Pengertian Agama
Secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai undang-undang ilahi
yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia di alam
dunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesentosaan di akhirat. Agama adalah
peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kehidupan manusia
untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Endang Saefudin Anshari menyimpulkan bahwa agama meliputi: sistem kredo kepercayaan
atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; sistem ritus tata cara peribadatan
manusia kepada yang mutlak; dan sistem norma atau tata kaidah yang mengatur hubungan
manusia dengan sesame manusia dan hubungan dengan alam lainnya sesuai dan sejalan
dengan tata keimanan.
Pengertian Moral
Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi moral adalah
tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan
sosial tertentu.
Dengan demikian moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya manusia
sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-norma dan nilai-
nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat. Moral mengacu pada baik buruk perilaku
bukan pada fisik seseorang.
1) Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal
2) Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa
3) Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat
mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.
Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya,
sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat efektif dan
memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak melakukan tindakan
amoral.
1. Aqidah, Syariah, akhlak
Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak
tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati,
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
2. Syariat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online (KBBI daring),
syariat adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia,
hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan manusia dengan
manusia dan alam sekitar berdasarkan Alquran dan hadis. Bentuk kata
tidak bakunya: sarengat, sariat, sereat, syariah.
Sebagai sebuah khas agama, istilah syariat selalu identik dengan teologi
Islam. Seperti kalimat, Al-Quran adalah sumber pertama
dari syariat Islam. Meskipun sebenarnya istilah ini sudah ada sejak
sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, namun di
lingkungan masyarakat Indonesia istilah syariat lebih populer identik
dengan Islam.
َ ِّين َما َوص َّٰى بِ ِه نُوحًا َوالَّ ِذي َأ ْو َح ْينَا ِإلَ ْي
ك ِ َش َر َع لَ ُك ْم ِم َن الد
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu…” (QS. Asy-Syura: 13)
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan.
Rasa khauf (takut), roja‟ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang) dan rahbah (takut)adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan
hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan
hati). Serta masih banyak lagi macam-macamibadah yang berkaitan dengan hati, lisan
dan badan.Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar
mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan
ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan
mereka kepada Allah , maka mereka menyembah- Nya sesuai dengan aturan syari‟at -
Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepadaAllah , ia adalah sombong. Siapa yang
menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari‟atkan - Nya maka ia adalah
mubtadi‟ (pelaku bid‟ah). Dan siapa yang hanya menyemba -Nya dan dengan syari‟at -
Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah ).
Pengertian Akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun yang
berarti perangai, tabi’at adat.
Jadi secara etimologi akjlak itu berarti perangai, adat, tabi’atbatau sistem perilaku yang
dibuat, secara sosiologis di indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi
orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.
Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:
1) Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang
biasa dilakukan.
2) Ibn Maskawih dalam kitabnya Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq, mendefinisikan
akhlak sebagai “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan sebelumnya”
3) Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan akhlak sebagai:
“segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan
ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.”
Akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang
melahirkan perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan
pemikiran lebih lanjut.
Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal penting
tentang akhlak, yaitu:
1) Akhlak yang berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak
2) Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang
dibuat-buat, tetapi sewajarnya).
Dengan demikian akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia sebagai
ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak meskipun berpangkal dari jiwa tapi ia
tidak berhenti di dalam jiwa saja melainkan ternyatakan dalam perbuatan.
Pengertian Moral
Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum diterima
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi moral adalah
tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan
sosial tertentu.
Dengan demikian moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya manusia
sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-norma dan nilai-
nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat. Moral mengacu pada baik buruk perilaku
bukan pada fisik seseorang.
Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa YUNANI “Etika” yang berarti adat kebiasaan
Etika adalah sebuah pranata prilaku seseorang atau sekelompok orang yang tersususn
dari suatu sistem nilai atau norma yang diambil dari pada gejala gejala alamiah
masyarakat kelompok tersebut.
Sifat baik pada pranata ini adalah merupakak persetujuan sementara dari kelompok
yang menggunakan pranata prilaku tersebut.
Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagian
ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku perbuatan manusia
dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan akal. Hanya saja ilmu
akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang terpenting
adalah Al-Qur’an dan Hadits.
Istilah lainya yang memiliki konotasi makna dengan etika adalah moral. Kata moral dalam
bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata
mores ini mempunyai sinonim; mos, moris, manner mores, atau manners, morals. Kata
moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata
tertib hatinurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini
dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika.[2]
Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umum tentang
sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada hakikatnya moral menunjuk pada
ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih
dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan di pelbagai wacana etika. Akhir-akhir
ini istilah etika mulai digunakan secara bergantian dengan filsafat moral sebab dalam banyak
hal, filsafat moral juga mengkaji secara cermat prinsip-prinsip etika.[3]