AL-MAIDAH AYAT 8
Ilham Darojat
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Salatiga
2022
Abstrak
Pendahuluan
Pembahasan
اء بِال ِْق ْس ِط ۖ َواَل يَ ْج ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآ ُن َق ْوٍم َعلَ ٰى َأاَّل َت ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا ِ ِ يا َُّأيها الَّ ِذين آمنُوا ُكونُوا َق َّو ِام
َ ين للَّه ُش َه َد
َ َ َ َ َ
ب لِ َّلت ْق َو ٰى ۖ َو َّات ُقوا اللَّهَ ۚ ِإ َّن اللَّهَ َخبِ ٌير بِ َما َت ْع َملُو َن
ُ ُه َو َأق َْر
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”.Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu.
1
Zaini Dahlan dkk., Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid II Juz 4-5-6, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1991), h. 380
yang diturunkan atas permintaan Ahl al-Kitab (ayat 112-115). Nama yang lain
adalah surah al-Uqud/akad-akad perjanjian karena ayat pertama surah ini
memerintahkan kaum beriman agar memenuhi ketentuan aneka akad yang
dilakukan. Dia juga dinamakan surah al-Akhyar/orang-orang baik, karena yang
memenuhi tuntutannya menyangkut ikatan perjanjian pastilah orang baik.
Dinamai juga surah al-Munqidzah/penyelamat. Diriwayatkan bahwa Nabi saw.
Bersabda: “Surah al-Maidah dinamai di malakut as-samawat (kerajaan Allah yang
Maha Tinggi) dengan nama surah al-Munqidzah, karena dia menyelamatkan
pembaca dan pengamal tuntutannya dari malaikat penyiksa”.2
Asbabun Nuzul Ayat
Surat Al-Maidah Ayat 8, dikatakan bahwa ayat ini diturunkan kepada
Rasulullah SAW ketika orang-orang Yahudi hendak membunuh beliau. Riwayat-
riwayat yang sesuai dengan pendapat tersebut adalah:
Al Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Husain menceritakan
kepada kami, ia berkata: Hajjaj menceritakan kepadaku dari Ibnu Juraij, dari
Abdullah bin Katsir, tentang firman-Nya:3
ني لِلَّ ِـه ُش َه َدآءَ بِالْ ِق ْس ِط ۖ َواَل جَيْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَـَٔا ُن َق ْوٍم َعلَ ٰ ٓى َأاَّل َت ْع ِدلُو ۟ا ۚ ْاع ِدلُو ۟ا ُه َو ِ ۟ ۟ ِ َّ ٓ
َ ٰيَأيُّ َها الذ
َ ين ءَ َامنُوا ُكونُوا َق ّٰوم
٨)ب لِ َّلت ْق َو ٰى ۖ َو َّات ُقو ۟ا اللَّـهَِإ ۚ َّن اللَّـهَ َخبِري ۢ ٌر مِب َا َت ْع َملُو َن ﴿املائدة
ُ َأْقَر
2
Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 3, (Ciputat: Lentera Hati, 2001), Cet. ke-1, h. 3
3
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari 8, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008), Cet. ke-1, h. 550
yang artinya: “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.”
Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 8
Setelah Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya yang mukmin
supaya memenuhi janji-janji secara umum, kemudian menyebutkan karunia-Nya
dengan menghalalkan bagi mereka makanan-makanan yang baik mereka makan
sembelihan Ahli Kitab dan mengawini wanita-wanitanya, maka disini Allah SWT
menerangkan tentang bagaimana sebaiknya kita berlaku terhadap orang-orang
lain, baik mereka Ahli Kitab, musuh, maupun sahabat dan kerabat.4
ني لِلَّ ِـه ُش َه َدآءَ بِالْ ِق ْس ِط ِ ۟ ۟ ِ َّ ٓ
َ ٰيَأيُّ َها الذ
َ ين ءَ َامنُوا ُكونُوا َق ّٰوم
Kata َ ٰ ّو ِمينWWَ قmaha berdiri pada ayat ini adalah sifat superlatif,
sedangkan kata dasarnya adalah قائمberdiri. Orang yang banyak berdiri disebut
4
Zaini Dahlan dkk., Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid II Juz 4-5-6, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1991), h. 401
5
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi Jilid 3, (Jakarta: PT.Ikrar Mandiriabadi, 2006),
Cet. I, h. 557
6
Ibid
dengan qawwam. Contohnya: seorang laki-laki yang tidak ahli dalam bidang
pertukangan mengambil sebatang kayu untuk menutup lubang yang ada
dipintunya, maka lelaki itu disebut “najir” bukan “najjar/tukang kayu”. Karena
pertukangan bukanlah keahliannya.7
Pada ayat ini, Allah berfirman: syuhada bil qisthi artinya, syahida
bil’adli/para saksi yang adil. Para pendengar Alquran diharapkan mampu
mencermati kelenturan bahasa hingga dapat membedakan antara dua hal seolah
sama tapi beda. Jadi di sana ada “qisth” dan “Aqsath”. “Qisth” berarti berlaku
adil dan “aqsath” artinya mendirikan keadilan dengan menghilangkan kezaliman.
Sedangkan “qusuth” artinya adalah kezaliman.
9
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an Vol. 3, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 39
10
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari Jilid 8, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008), h. 549
11
Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi Jilid 3, (Jakarta: PT.Ikrar Mandiriabadi,
2006), Cet. I, h. 562
Menurut Hamka dalam tafsir Al-Azhar menjelaskan, misalnya orang yang
akan engkau berikan kesaksianmu atasnya itu, dahulu pernah berbuat suatu
penghalangan yang menyakitkan hatimu, maka janganlah kebencianmu itu
menyebabkan kamu memberikan kesaksian dusta untuk melepaskan sakit hatimu
kepadanya sehingga kamu tidak berlaku adil. Kebenaran yang ada di pihak dia,
jangan dikhianati karena rasa bencimu. Karena kebenaran akan kekal dan rasa
benci adalah perasaan bukan asli dalam jiwa, itu adalah hawa nafsu yang satu
waktu akan mereda.12
Menurut Abu Ja’far, maksud ayat ini adalah, Allah berfirman َواَل جَيْ ِر َمنَّ ُك ْمjanganlah
12
Ibid. Hamka, h. 156.
13
Syu’bah Asa, Dalam Cahaya Al-Qur’an Tafsir Ayat-ayat Sosial-Politik, (Jakarta: PTSUN,
2000), h. 363
14
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an Vol. 3, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 42
kemenangan yang tiada taranya, dan akan membawa martabatmu naik di sisi
manusia dan di sisi Allah. Lawan adil adalah zalim; dan zalim adalah salah satu
dari puncak maksiat kepada Allah. Maksiat akan menyebabkan jiwa sendiri
merumuk dan merana.15
َو َّات ُقوا اللَّهَ ۚ ِإ َّن اللَّهَ َخبِريٌ مِب َا َت ْع َملُو َن
15
Hamka, Tafsir Al Azhar Juzu’ VI, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1982), h. 156
16
Hamka, Tafsir Al Azhar Juzu’ VI, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1982), h. 157
17
Nurcholis Majdid, Islam dan Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Paramadina, 2000), 510.
Dengan demikian, keadilan, dalam konteks al-Qur’an, tidak lepas dari
moralitas. Realisasi keadilan, pertama-tama berpedoman pada wahyu ilahi.
Keadilan itu sendiri bisa di pahami sebagai realisasi yang setia kepada hukum
ilahi.
Allah, sebagai yang Maha adil, memerintahkan manusia bersifat adil baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain. Keadilan adalah sendi pergaulan sosial
yang paling fundamental. Dengan nilai keadilan itulah sesungguhnya masyarakat
tercipta. Jika keadilan di langgar, maka sendi-sendi masyarakat akan goyah.
Seorang yang melanggar keadilan, barang kali akan mendapatkan keuntungan
bagi dirinya sendiri. Tapi dengan tindakannya dalam jangka panjang,
ketidakadilan akan merugikan semua orang, termasuk yang melanggar keadilan.
18
N. Dawan Raharjo, Ensikloprdi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci
(Jakarta: Paramadina, 1996), 389.
Dalam hal ini murtadha muthahari, salah seorang pemikir muslim jaman
modern, membagi pengertian pokok tentang adil dan keadilan: pertama.keadilan
mengandung pengertian pertimbangan atau keadaan seimbang (mauzun,
balanced), tidak pincang. Kedua, keadilan mengandung makna persamaan
(musawah, egaliter) dan tiadanya diskriminasi dalam bentuk apapun. Maka salah
satu maksud ungkapan bahwa seseorang telah bertindak adil ialah jika ia
memperlakukan semua orang secara sama. Ketiga, menurut al-muthahari,
pengertian tentang keadilan tidak utuh jika kita tidak memperhatikan maknanya
sebagai pemberian perhatian kepada hak-hak pribadi dan penunaian hak kepada
siapa saja yang berhak. Keeempat,makna keadilan selanjutnya ialah keadilan
tuhan, keadilan ilahi, berupa kemurahan-Nya dalam melimpahkan rahmat kepada
sesuatu atau seseorang setingkat dengan kesediaannya untuk menerima eksistensi
dirinya sendiri dan pertumbuhannya ke arah kesempurnaanya.19
19
Murtadha al-Muthahari, Keadilan Ilahi: Asas Pandangan Dunia Islam (Bandung: Mizan, 1995)
54-58
terhadap golongan lain tidak boleh menjadi penyebab atau alasan untuk tidak
bersikap adil kepada mereka (QS 5: 8).
Penutup
Dari tulisan diatas dapat disipulkan bahwa Keadilan adalah suatu sikap
untuk memperlakukan seseorang sesuai dengan haknya. Dan yang menjadi hak
setiap orang adalah diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, dan golongan. Keadilan merupakan
suatu bentuk kondisi kebenaran ideal secara moral akan sesuatu hal, baik itu
menyangkut benda ataupun orang.
Daftar Pustaka
Al-Muthahari Murtadha, ( 1995) Keadilan Ilahi: Asas Pandangan Dunia Islam
(Bandung: Mizan)
Asa Syu’bah (2000), Dalam Cahaya Al-Qur’an Tafsir Ayat-ayat Sosial-Politik,
(Jakarta: PTSUN)
Hamka, (1982) Tafsir Al Azhar Juzu’ VI, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas)
Khadduri Majid, (1999) teologi Keadilan Perspektif Islam (Surabaya: Risalah
Gusti)
Majdid Nurcholis, (2000) Islam dan Doktrin dan Peradaban (Jakarta:
Paramadina)
Muhammad Abu Ja’far (2008), Tafsir Ath-Thabari Jilid 8, (Jakarta: Pustaka
Azzam)
Muhammad,Abu Ja’far, (2008) Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam)
Mutawalli Sya’rawi Muhammad, (2006)Tafsir Sya’rawi Jilid 3, (Jakarta: PT.Ikrar
Mandiriabadi)
Raharjo, Dawan (1996) Ensikloprdi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan
Konsep-konsep Kunci (Jakarta: Paramadina)
Shihab Quraish (2003) Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan)
Shihab,Quraish , (2001),Tafsir Al-Mishbah (Ciputat: Lentera Hati)
Shihab,Quraish , (2002)Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-
Qur’an Vol. 3, (Jakarta: Lentera Hati)
Zaini Dahlan dkk., ( 1991)Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid II Juz 4-5-6,
(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf )