus literatur bahasa Arab.

Syariat berasal dari kata dasar sya-ra-‘a (ُ‫ ) َش َر َع – يَ ْشرع‬yang artinya


memulai, mengawali, memasuki, memahami. Atau diartikan juga
dengan membuat peraturan, undang-undang, syariat. Syar’un(‫)شَرْ ع‬
dan syir’atan (‫)شرْ عَة‬
ِ memiliki arti yang sama: ajaran, undang-undang,
hukum, piagam.

Syariat dalam ayat ayat al quran

‫اك َعلَ ٰى َش ِري َع ٍة ِم َن اَأْل ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا‬


َ َ‫ثُ َّم َج َع ْلن‬
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)
dari urusan (agama itu)…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)

‫لِ ُكلٍّ َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا‬


“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang.” (QS. Al-Maidah: 48)

‫ِإ ْذ تَْأتِي ِه ْم ِحيتَانُهُ ْم يَ ْو َم َس ْبتِ ِه ْم ُش َّرعًا‬


“…ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang
kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung
di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu…” (QS. Al-A’raf: 163)

َ ‫ِّين َما َوص َّٰى بِ ِه نُوحًا َوالَّ ِذي َأ ْو َح ْينَا ِإلَ ْي‬
‫ك‬ ِ ‫َش َر َع لَ ُك ْم ِم َن الد‬
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu…” (QS. Asy-Syura: 13)

ُ ‫َأ ْم لَهُ ْم ُش َر َكا ُء َش َر ُعوا لَهُ ْم ِم َن الدِّي ِن َما لَ ْم يَْأ َذ ْن بِ ِه هَّللا‬


“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy-
Syura: 21)

3. Ibadah dan akhlak


Pengertian Ibadah
 
 Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut  syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu.
 Definisi itu antara lain adalah:
 1.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
 2.Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk  yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.
 3.Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azzawa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketigaini adalah definisi yang paling lengkap. Ibadah inilah yang menjadi tujuan
penciptaan manusia. Allah berfirman:
A r ti n y a  
: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadahkepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah
Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz -
Dzaariyaat : 56-58].

 Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan.
Rasa khauf (takut), roja‟ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang) dan rahbah (takut)adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan
hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan
hati). Serta masih banyak lagi macam-macamibadah yang berkaitan dengan hati, lisan
dan badan.Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar
mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan
ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan
mereka kepada Allah , maka mereka menyembah- Nya sesuai dengan aturan syari‟at -
Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepadaAllah , ia adalah sombong. Siapa yang
menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari‟atkan - Nya maka ia adalah
mubtadi‟ (pelaku bid‟ah). Dan siapa yang hanya menyemba -Nya dan dengan syari‟at -
Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah ).

3. Akhlak, Moral dan Etika

Pengertian Akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun yang
berarti perangai, tabi’at adat.
Jadi secara etimologi akjlak itu berarti perangai, adat, tabi’atbatau sistem perilaku yang
dibuat, secara sosiologis di indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi
orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.
Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:
1)      Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang
biasa dilakukan.
2)      Ibn Maskawih dalam kitabnya Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq, mendefinisikan
akhlak sebagai “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan sebelumnya”
3)      Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan akhlak sebagai:
“segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan
ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.”

Akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang
melahirkan perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan
pemikiran lebih lanjut.
Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal penting
tentang akhlak, yaitu:
1)      Akhlak yang berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak
2)      Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang
dibuat-buat, tetapi sewajarnya).
Dengan demikian akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia sebagai
ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak meskipun berpangkal dari jiwa tapi ia
tidak berhenti di dalam jiwa saja melainkan ternyatakan dalam perbuatan.

Pengertian Moral
Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi moral adalah
tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan
sosial tertentu.
Dengan demikian moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya manusia
sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-norma dan nilai-
nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat. Moral mengacu pada baik buruk perilaku
bukan pada fisik seseorang.

Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa YUNANI “Etika” yang berarti adat kebiasaan
Etika adalah sebuah pranata prilaku seseorang atau sekelompok orang yang tersususn
dari suatu sistem nilai atau norma yang diambil dari pada gejala gejala alamiah
masyarakat kelompok tersebut.
Sifat baik pada pranata ini adalah merupakak persetujuan sementara dari kelompok
yang menggunakan pranata prilaku tersebut.
Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagian
ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku perbuatan manusia
dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan akal. Hanya saja ilmu
akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang terpenting
adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Pengertian Etika dan Etika Islam


Etika adalah suatu cabang filsafat yang membicarakan tentang perilaku manusia. Atau
dengan kata lain, cabang filsafat yang mempelajari tentang baik dan buruk.
Untuk menyebut etika, biasanya ditemukan banyak istilah lain : moral, norma dan etiket.[1]
Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah “etika” pun
bersal dari Yunani kuno. Kata Yunani ethos merupakan bentuk tunggal yang bisa memiliki
banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak,
watak; perasaan, sikap dan cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha yang berarti: adat
kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika”
dalam filsafat. Dalam sejarahnya, Aristoteles (384-322 SM) sudah menggunakan istilah ini
yang dirujuk kepada filsafat moral.

Istilah lainya yang memiliki konotasi makna dengan etika adalah moral. Kata moral dalam
bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata
mores ini mempunyai sinonim; mos, moris, manner mores, atau manners, morals. Kata
moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata
tertib hatinurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini
dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika.[2]

Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umum tentang
sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada hakikatnya moral menunjuk pada
ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih
dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan di pelbagai wacana etika. Akhir-akhir
ini istilah etika mulai digunakan secara bergantian dengan filsafat moral sebab dalam banyak
hal, filsafat moral juga mengkaji secara cermat prinsip-prinsip etika.[3]

Anda mungkin juga menyukai